Akhir-akhir ini Lyra jadi lebih sibuk di kantornya, hampir setiap hari lembur dan pulang ke rumah saat Jisung sudah terlelap. Pagi harinya, Lyra sudah berangkat ke kantor lagi bahkan disaat anak laki-lakinya itu belum bangun.
Lyra hanya sempat membuatkan Jisung sarapan dan meninggalkan sejumlah uang yang lebih banyak dari biasanya, agar anaknya itu bisa membeli makan siang juga makan malamnya sendiri.
Bahkan Jisung sempat merengek padanya begitu tau kalau selama tiga hari ke depan Lyra bakalan pergi ke luar kota karena ada urusan. Perusahaan tempatnya bekerja memang sedang ada masalah sekarang, makanya Lyra pun jadi lebih sibuk dari biasanya untuk mengurus banyak hal. Apalagi posisinya di perusahaan memang cukup penting.
Begitu pulang dari luar kota, keadaan rumah tidak seberantakan yang Lyra pikir. Untuk ukuran seorang remaja laki-laki, Jisung cukup handal membersihkan rumah. Tidak ada piring kotor yang menumpuk di wastafel, tidak ada baju kotor yang dibiarkan begitu saja di keranjang kamar mandi, bagian belakang rumah terdapat beberapa pakaian milik Jisung yang dijemur di sana. Jisung bahkan mencuci bajunya sendiri. Hanya saja lantai rumah agak kotor dengan bak sampah yang penuh, Jisung pasti belum sempat membersihkan bagian yang satu itu.
Sebelumnya Lyra tidak pernah meminta Jisung untuk bersih-bersih rumah, tapi ternyata anak itu cukup peka untuk melakukannya tanpa harus disuruh dulu. Mungkin faktor karena sejak kecil dia selalu membantu Lyra tiap kali sedang bebersih, Jisung jadi cukup terbiasa melakukan hal tersebut.
Tapi kalau untuk urusan menyapu dan mengepel, Jisung menyerah duluan. Jisung paling tidak suka melakukan dua hal itu karena menurutnya itu melelahkan, terlebih rumah mereka terbilang cukup besar untuk ditempati berdua tanpa asisten rumah tangga.
Makanya tiap kali mereka kerja bakti membersihkan rumah, Lyra selalu menyuruh Jisung untuk mencuci piring dan baju saja. Sementara urusan mengepel dan menyapu seluruh bagian rumah beserta bagian luarnya, Lyra sendiri yang melakukannya. Paling-paling Jisung juga akan mengumpulkan sampah di dapur juga di bagian belakang rumah mereka untuk ia buang di tempat sampah besar di komplek rumahnya.
Ya setidaknya Jisung cukup membantu meringankan beban Lyra.
Hanya sempat melepas high heels dan blezer yang ia kenakan, Lyra meletakkan koper kecilnya di dekat sofa beserta tasnya juga. Mengambil ikat rambut di saku blezernya untuk mengikat rambutnya membentuk cepolan kecil. Lyra bersiap untuk membersihkan lantai rumahnya yang sudah beberapa hari ini tidak sempat dibersihkan.
Meski dia baru saja mendarat dari luar kota beberapa saat lalu, juga belum sempat beristirahat, nyatanya Lyra tidak bisa membiarkan rumahnya kotor seperti ini. Rasanya tidak nyaman dan bikin risih, maka dari itu meski lelah Lyra tetap memprioritaskan bebersih dulu ketimbang istirahat.
Perlu waktu yang tidak sebentar untuk melakukannya sendiri, kurang lebih dua setengah jam sampai akhirnya lantai rumahnya kinclong kembali. Tidak lupa Lyra juga sempat mengganti pengharum ruangan di rumahnya dengan yang baru, karena yang lama sudah habis.
Sekarang yang belum dibersihkan hanya di bagian teras depan saja. Lyra membawa serta ember beserta pel-pelannya ke depan sambil sesekali mengusap keringat di keningnya, dua kancing kemeja atasnya bahkan terbuka tanpa ia sadari dan menampakkan tank top hitam dibaliknya.
Sudah pukul enam sore saat Lyra selesai membersihkan semuanya, sapu beserta alat kebersihan lain sudah ia letakkan di tempat semula. Sekarang waktunya Lyra membersihkan tubuhnya sendiri yang sudah sangat berkeringat dan lengket ini.
Lyra mengambil ponselnya dari dalam tas yang ia letakkan di sofa, mengaktifkan ponsel yang sempat ia matikan dayanya saat berada di pesawat dan langsung diserang spam chat dari Jisung. Intinya, anak itu cuma izin pulang terlambat karena mau main futsal dulu. Terus juga meminta Lyra untuk segera pulang karena sudah sangat merindukannya setelah beberapa hari tidak bertemu, diakhir chat anak itu juga mengatakan 'buna, i love you' seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...