Lyra tidak pernah mengingkari kata-katanya.
Jika dia berkata akan mengusir Jisung kalau sampai menemukan video terlarang di ponsel ataupun laptopnya, maka Lyra akan benar-benar melakukan itu.
Memang sih videonya ada di flashdisk, bukan di laptop ataupun ponsel karena Jisung memang sudah menghapus semuanya sebulan yang lalu. Jisung tidak berbohong saat ia berkata pada Eunsang kalau dia mau tobat dan tidak ingin menonton video terlarang itu lagi. Tapi sialnya video-video itu justru ditemukan Lyra di flashdisk miliknya, hal itu bisa dilihat dari keyring yang mengukir nama Park Jisung disertai bandulan bulan dan bintang.
Maka terkutuklah Lee Eunsang dengan segala perbuatan tercelanya. Lihat sekarang, justru Jisung yang berada dalam masalah besar akan tindakan sembrononya karena lupa mengambil flashdisk laknat itu sebelum pulang sekolah.
"Buna, Jisung bisa jelasin. Ini nggak seperti yang buna pikir---"
"Diam, Jisung!"
Mendengar betapa ketusnya Lyra bicara, Jisung tidak kuasa melanjutkan kata-katanya. Jisung takut kalau dia bicara nantinya itu malah makin menyulut emosi Lyra dan membuat semuanya jadi semakin runyam.
Lyra mungkin cerewet. Sering mengomelinya hanya karena rambut Jisung yang tidak dikeringkan dengan benar, atau televisi yang ditinggalkan begitu saja dalam keadaan menyala, dan kadang juga memarahinya karena berlari menuruni tangga karena takut nantinya Jisung akan jatuh terpeleset.
Tapi kali ini Lyra tidak mengomel, mulutnya diam, tapi justru itu yang membuat Jisung makin merasa bersalah.
Bagi sebagian orang tua mungkin hal biasa melihat anaknya menonton video porno yang seharusnya baru boleh ditonton saat dia sudah berusia legal, tapi Lyra berbeda. Dia tidak suka Jisung menonton itu. Lyra hanya takut kalau Jisung keseringan nonton, itu malah akan mengacaukan pikiran Jisung.
Sudah empat puluh tiga tahun lamanya ia hidup, Lyra sudah pernah melewati masa remaja yang labil dan cenderung berbuat sesukanya. Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, anak-anak mulai nakal dan susah dinasehati, mereka mudah penasaran lalu mencoba hal-hal baru tanpa tau apa dampak yang akan ditimbulkan setelahnya.
Lyra hanya tidak ingin hal buruk terjadi pada Jisung. Terserah jika orang lain menganggap Lyra adalah sosok orang tua yang kuno, kolot, ketinggalan zaman, dan semacamnya. Ada banyak cara orang tua dalam mendidik anak terutama anak laki-laki yang cenderung lebih susah diatur ketimbang anak perempuan, dan Lyra memilih cara ini dalam mendidik Jisung.
Lyra lebih suka mencegahnya dari awal, dibanding harus pusing mencari solusi jika hal buruk sudah terlanjur terjadi.
Rasanya Jisung hampir menangis saat dilihatnya Lyra membuka lemari pakaiannya. Wanita itu memasukkan baju-baju Jisung ke dalam tas ransel sekolah yang masih diletakkan di atas kasur, Lyra juga mengambil buku tugas fisika yang masih belum terselesaikan di atas meja belajar beserta alat tulis Jisung untuk dimasukkan ke dalam tas.
Begitu selesai, Lyra menutup risleting tas dan menarik Jisung untuk keluar dari kamar membawa serta tas sekolah Jisung yang sudah gendut terisi baju.
Lyra benar-benar berniat mengusirnya.
Mereka berhenti di depan pintu rumah yang sudah dibuka lebih dulu oleh Lyra, menyerahkan tas ransel itu dengan kasar yang lantas langsung dipeluk Jisung ke dada. Lyra juga meraih tangan Jisung dan meletakkan flashdisk pembawa masalah itu di telapak tangannya, lalu mendorong Jisung agar keluar dari rumah sembari berkata,
"Jangan pulang sebelum kamu menyesali perbuatan kamu. Dasar anak nakal!"
Mata Jisung membulat saat menyadari pintu hendak tertutup, dia langsung buru-buru menahan pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...