BRAK!
"Mustahil! Mana mungkin itu Zhong Chenle! Memangnya di dunia ini yang punya inisial ZCL cuma Chenle?!"
Mereka sukses jadi pusat perhatian setelah Jisung dengan emosinya menggebrak meja, beruntung selain ibu bapak kantin tidak banyak orang lain lagi di sini. Mereka memang sengaja memilih tempat yang agak terpojok dan jauh.
"Aku juga berharapnya begitu, tapi nyatanya itu emang punya Chenle" Wonyoung membela diri setelah sejenak dibuat kaget karena ulah Jisung.
"Jadi maksudnya si Hyewon itu dibunuh Chen--" Yuna melirik takut-takut pada Jisung yang hanya bisa mendengus sebal. "--Le, cuma pakai cutter itu?"
"Awalnya aku beramsumsi begitu, tapi kayaknya mustahil. Soalnya info yang beredar di sekolah entah siapa yang ngasih tau, di badan Hyewon juga penuh memar kebiruan kayak habis dipukul. Dibagian lengan, pergelangan kaki sama tangan juga biru. Kayaknya dia disekap di gudang itu sambil diikat badan dan kakinya makanya nggak bisa ngelawan ataupun mencoba berontak. Nggak ada barang bukti apapun di tempat kejadian selain cutter tadi, asumsi aku cutter itu emang ketinggalan disana atau mungkin.. sengaja ditinggal" Pandangan Wonyoung jatuh ke mata Jisung yang masih memandanginya dengan kilatan marah.
Beda lagi dengan Yuna yang sukses dibuat meringis membayangkan betapa sakitnya jika dia ada di posisi Kang Hyewon. Menderita dengan luka di sekujur tubuh yang membuat darahnya habis hingga akhirnya mati secara perlahan, seperti korban psikopat.
Kalau boleh jujur sebenarnya Wonyoung juga tidak tega menceritakan ini pada Jisung yang notabene-nya adalah sepupunya Chenle, tapi Wonyoung harus karena dia sudah tidak sanggup lagi menahan ini sendirian. Lagipula Yuna dan Jisung sendiri yang mendesaknya untuk bercerita tadi. Jadi ya sudah, semuanya sudah terlanjur. Lebih baik dituntaskan saja.
"Sekali lagi gue tanya, kenapa lo bisa seyakin itu kalau yang bunuh Hyewon itu Chenle?"
Lihat? Sekarang Jisung bahkan tidak lagi menggunakan kata aku-kamu saat berbicara dengan Wonyoung, pemuda itu pasti sangat marah juga tersinggung sekarang.
"Aku punya alasan" Yuna memandanginya penasaran, Wonyoung tersenyum lemah membalas tatapan Yuna. "Cutter tadi sengaja aku simpan sendiri, nggak jadi aku kasih ke pihak kepolisian. Tapi di hari yang sama, aku datengin Chenle langsung buat nanyain tentang cutter. Aku pura-pura mau minjam cutter itu, tapi ternyata nggak ada. Chenle nggak bawa cutter-nya, dia bilang kayaknya ketinggalan. Tapi aku yakin pasti itu karena cutter-nya lagi sama aku"
Entah sudah berapa lama ia bercerita, yang jelas sekarang Wonyoung sudah mulai lelah. Diraihnya jus mangga yang sejak tadi terabaikan lalu mulai menenggaknya hingga bersisa setengah gelas.
"Terus lo kasih tau kalau cutter-nya lagi sama lo?" Tentu saja yang sejak awal paling penasaran tuh ya Shin Yuna.
"Nggak, aku nggak berani. Aku terlalu takut kalau ternyata cutter itu beneran punya Chenle meski aku yakin memang begitu, aku nggak berani ngomong apapun setelahnya dan menganggap semua itu seolah tidak terjadi apa-apa"
Wonyoung menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, mengisi rongga paru-parunya dengan oksigen yang entah kenapa terasa menipis. Dadanya terasa sesak saat menceritakan ulang kejadian itu yang secara tidak langsung, membuat Wonyoung merasa bersalah dengan Hyewon.
"Sejak kematian Hyewon hubungan Chenle sama aku baik-baik aja, dia nggak menunjukkan keanehan apapun yang kemudian nyaris menghilangkan kecurigaan aku tentang kematian Hyewon dan cutter itu"
"Nyaris?"
"Hm, karena sewaktu kami naik kelas sembilan Chenle jadi aneh lagi"
Alis Jisung terangkat satu. Dibanding kilatan marah yang tadi ia tunjukkan, sekarang pemuda itu lebih terlihat seperti penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...