Ada satu kebiasaan buruk Jisung yang agaknya sudah mendarah daging, dia anaknya gampang kepikiran alias overthinking. Renjun pernah bilang bahwa Jisung itu suka sekali memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dipikirkan, termasuk ucapan Yuna beberapa jam lalu saat di lapangan basket.
Jisung rasa itu bukan sesuatu yang penting sampai-sampai harus membuatnya kesulitan tidur padahal jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
Oh, apakah ini sudah masuk jamnya overthinking?
Jisung bergerak-gerak gelisah di kasurnya, selimut yang semula menutupi tubuhnya turun sampai ke kaki akibat terlalu banyak bergerak. Dia mencoba memejamkan mata tapi nyatanya belum mampu membuatnya tertidur juga. Merasa kesal, Jisung mendengus lalu mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.
Tidak lama dari itu, pintu kamarnya dibuka secara mendadak yang lantas buat Jisung tersentak di tempatnya.
"Loh, belum tidur?" Tanya si pelaku tanpa merasa bersalah, dia malah masuk lebih dalam ke kamar Jisung.
"Ck, ketuk dulu dong kalau mau masuk!"
"Aku kira tadi kamu udah tidur, ya aku kan nggak mau bangunin kamu"
Si pelaku, Zhong Chenle, duduk di atas kursi meja belajar Jisung lalu numpang mencharge ponselnya lewat stop kontak yang ada di sebelah meja.
Malam ini Chenle memang menginap lagi di rumahnya, sama seperti malam-malam sebelumnya. Setiap kali waktunya makan juga dia bakalan datang kemari supaya tidak perlu repot memasak juga menghemat pengeluaran, katanya. Toh, yang menyuruhnya begitu juga Lyra sendiri.
"Kayaknya stop kontak di kamar tamu rusak deh, masa pas di charge baterainya nggak nambah?" Ucap Chenle merujuk pada ponsel di tangannya.
"Charger-an kamu rusak kali"
"Mana ada rusak, buktinya nih belum juga tiga menit aku disini baterainya udah nambah satu"
Oke, terserah, Jisung tidak perduli.
Pemuda Park itu merotasikan bola mata, sudah hendak kembali rebahan untuk memaksakan matanya terpejam karena walau bagaimanapun juga Jisung harus pergi ke sekolah besok.
Tapi baru juga setengah rebahan, Jisung langsung duduk lagi. Dia teringat sesuatu dan sepertinya ini momen yang pas.
"Eh, Le. Kamu ingat temen cewek yang sama aku kemarin?"
Chenle tampak berpikir. "Yang mana?"
"Yang cantik itu, rambutnya panjang warna hitam"
"Perasaan kemarin ada dua cewek cantik dan rambutnya sama-sama hitam panjang"
"Ck, yang badannya agak lebih tinggi sedikit"
"Oh.. yang itu"
"Kamu ingat?"
"Ingat, aku kenal dia"
"Serius?!"
Chenle menarik seulas senyum tipis. "Hm, namanya Jang Wonyoung kan? Aku kenal dia"
"Masa? Dimana? Kapan? Kok bisa?!"
"Ssttt.. jangan berisik. Nanti Tante Lyra kebangun" tegur Chenle seraya meletakkan satu jarinya di depan bibir.
Jisung baru ingat sekarang sudah hampir tengah malam, dan kamar mereka ini sebelahan. Kalau Lyra kebangun bisa-bisa mereka disuruh tidur dan Jisung jadi gagal mengulik informasi dari Chenle.
"Oke, maaf"
Chenle berdecak. "Lagian lebay banget sih, cuma gitu doang"
"Yakan kaget, dari mana juga kamu bisa kenal Wony?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...