31: Huang Jisung?

1.6K 290 24
                                    

Di akhir pekan, seharusnya Lyra tidak perlu bangun sepagi ini. Tapi nyatanya di jam delapan pagi, dia sudah mandi dan selesai membuat sarapan juga bersih-bersih rumah.

Semalam tidur Lyra kurang nyenyak, jadi bangunnya terlalu pagi yaitu sekitar jam empat. Dia mengkhawatirkan Jisung semalaman takut kalau anak itu merasa tidak nyaman berada di rumah Renjun, atau justru kedua laki-laki berbeda usia itu bertengkar tanpa ada yang mau melerai seperti yang biasa ia lakukan.

Jisung jarang sekali pergi ke rumah keluarga Huang, apalagi jika sendirian. Biasanya mereka pergi berdua atas paksaan Lyra tentunya.

Tapi semoga saja Jisung nyaman dan baik-baik saja di sana. Lyra yakin bahwa Renjun pasti akan memperlakukan anak itu dengan baik meski hubungan keduanya tidak begitu baik.

Jam delapan lewat dua puluh lima menit, Lyra sedang duduk di meja makan menghadap sarapan yang belum ia sentuh sejak tadi. Di tangannya tergenggam sebuah ponsel, menimbang-nimbang apakah ia harus menghubungi Renjun untuk menanyakan perihal Jisung. Tapi biasanya di akhir pekan jam segini Renjun belum bangun, pria Huang itu baru akan bangun saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Makanya saat Lyra ingin mengirim sebuah chat pada Renjun, dirinya terkejut saat mendapati statusnya ternyata online. Tanpa membuang banyak waktu, langsung saja Lyra kirim pesan yang sudah sejak tadi ia ketik.

Tapi ternyata Renjun slow respon, dua menit berlalu tapi pesannya belum dibaca juga padahal pria itu online. Lyra jadi tidak sabaran dan memutuskan untuk menelpon saja, dan kali ini panggilannya langsung dijawab.

"KOK NGGAK DIBACA PESAN GUE?!"

Bisa dipastikan sekarang Renjun, si penerima telpon, menjauhkan ponsel pintarnya dari telinga. Suara Lyra bukan main kerasnya, pria itu sontak terkejut.

"Ra, ini masih pagi, jangan marah-marah"

"Ya lo sih gue chat nggak dibaca padahal online. Ngapain sih lo? Lagian tumben banget jam segini udah bangun"

"Satu-satu nanyanya nggak sabaran banget sih. Chat baru juga masuk beberapa menit lalu"

"Bacot ah. Gue nelpon buat nanyain kabar anak gue gimana?"

Terdengar suara dengusan geli yang tentu saja berasal dari oknum Huang Renjun. Sepertinya sebuah tanda bahwa ia akan meledek Lyra sebentar lagi.

"Oh, masih perhatian juga ya ternyata"

Kan?

Lyra balas dengan dengusan kesal sebelum menjawab.

"Ya iyalah kan Jisung anak gue, kalau gue perhatian dan khawatir wajar dong?"

"Terus kalau gitu kenapa lo usir?"

"Lo sendiri udah tau jawabannya"

"Asal lo tau aja ya Ra, Jisung itu punya ponsel sendiri. Ya kenapa nggak lo tanya langsung aja sih ke dia ribet amat"

"Gue kan lagi marah mana mungkin ngehubungin dia duluan!"

"Ck ck ck, dasar emak-emak tsundere lo"

"Berisik. Lo belum jawab pertanyaan gue tadi ya Huang!"

"Pertanyaan yang mana?"

Renjun ini amnesia atau bagaimana?

Lyra merotasikan bola mata. Mengabaikan bahwa nasi goreng yang tadi ia masak sudah mulai dingin tanpa sempat dinikmati.

"Jisung gimana? Baik-baik aja kan?" Ucap Lyra mengulangi pertanyaan yang sempat ia tanyakan tadi di chat.

My Beloved Son ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang