Setelah kurang lebih satu jam mendengarkan Wonyoung bercerita tentang masa lalunya, jujur saja Jisung mulai goyah.
Dia mulai berpikir bagaimana kalau seandainya apa yang gadis itu katakan memang benar, tapi di sisi lain Jisung juga ingin sekali menyangkalnya. Walau bagaimanapun juga Chenle itu sudah seperti saudara kandung baginya, hal sebesar ini tidak mungkin sanggup Chenle tutupi sendirian.
Jisung pikir selama ini ia sudah sangat mengenal Chenle, makanya ia selalu menyangkal tuduhan apapun yang Wonyoung lontarkan padanya. Jisung menolak untuk percaya, dan terlalu takut dengan faktanya.
"Chenle itu sakit. Dia gila, psikopat, dia monster bertopeng malaikat. Kamu nggak bisa mengelak itu"
Kalimat Wonyoung beberapa saat lalu kembali terngiang di pikiran Jisung. Gadis itu masih duduk di sana, di bangku kantin sebelah Yuna sambil menenggak jus mangganya. Selama beberapa waktu, Wonyoung menolak untuk bertemu tatap dengan Jisung. Gadis itu terlihat marah, tapi Jisung juga mau marah sekarang.
"Bentar deh, kalau bener sebelumnya Chenle dirawat di Shanghai dan sekarang ada disini. Apa itu artinya dia udah sembuh? Eum, maksud gue--"
"Keluar dari tempat itu nggak menjamin dia benar-benar sembuh, Yuna" Wonyoung menarik napasnya lalu menenggak jusnya sekali lagi. "Bisa aja dia cuma pura-pura, orang kayak Chenle pintar memanipulasi"
Hilang sudah ketakutannya saat awal bercerita tadi, yang ada sekarang hanya perasaan kesal tiap kali Jisung mencoba menyangkalnya. Padahal pada kenyataannya, pemuda itu tidak tau apa-apa. Jisung cuma tau luarnya, Wonyoung yang paham sampai ke dalamnya.
"Maksudnya gimana, Won?"
"Ya gitu. Bulan lalu aku sempat ketemuan sama Yujin di kafe, dia yang ngasih tau aku kalau Chenle udah keluar dari tempat itu. Seharusnya masa perawatan Chenle itu selama tiga tahun, tapi karena setahun terakhir ini Chenle menunjukkan perbaikan makanya sama pihak rumah sakit ngebolehin Chenle buat keluar"
"Yujin dapat info darimana?"
"Ibunya Yujin dokter di sana, dan beliau juga yang menangani Chenle secara langsung," Wonyoung melirik sekilas pada Jisung yang ternyata sudah sejak tadi memperhatikan dirinya. "Awalnya aku juga berpikir kalau Chenle udah benar-benar sembuh, tapi Yujin bilang jangan terlalu mempercayai itu. Ibunya bilang penyakit jiwa nggak semudah itu disembuhkan, itu penyakit yang parah. Penanganannya bisa sangat lama, dan kadang bisa aja kambuh lagi"
"Kalau gitu kenapa dia ngebebasin Chenle?"
"Bukan Ibunya Yujin yang ngebebasin, tapi pihak rumah sakitnya atas permintaan keluarga Zhong. Terlebih emosi Chenle terlihat stabil tiga bulan terakhir itu, dia nggak menunjukkan keanehan apapun. Makanya pihak sana berani buat ngeiyain"
"Jang Wonyoung" suara dingin Jisung sanggup mengunci tatapan Wonyoung pada pemuda yang baru saja menyebut namanya tersebut.
"Kalau ternyata semua ini bohong, kamu tau kan ini bisa disebut sebagai pencemaran nama baik?"Wonyoung mendengus sebal. "Terserah kamu, Park Jisung. Yang jelas aku udah ceritain semuanya, terserah kamu mau percaya atau nggak" balasnya tidak kalah dingin lalu berdiri untuk meninggalkan kantin.
"E-eh, Wonyoung! Tungguin gue!" Yuna meringis menatap Jisung bersalah sebelum berlari mengejar Wonyoung.
Jisung memandangi punggung keduanya hingga menghilang meninggalkan area kantin. Sekarang dia sendiri, masih duduk di tempat yang sama dengan pikiran bercabang kemana-mana.
Sampai akhirnya ingatan dua minggu yang lalu tidak sengaja lewat di pikiran Jisung, itu adalah sewaktu dia sedang telponan dengan Eunsang.
"---gue liat Wonyoung sama cowok"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...