Yuna bukannya curigaan, hanya saja terkadang feeling-nya itu selalu tepat.
Dia memang tidak mengenal siapa itu Zhong Chenle, melihat wajahnya saja baru sekali saat Chenle ikut menjemput Jisung di sekolah. Yuna hanya tau Chenle sebatas sudut pandang Jisung semata, selebihnya dia tidak tau apa-apa.
Tapi mengapa feeling-nya terhadap pemuda itu tidak baik ya?
Berhubung Yuna sudah mengulik informasi dari Jisung, saatnya ia mencari tau sendiri lewat Wonyoung. Semoga saja apa yang ia pikirkan tidak benar, dan semoga saja pesan Jisung semalam tentang Chenle adalah kebenarannya.
'Dia orang baik'
Kalau memang begitu adanya, Yuna tidak akan ragu untuk meminta maaf pada Chenle meski sebenarnya pemuda itu tidak tau apa-apa. Yuna akan meminta maaf karena sudah berpikir yang tidak-tidak tentangnya.
Tapi kalau ternyata feeling-nya itu benar, Yuna pastikan ia akan berbuat sesuatu agar Chenle tidak bisa mengganggu Wonyoung dan membuat gadis itu ketakutan lagi.
Memang sih kesannya seperti ikut campur urusan orang, tapi Yuna sudah terlanjur berteman dengan Wonyoung. Sebagai teman yang baik, memang dirinya bisa tenang melihat bagaimana pucatnya wajah Wonyoung saat melihat Chenle waktu itu?
Jawabannya adalah tidak.
Jisung belum sempat menceritakan obrolannya dengan Chenle semalam, katanya sih hari ini sekalian mereka akan mengobrol juga bertiga dengan Wonyoung. Karena masalahnya ada di gadis Jang itu, maka Wonyoung wajib ikut dalam obrolan mereka.
Maka dari itu disela jam kosong karena lagi-lagi guru sedang melangsungkan rapat. Yuna, Jisung, juga Wonyoung memilih untuk berkumpul di kantin sekolah. Mereka mengobrol disana sekaligus mengganjal perut dengan roti isi dan jus mangga. Sebenarnya mereka tidak terlalu lapar, hanya saja tidak enak hati dengan ibu kantin jika tidak memesan apapun sedangkan mereka numpang duduk di lapaknya.
"Waktu itu lo sempat nanya ke gue kan cowok yang sama Tante Lyra itu siapanya Jisung?" Obrolan dibuka lebih dulu oleh Yuna.
Jisung memandang ke arah Wonyoung yang mendadak tegang dengan roti isi di tangan yang tidak jadi ia makan.
"I-itu---"
"Namanya Chenle, Zhong Chenle. Dan dia sepupunya Jisung" sahut gadis Shin itu sambil melirik pada satu-satunya laki-laki di antara mereka sekarang.
"Se... pupu?"
Jisung mengangguk. "Iya. Setahun yang lalu dia pindah ke Shanghai tapi sekarang balik lagi kesini buat liburan" pandangan pemuda itu terarah ke atas, nampak berpikir. "Terhitung udah sekitar seminggu dia disini"
"Itu nggak mungkin" Wonyoung menggeleng tegas.
"Apanya yang nggak mungkin?" Sahut Yuna penasaran.
"Aku udah liat dia hampir sebulanan ini, mustahil dia ada disini baru seminggu"
Sekarang mulai terlihat lipatan di kening Jisung, ia memandang sangsi ke arah Wonyoung yang diam-diam memilin jemarinya di bawah meja. Roti isinya tidak ia sentuh lagi, mendadak kehilangan selera makan.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu? Jelas-jelas Chenle datang ke rumah aku baru seminggu yang lalu, dia sendiri yang bilang baru sampai jam lima sore waktu itu"
"Ya karena---"
Kalimat Wonyoung tidak terselesaikan, gadis itu buru-buru menunduk saat sadar dia hampir saja keceplosan.
"Karena apa, Wony?!"
Yuna menyentuh lengan Jisung di atas meja, sadar kalau Jisung terlalu mendesak Wonyoung yang mulai gemetar. Melihat hal itu dirinya semakin yakin pasti ada sesuatu yang terjadi makanya Wonyoung bisa sampai setakut itu. Si gadis Shin menggeleng lemah isyarat agar Jisung juga tidak terlalu keras pada Wonyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...