Pada dasarnya, Lyra tidak terlalu suka makan ditempat ramai seperti restoran misalnya. Tapi berhubung Jisung yang mengeluh lapar sehabis dari pemakaman tadi, mau tidak mau Lyra pun menuruti. Mereka memesan Hotpot untuk makan malam, salah satu dari beberapa makanan kesukaan Lyra sebenarnya.
Hotpot itu salah satu sajian menu terpopuler di Tiongkok. Dulu saat dirinya masih berkuliah, Renjun kerap kali membuatkannya hotpot hingga lama kelamaan Lyra pun mulai menyukai rasa dari makanan itu. Biasanya, Renjun juga menambahkan saus mala andalannya ke dalam hotpot. Rasanya enak.
Ngomong-ngomong Renjun, Lyra jadi teringat kalau ia belum sempat cerita perihal posisinya yang sekarang jadi sekretaris pemuda Huang itu pada Jisung. Memang tidak begitu penting sih, tapi entah kenapa Lyra rasa Jisung harus tau.
"Jisung"
Yang punya nama hanya bergumam seperlunya, sibuk menyuap satu demi satu potongan daging sapi kesukaannya. Tapi Lyra tau kalau Jisung pasti menyimak apa yang akan ia katakan.
"Buna sekarang jadi sekretarisnya Renjun loh"
"Uhuk!"
Lyra meringis saat tiba-tiba saja Jisung terbatuk, untung hotpot yang ini tidak sepedas seperti yang biasa Renjun buat untuknya. Cepat-cepat anak itu meneguk minumannya untuk meredakan tenggorokannya yang seperti terbakar.
"Buna bilang apa?" Tanya Jisung sekali lagi, takut salah dengar.
"Mulai hari ini, buna jadi sekretarisnya Renjun"
"Renjun yang itu?"
"Ya emang yang namanya Renjun ada berapa sih"
"Kok bisa? Buna pindah tempat kerja?"
Lyra menggeleng, menyempatkan diri menyuap satu potong tahu ke dalam mulut lalu mengunyahnya perlahan. "Nggak, cuma kebetulan aja ternyata perusahaan tempat buna kerja tuh punyanya keluarga Renjun. Dan sekarang dia yang menempati posisi sebagai CEO, menggantikan pamannya yang sebelumnya mutusin buat pensiun"
"Wah, dunia ternyata sempit ya" sinis Jisung, entah kenapa dia tidak terlalu menyukai kabar ini.
"Pantes waktu itu buna sempat beberapa kali diantar pulang sama Om Injun"Wanita itu nyengir, menampakkan deretan gigi rapinya pada Jisung yang lantas merotasikan bola mata. "Jadi mulai sekarang kamu harus jaga sikap di depan Renjun, gitu-gitu dia atasan buna loh"
"Nggak janji!" ketusnya kemudian, tanpa mau repot-repot menatap bunanya.
Lyra hanya mampu menghela napas. Sepertinya akan sulit membuat Jisung menyukai Renjun. Semoga saja Pria Huang itu tidak tersinggung dan bersikap profesional, walau bagaimanapun juga Lyra merasa tidak enak hati pada Renjun atas sikap Jisung selama ini.
Mata Lyra mengedar pada seisi restoran, malam ini cukup ramai karena memang sudah masuk jamnya makan malam. Namun meskipun begitu, ada seseorang yang ia kenali berada di salah satu meja bersama dengan satu orang lagi yang mungkin umurnya tidak jauh beda dengan Lyra.
"Kim Jun---"
Kalimatnya terpotong kala menyadari sosok yang kini tengah bersama Junkyu tadi ialah orang yang juga ia kenal.
"Loh, Kak Wonpil?"
Yang punya nama menoleh, padahal Lyra rasa ia hanya bergumam tapi sosok yang barusan ia sebut namanya secara kebetulan ikut menoleh ke arahnya. Orang itu---Kim Wonpil, melebarkan kedua matanya karena terkejut. Sebelum akhirnya ia bangkit lalu berjalan menghampiri Lyra yang hanya bisa bengong.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Son ✓
FanfictionIn another life [ Son From The Future ] "Kamu sayang banget ya sama buna?" "Iyalah! Buna itu hidup dan matinya Jisung" anak laki-laki itu menarik ingusnya, sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jangan pergi, jangan pernah pergi dari hidup Jisung." St...