56•| I D O L

2.2K 203 3
                                    

Suasana sedikit menggelap sekarang. Matahari tampaknya telah selesai mengerjakan tugasnya hari ini dan sekarang ia berganti pekerjaan dengan bulan.

Rose tersenyum senang melihat banyaknya bintang yang berhamburan di langit malam. Dia awalnya mengira akan turun hujan lebar, tapi ternyata langit malah menyengguhi pemandangan langitnya yang indah.

"Yeppojana" Mata gadis itu membesar. Kagum dengan pemandangan langit malam yang sangat jarang dilihatnya sekarang. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali bisa melihat seleluasa ini.

Dari jauh, jimin tersenyum kecil melihat Rose. Kejadian buruk yang sempat ia alami beberapa minggu lalu dengan gadis cantik itu seakan hilang dari pikirannya. Tergantikan oleh tingkah imut yang sedari tadi ditunjukkan gadis australia itu.

Rose masih asik dengan kegiatannya memperhatikan langit. Ia sekaan lupa dengan tugas yang diberikan Jisoo padanya yaitu mengumpulkan beberapa ranting untuk dijadikan api unggun.

"Merasa lebih baik Chaeyoung-aa?" Rose menoleh pada lelaki di sebelahnya. Ia tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.

"Kita akan merasa sangat baik jika selalu bersyukur Jimin-aa" Jimin tersenyum kecil mendengar jawaban pintar dari gadis itu. Ia ikut menadahkan kepalanya ke langit. Mengikuti gerakan gadis di sampingnya.

"Chaeyong-aa"

"Ne?" Rose tidak menoleh pada Jimin. Fokusnya benar benar tertuju ke atas sekarang.

"Perkataanmu beberapa minggu lalu tidal benar kan? Hanya bercanda bukan?"

Rose tersenyum kecil. Hatinya mulai kuat sekarang untuk mengucapkan kalimat yang sangat dihindarinya sejak dulu "Segala yang dimulai dengan pertemuan pasti akan ada yang namanya perpisahan"

Jimin terdiam. Kata kata Rose barusan cukup masuk dalam ke hatinya. Ia menghela nafas panjang, ini bukan pertama kalinya ia mendengar kalimat perpisahan dari mereka.

Biasanya, mereka hanya mengatakan hal seperti itu saat banyak orang curiga dengan hubungan Blackpink dan BTS. Mereka akan berkata untuk menjaga jarak selama beberapa waktu dan nantinya akan kembali dekat seperti semula.

Tapi kali ini sepertinya Blackpink benar benar mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Bukan hanya untuk sementara tapi untuk jangka waktu  yang terbilang panjang.

"Jangan benci Blackpink karena ini ya" Kata Rose pelan. Matanya sekarang hanya memandang hamparan pasir. Sesekali kakinya memainkan ribuan partikel pasir tersebut.

"Kami banyak dibenci sekarang. Tolong jangan benci kami lagi" Lanjutnya. Suara Rose terdengar bergetar. Ia memejamkan matanya erat guna menahan air mata yang hampir saja turun.

Rose mengambil nafas panjang. Ia harus kuat. Ia sudah diajarkan kuat dan mandiri sejak dulu. Biarkan orang melihat dia terlihat baik baik saja tapi kenyataannya ia berada di posisi terbawahnya.

"Hehe, jangan dipikirkan Jimin-aa. Kita harus bersenang senang malam ini dan berharap semoga bisa bertemu lagi nantinya" Rose menatap jauh ke arah pantai. Ia tertawa ringan lalu beralih melihat Jimin yang sedari tadi hanya diam. Lelaki itu tampak tak menunjukkan ekspresi apapun.

"Blackpink akan selalu ada untuk Bangtan. Selalu dan selalu. Kami tetap berada di sini, bekerja dan mencapai segala impian yang telah direncanakan dengan tujuh orang lelaki kami"

---
Lisa duduk di samping Jennie. Suasana seperti kembali ke keadaan dulu. Tertawa bersama, saling berbagi candaan dan kegiatan yang dulunya mereka lakukan saat berkumpul kembali terulang.

Lisa menarik nafas panjang. Matanya memandang lepas laut yang terbentang luas di hadapannya. Angin laut beberapa kali memainkan rambut indahnya.

'Mungkin sekarang kita hanya diberikan pilihan. Melepaskan atau bertahan. Hidup ini harus memilih dan kita tidak bisa mendapatkan keduanya'

Otaknya memutar kembali perkatan Jisoo padanya beberapa waktu lalu. Gadis itu tersenyum kecil kemudian memandang sekilas Jungkook yang berada di samping kanannya.

"Jangan benci aku, Kookie-aa" Kata Lisa lirih. Ia segera mengusap air matanya saat dirasa pipinya mengalir sesuatu yang hangat.

"Hftt... lama kita tidak berkumpul seperti ini" Ucap Namjoon. Sudah sekian lama ia tidak merasakan suasana seperti ini. Bermain dan bersenang senang bersama tanpa ada sesuatu yang menghalangi.

Hoseok datang dengan Suga membawa banyak daging yang baru saja mereka panggang tadi. Jam sudah menujukkan pukul 12 malam tapi tak membuat mereka beranjak untuk tidur.

"Ini sudah larut malam. Kalian tidak tidur?" Jisoo melirik sedikit ke arah jam yang dikenakan Rose. Matanya benar benar terasa berat karena kegiatan di YG tadi siang, tapi saat ia mengingat malam ini seperti merupakan malam terakhir mereka bersama sama, gadis cantik itu seakan melupakan rasa lelah dan ngantuknya.

"Oppa"

Semua member BTS melihat ke arah Jisoo. Gadis itu tersenyum tipis dan memandang satu per satu para member.

"Apa yang kalian lakukan sekarang jika seandainya kita tidak pernah bertemu dan mengenal dulu?" Tanya Jisoo. Gadis itu menggenggam erat tangan Jennie untuk mengatasi kegugupannya.

"Mungkin sedang berdiam diri di rumah masing masing" Jawab Jimin. Dahi Jisoo mengerut, apa maksudnya?

"Mungkin BTS telah bubar sekarang jika seandainya dulu tidak mengenal Blackpink" Hati Jisoo bergetar mendengar jawaban Jimin. Apa yang harus ia katakan sekarang?

"Jika seandainya Blackpink tidak ada lagi disini bagaimana?" Cicit Jisoo pelan. Walaupun suaranya pelan, tapi bisa seluruhnya mendengar. Angin pantai berhembus pelan di sela sela pembicaraan mereka.

Seluruhnya diam. Tidak ada seorang pun yang berbicara. Mereka seolah hanyut dengan pertanyaan Jisoo barusan.

"Oppa, jika Blackpink sekarang memundurkan diri menjadi The queen of BTS bagaimana?"

"Jika sekarang Blackpink tidak bisa lagi berjalan bersama Bangtan bagaimana?"

Jennie yang berada tepat di samping Jisoo segera menundukkan kepalanya. Ia tidak kuat lagi sekarang. Tak kuat dengan kehidupan yang seperti ini.

"Ini tahun 2020 ya oppa? Bagaimana Jika kita jadikan tahun 2020 seperti tahun 2015. Kita belum saling mengenal saat itu bukan?"

"Maafkan kami yang egois untuk mengatakan hal ini tapi kejadian ini sudah menjadi takdir hidup Blackbangtan"

Jisoo menarik nafas panjang. Ia tersenyum kecil lalu berucap pelan "Aku bangga menjadi bagian dari Blackbangtan. Bangga pernah mengenal sebuah grup yang bernama BTS. Bangga karena pernah menjadi bagian yang diistimewakan dari BTS" Air mata Jisoo perlahan turun. Gadis itu benar benar tidak bisa lagi menahannya.

"Kami jahat kan? Egois? Mementingkan diri sendiri. Jangan benci Blackpink setelah ini ya? Jangan benci aku. Tolong" Suara Jisoo bergetar. Jennie semakin erat menggenggam tangan gadis itu.

Jisoo benar benar tak dapat menahannya. Hatinya sangat sakit sekarang. Gadis itu berulang kali menghapus air mata yang jatuh ke pipinya sejak tadi.

"Tolong jangan benci kami" Ucapnya pilu. Ia menyembunyikan dirinya di belakang Jennie. Biarkan penggemar Bangtan yang mengganggu mereka selama ini menang dan Blackpink yang mengalah untuk kesekian kalinya. Karena menjadi seorang idol harus kuat diperlakukan seperti itu oleh para penggemarnya bukan? Harus siap menahan segala beban bukan? Dan juga harus mengikuti apa yang penggemarnya inginkan.

---

.
.
.
.
.
.
.
.

VOTE😔

I D O L ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang