67•| I D O L

3K 235 0
                                    

Jungkook berlari cepat saat Hoseok memakirkan mobilnya di bagunan tempat apartemen Rose berada. Ia harus cepat menemui ketiga gadis itu. Jangan sampai keadaan mereka sama seperti keadaan Jennie kemarin.

Jimin menekan sederetan pasword yang diberikan Jennie padanya. Tidak ada secuil pun cahaya yang didapatnya saat masuk ke dalam apartemen ini.

"Kau yakin mereka ada disini Jimin-aa?" Tanya Namjoon. Jimin mengangguk pelan. Ia sempat melihat sepatu yang biasanya Rose kenakan tergeletak begitu saja disana.

"Mereka ada disini hyung"

Suga berjalan mendahului mereka. Ia berusaha mencari saklar lampu dengan bantuan pencahayaan dari ponselnya.

"Carilah saklar lampu dahulu. Aku tidak bisa menemukannya" Mereka berenam mencoba mencari dimana saklar lampu itu berada. Agak kesulitan karena ini adalah kali pertama mereka datang kesini.

Ceklek

Seokjin mengehidupkan saklar lampu yang terletak di sudut apartemen. Cahaya putih langsung masuk ke dalam mata mereka berenam.

"Jisoo-aa!!!" Panggil Seokjin. Matanya menelisik tajam, mencoba mencari keberadaan ketiga member Blackpink yang diyakininya berada disini.

"Chaeyoung-aa!!!"

"Lisa-shi!!!"

Jimin berlarian kesana kemari guna mencari keberadan mereka. Apartemen Rose terbilang cukup luas dan juga besar. Pastinya dibeli dengan harga yang tinggi.

"Rose-aa?" Mata Namjoon menangkap seseorang yang diyakini sebagai Rose. Terlihat dari warna rambut gadis itu. Jimin dengan langkah cepat langsung mengahampiri Namjoon saat mendengar suara lelaki itu.

Pandangan matanya jatuh ke arah seorang gadis yang menelungkupkan wajahnya kebawah dengan tangan yang memeluk erat dirinya sendiri. Dia terlihat menyedihkan berada di pojok ruangan dengan baju yang berantakan.

"Rose-aa..." Panggil Jimin. Lelaki itu mendekat mendekati gadis kecil itu. Hatinya miris melihat keadaan gadis di depannya ini. Siapapun yang melakukan ini tak akan ia maafkan.

"Jangan sakiti aku" Ucap Rose pelan. Ia semakin erat memeluk dirinya sendiri.

"Chaeyoung-aa. Aku jimin"

"Jangan sakiti aku. Tolong. Jangan maki aku lagi" Tangan kanan gadis itu memukul keras kepalanya. Ia sekaan tak sadar bahwa didepannya adalah Jimin karena terlalu sering menerima cacian dan perlakuan fisik.

"Jangan sakiti aku. Aku mohon. Lepaskan aku" Jimin mengehentikan tangan gadis itu cepat. Kepalanya bisa terluka jika dipukuli seperti itu.

"Jangan ikuti aku. Tolong hentikan semua ini" Perkataan Rose benar benar mengiris sebagian besar hati Jimin. Gadis itu bersikap seperti baru saja mengalami trauma berat.

"Ini aku. Jimin" Jimin mendekap erat gadis itu. Rose menangis sesengukan di dalamnya. Seluruh tubuhnya sakit menerima perlakuan mengenaskan seperti itu.

"Jangan sakiti aku lagi. Jangan" Hanya kata kata seperti itu yang bisa diucapkan gadis cantik itu. Ia benar benar trauma dengan kejadian yang menimpanya beberapa bulan terakhir.

Jimin mengdongkakkan wajah Rose perlahan. Mencoba memperlihatkan dirinya pada gadis itu agar dirasanya tenang.

Bibir dengan ujung berdarah, badannya terdapat banyak luka, matanya sembam dan pipinya memerah. Sungguh, Emosi Jimin meningkat saat itu juga. Ia tak pernah melihat seseorang dilukai seperti itu. Terlebih lagi itu adalah orang yang ia sayangi.

"Aku ada disini. Ini aku Jimin dan kau akan selalu aman disini"

---

"Jadi bagaimana ini bisa terjadi?" Mereka kini sudah berkumpul semuanya di apartemen Jennie. Apartemen Rose terlalu bahaya sekarang untuk mereka semua.

Jisoo melirik pelan ke arah Jennie dan langsung diangguk oleh gadis itu. Lisa dan Rose telah tidur di kamar Jennie sejak tadi. Mereka seakan trauma dengan segala kejadian yang menimpa.

"Biar aku yang menjelaskan" Jennie mengusulkan dirinya. Ia yang pertama sekali menemukan surat berisikan teror tersebut.

"Aku tak ingat lagi kapan kejadiannya. Kami baru saja pulang dari YG. Aku pertama sekali menemukan kertas berisikan teror seperti itu di depan pintu dorm Blackpink"

Jennie terdiam sebentar. Member Bangtan lainnya menunggu ucapan gadis itu. Penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya.

"Roje yang pertama sekali mendapatkannya. Dia bercerita pada Jisoo eonni dan Jisoo eonni bercerita padaku. Tapi gadis itu menghadapinya dengan sabar tanpa sedikitpun memberontak"

"Rose tidak kembali ke dorm malam itu. Dia pergi ke apartemennya untuk menenangkan dirinya. Biasanya yang didapatkannya hanya perkataan kasar lewat akun media sosialnya, tapi kali ini secara langsung"

"Dan beberapa hari setelahnya, saat kami bangun hendak pergi ke YG. Dorm Blackpink berantakan dengan cairan merah dan kertas berisi cacian dan ancaman berserakan disana"

"Cairan merah? Darah maksudnya?" Sela Namjoon. Ia baru mendengar cerita mereka tapi merasakan bagaimana perasaan mereka saat itu.

"Aku tidak tau yang pastinya itu apa. Dan yang paling sering adalah meneror dengan menggunakan ponsel. Mereka membayar mahal perusahaan ponsel untuk mendapatkan nomor ponsel kami"

"Saat pulang dari acara musik mingguan. Aku bersama Rose pergi ke YG untuk urusan pembuatan lagu Rose yang akan dirilis sebentar lagi. Jisoo eonni dan lisa pulang ke dorm karena Lisa sakit hari itu" Jennie kembali melirik Jisoo. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. Seakan tau kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh Jennie.

"Ada sesuatu yang terjadi setelah itu" Cicit Jennie. Kepalanya kembali pusing. Hari ini sudah hampir 5 kali gadis itu merasakan pusing yang seakan menggerogoti sebagian kepalanya.

"Kejadian itu berlangsung hingga beberapa minggu. Setelah kita bertemu di pantai saat itu, kami masih juga di teror" Lirihnya. Ia memejamkan matanya sesaat dan menggigit bibir dalamnya keras.

"Ambil tindakan hukum. Biarkan mereka tau akibat yang akan terjadi" Sahut Taehyung. Lelaki itu terlihat benar benar marah setelah mendengar sekilas cerita dari Jennie.

Jennie menggeleng pelan "Jangan lakukan hal itu. Kami akan baik baik saja nantinya. Mereka itu penggemar kalian"

"Ini sudah di luar batas Jennie-shi" Balas Jimin. Tanpa persetujuan mereka berempat pun, ia akan melaporkan hal ini pada Big Hit. Karena Big Hit sudah memberikan perlindungan pada army dan Blackpink juga termasuk army.

"Jennie-aa, kau merasa tidak mereka lebih sering masuk ke YG. Rose pertama sekali mendapat perlakuan kasar itu di YG bukan?" Kata Jisoo pelan. Ia sudah heran akan masalah ini sejak dulu tapi ia rasa tidak ada keganjalan didalamnya.

"Pasti ada salah satu staff disana yang bekerja sama dan memudahkan mereka masuk ke dalam YG" Sahut Namjoon. Ia tampak mengotak atik ponselnya.

"Pasti karena bayarannya mahal"

Jennie mendelikkan bahunya singkat "Aku tidak tau kenapa mereka bisa dengan mudahnya masuk ke dalam YG. Tapi sekarang aku bersyukur masalah ini akan selesai"

"Ini sangat keterlaluan menurutku" Kata Jimin lagi. Ia menghela nafas kasar. Diperlakukan seperti itu cukup membuat emosinya mengingkat.

Apalagi dilihatnya keadaan Rose dan lisa yang seperti itu membuat emosinya meluap luap. Ia terlalu marah sekarang.

"Pasti semuanya akan baik baik saja"

---

.
.
.
.
.
.
.

VOTE🤐

I D O L ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang