Jennie merasakan pusing yang sangat berat dikepalanya. Perutnya bergejolak hebat. Ia ingin muntah sekarang. Dengan cepat, gadis itu berlari terpincang pincang membuka pintu kamarnya dan kembali berlari menuju kamar mandi.
Hueeokkk
Pusing dikepalanya semakin hebat. Ia sempat melirik jam sebentar dan ini sudah jam 2 malam. Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan wajah sayu dan berpegangan dengan dinding untuk menyeimbangkan langkahnya.
"Kau sudah sadar Jennie-aa" Jennie berbalik ke belakang saat mendapati suara seseorang yang sangat dikenalnya masuk kedalam telinganya.
"Taehyung-aa" Air matanya turun seketika. Hatinya sakit. Lebih sakit dari kakinya yang ia yaki kondisinya akan bertambah parah sekarang.
"Taehyung-aa. Mianhae" Gadis itu terisak hebat. Ia sangat merindukan lelaki itu dan kini lelaki itu ada di depan matanya.
"Maafkan aku" Hati Taehyung teriris melihat pemandangan didepannya. Walaupun samar sama tapi ia bisa melihat jelas Jennie menundukkan kepalanya dan tangisannya terdengar sangat pilu.
"Jangan tinggalkan aku. Maafkan aku. Aku tidak punya siapa siapa lagi sekarang" Taehyung mendekat kepada gadis itu dan mendekapnya erat. Ia juga tidak ingin kehilangan gadis itu.
"Maafkan aku" Hanya itu kata kata yang bisa dikeluarkan Jennie. Ia masih menangis pilu dan membuat hati Taehyung sakit mendengarnya.
"Jangan menangis lagi Jennie-aa"
"Jangan tinggalkan aku Taehyung-aa. Jangan. Aku sendiri disini"
Hati Taehyung terasa sangat pilu mendengar suara tangisan gadis kecil itu. Ia tau gadis itu sedang dalam kondisi terlemahnya sekarang dan tingkat depresi yang paling tinggi
"Tidurlah Jane. Kita akan berbicara besok pagi"
Jennie mengusap air matanya pelan. Ia sangat merindukan lelaki ini "Jangan pergi dariku Taehyung-aa"
Taehyung tersenyum kecil lalu mengangguk. Mengantar Jennie untuk kembali masuk ke dalam kamarnya "Tidurlah. Aku selalu disini Jane"
---
Jimin terbatuk pelan. Tenggorokannya sakit sejak beberapa hari yang lalu. Ia melirik Seokjin yang sedang membuatkan minuman untuknya.
"Hyung, kapan kita akan menemui mereka??"
Seokjin yang juga sedang membuatkan makanan untuk para member melihat sebentar ke arah Jimin "Saat Jennie bangun dan menceritakan semuanya pada kita. Kuharap tidak ada terjadi sesuatu pada mereka bertiga"
Jimin mengehela nafas lalu mengangguk pelan "Semoga kalian baik baik saja disana"
Hoseok dan Taehyung ikut bergabung untuk duduk bersama Jimin. Semalam mereka menginap di apartemen Jennie agar bisa menjaga gadis itu. Sedangkan Namjoon, Suga dan Jungkook sepertinya masih tidur.
"Jennie sudah bangun?" Taehyung menggeleng tidak tau. Ia akan menunggu agar gadis itu keluar sendiri dari kamarnya.
"Aku sangat resah sekarang akan terjadi apa apa pada mereka bertiga" Kata Jimin. Ia sejak semalam tidak bisa tidur mengingat hal itu.
"Kita akan tau nantinya"
Pintu kamar Jennie terbuka. Menampilkan gadis itu dengan tongkat yang dulu pernah dipakainya saat kakinya terkilir pada waktu olahraga.
Taehyung menghampiri Jennie. Membantu gadis itu agar ikut duduk. Gadis itu terlihat banyak menurunkan berat badannya. Terlihat sangat mungil jika duduk di antar member BTS lainnya.
"Bagaimana keadaanmu Jeundeuki?"
"Aku akan baik baik saja Hoseok oppa" Gadis itu tersenyum lebar. Itu yang sangat disukai Taehyung dari gadis bermata kucing itu. Sikapnya tidak manja dan tidak mudah menangis pada keadaan.
"Ya... kalian merahasiakan hal ini pada kami?"
Jennie tersenyum kecil lalu menggeleng pelan "Blackpink tidak ingin BTS tau dan mengedepankan kami daripada penggemar kalian. Dia itu juga seorang army"
Rahang Taehyung kembali mengeras saat mengingat kejadian kemarin. Entah apa yang terjadi nantinya jika saja ia terlambat untuk datang tidak datang.
"Dimana member lainnya? Mereka berada di dorm?" Jimin bertanya dengan bertubi tubi.
Jennie kembali menggeleng. Ia memejamkan matanya sebentar. Pusing di kepalanya kembali menyerang.
"Gwhenchana Jennie-aa?" Taehyung panik. Jennie memegangi kepalanya keras. Ini sangat sakit. Pengaruh perlakuan kasar yang didapatkannya begitu besar.
"Gwenchana-yo" Jennie membuka matanya perlahan. Ia harus menahan ini dan tidak boleh menjadi gadis yang lemah. Jennie menarik nafasnya pelan. Ia harus memberitahu hal ini pada member BTS dan tidak boleh lagi merahasiakannya.
"Mereka ada di apartemen Rose" Jawabnya lirih. Ia bahkan tak sanggup berbicara sekarang.
"Rose punya apartemen? Aku tak pernah tau dia membeli apartemen"
"Rose merahasiakan apartemennya pada semua orang. Tapi karena kondisi di dorm tidak aman lagi jadi kami untuk sementara pindah kesana tapi masih tetap dihantui oleh teror itu"
Jimin menggeram kesal. Ia kembali mencoba menelphon Rose tapi ponsel gadis itu masih tidak aktif.
"Mereka menggunakan ponsel dan nomor yang lain untuk berkomunikasi" Jennie tak dapat lagi melanjutkannya. Ia benar benar lemah sekarang.
"Kita harus kesana sekarang. Akan sangat berbahaya jika nantinya para penggemar itu kembali datang"
Jennie mengangguk lemah. Ia menyerahkan alamat serta pasword untuk masuk ke dalam apartemen Rose. Gadis itu tidak akan pernah membuka pintu lagi jika ada seseorang yang menekan bel.
Jimin beranjak dari duduknya. Langkahnya cepat pergi ke dalam kamar guna membangunkan Jungkook, Namjoon dan Suga.
"Kau pergi Jane?"
Jennie menggeleng lemah. Untuk bediri saja ia tidak sanggup.
"Aku akan menjaga Jennie disini. Kalian pergilah" Ucap Taehyung. Tak mungkin ia meninggalkan gadisnya disini dan mengikuti member lain pergi ke kediaman Blackpink.
Jimin mengangguk pelan lalu dengan cepat member BTS terkecuali Taehyung keluar dari apartemen Jennie. Mereka harus segera sampai ke apartemennya Rose sekarang. Memastikan apakah mereka bertiga baik baik saja disana.
---
.
.
.
.
.
.
.VOTE🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
I D O L ✔
FanfictionBangtan Sonyeondan dan Blackpink 2 Idol Group yang sedang naik daun saat ini dan banyak mencuri perhatian banyak orang di dunia ternyata memiliki kedekatan layaknya kakak dan adik. Tidak banyak yang tau tentang kedekatan mereka. Bagaimana keseruan d...