JANGAN LUPA VOTE GENGSSejak pertemuannya dengan Gamal kemarin, Dirinya belum bertemu dengan pria itu lagi.
Sejak 1 bulan lalu, Arisha sudah mulai cuti kehamilan. Jangankan untuk bekerja, Untuk jalan saja susah.
Malam ini, keluarga Arisha tengah berkumpul di ruang keluarga. Tidak ada acara apapaun. Hanya ingin berkumpul saja.
Hal ini yang selalu Bunda Hara nantikan. Keluarga kecilnya kembali harmonis seperti dulu kala.
Arisha yang tengah duduk diam menonton serial tv, merasakan pinggangnya nyeri dan perutnya terasa sakit.
"Akh!!"
Semakin lama rasa sakit itu semakin menjadi. Membuat Arisha tidak bisa menahan erangannya.
Semua menatap ke arah Arisha. Bunda Hara langsung berlari ke arah putrinya.
"Aris, kamu kenapa nak?"
Arisha terus saja mengusap perutnya. "Perut Arisha sakit bund. Sakit banget"
Bunda kalang kabut saat melihat ada darah mengalir lewat kaki Arisha.
Ayah Reza langsung membopong tubuh putrinya.
"Gilang, siapkan mobil. Kita kerumah sakit, Arisha mau melahirkan Ra!"
"Tapi Mas--"
"Cepat Hara!!"
Bunda sangat cemas, Usia kandungan Arisha baru saja 8 bulan. Tidak mungkin jika Arisha malahirkan sekarang.
Dengan gerakan cepat, mereka menuju ke rumah sakit.
Bunda Hara terus saja mengusap perut putrinya, berharap rasa sakit putrinya berkurang. Hara tau apa yang di rasakan Arisha sekarang.
"Bunda...sakit..."Raung Arisha.
"Sabar ya sayang. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit. Tenang dulu ya nak" Bunda terua mengusap perut putrinya.
"Sakit Bund...Hiks hiks"
"Iya nak...tenang ya sayang"
Setelah sampai, Gilang langsung memanggil para suster untuk membantu membawa Arisha kedalam.
Arisha dipindahkan ke berangkar dan dibawa ke ruang persalinan. Bunda, menangis takut terjadi apa apa kepada putri dan cucunya.
"Tenang Bund. Kak Aris gk akan kenapa napa. Mereka pasti sehat bund" Gilang memeluk bundanya.
"Bunda takut lang" Ucap Bunda di sela sela tangisannya.
Ayah Reza sibuk bolak balik menumggu hasil dari dokter.
Dokter keluar dari ruangan itu.
"Dok"
"Maaf bisa saya bicara kepada suami pasien??" Tanya Dokter.
Lagi lagi Dokter itu tidak mengenal Arisha seperti Kanza. Astaga.
"Saya Ayahnya. Suaminya belum datang. Biar saya saja yang mewakilinya" Alibi Ayah Reza.
Dokter pun mengangguk. Lalu mereka pergi ke ruangan dokter yang tidak begitu jauh dari ruang bersalin.
"silahkan duduk pak"
Ayah Reza mengangguk lalu duduk di hadapan Dokter itu.
"Begini pak. Usia kandungan anak bapak baru saja 8 bulan. Tetapi kandungan itu sudah menunjukan waktunya untuk bersalin. Jadi saya meminta izin kepada keluarga pasien untuk mengizinkan anak bapak bersalin pada usia 8 bulan. Apakah bapak dan keluarga keberatan??"
Tanpa ba bi bu, Ayah Reza menggelengkan kepala cepat. "Ya Dok, Kapan waktunya bersalin, lakukan saja donk. Saya cuma ingin anak dan cucu saya selamat"
Dokter itu mengangguk. "Baiklah. Tolong tanda tangani surat ini. Agar kami bisa langsung menjalani persalinan anak bapak"
Ayah Reza langsung menandatangi surat itu dengan tangan gemetar. Jujur ini kepanikan ketiga kalinya setelah Hara melahirkan Gilang dulu.
Lalu Dokter beranjak untuk melakukan persalinan Arisha. Semua cukup tegang. Karna Arisha harus malahirkan sebelum waktunya.
Gilang yang sedang duduk langsung teringat pada sahabat kakanya. Zoya dan Kimi.
Dengan cepat mencari kontak dua gadis itu lalu menghubunginya.
Cukup, oh bukan tetapi sangat terkejut respons dari mereka. Kimi dan Zoya sedang berada diperjalanan menuju rumah sakit.
Tidak lama, Zoya dan Kimi datang secara bersamaan.
"Bund" Ucap Zoya.
Bunda langsung memeluk tubuh Zoya. "Arisha mau bersalin Zoy. Bunda takut"
"Tapi Arisha baru 8 bulan kan Bund, kok udah mau bersalin??" Tanya Kimi polos.
Bunda menggeleng. "Bunda juga gak tahu Kim, Bunda takut terjadi apa apa sama Aris dan anaknya"
Zoya mengusap punggung Bunda Hara. "Bunda yang tenang ya. Kita doakan Arisha, semoga persalinanya lancar.
Menunggu waktu 1 jam menunggu, Akhirnya mereka mendengar suara tangisan bayi.
Tubuh mereka merinding karna tangisan bayi itu.
"Gilang udah jadi Om" Ucap Kimi, lalu memeluk tubuh jangkung Gilang.
"Iya kak, Bunda sama Ayah udah jadi nenek dan Kakek"
Bunda menangis Haru, karna suara tangisan bayi itu.
Bayi mungil itu kini sedang tertidur dalam dekapan ibunya. Walau bayi Arisha lahir secara prematur, tetapi bayi itu sehat dan normal.
Bunda menghampiri putrinya. Dan mengecup puncak kepala Arisha. "Selamat ya sayang. Sekarang kamu sudah jadi ibu."
"Maafin Arisha ya Bund"
"Maaf buat apa sayang??" Tanya Bunda Hara.
"Maaf kalau selama ini Arisha nakal sama bunda. Sekarang Arisha tahu gimana rasanya melahirkan" Ucap Arisha dengan terisak.
Bunda tersenyum lembut. "Iya nak. Kamu sama Gilang gak pernah nakal sama bunda"
Lalu setelah Bunda, sekarang giliran sahabat Arisha.
"Selamat ya Ris. Gue gak nyangka kalo secepat ini lo jadi ibu." Ucap Zoya.
Arisha mengangguk. "Thanks ya Zoy"
"Ih gemoy gemoy. Selamat baby, sekarang gue udah jadi tante" Ucap Kimi.
Arisha tertawa. "Anak siapa dulu. Thanks ya"
Ayah Reza pun mendekati Arisha dan cucunya. Ayah Reza menggendong cucunya dengan derai air mata. Dirinya terharu melihat Putrinya sudah melahirkan bayi mungil nan lucu itu.
Dengan gerakan pelan takut membangunkan sang pangeran, Ayah Reza pun mengAdzankan ditelinga anak Arisha.
*Maaf baru ditambah. Pangerannya Arisha. Tebel ya rambutnya. Gemes author. Xixixi
Hal ini cukup membuat Arisha menangis. Ayahnya peduli kepada anaknya.
Tamat.
Belom deng. Hehehe.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mommy (LENGKAP)
Художественная прозаApa yang kalian bayangkan jika mendengar kata "Single Mommy" ?? seorang Single parents/Janda?? tetapi Novel ini bukan menceritakan tentang seorang wanita Single parents yang ditinggal selingkuh oleh sang suami dan Novel ini juga bukan cerita tentan...