39. Tiga puluh Sembilan

10.2K 547 8
                                    

JANGAN LUPA VOTE GENGS!!!!

Gamal menunjuk ke arah Resepsionis. "Tadi dia jalan kesana. Itu anak kamu Lang?? Kamu udah nikah??"

Gilang menggeleng cepat. "Belum pak, saya belum nikah. Itu anak kakak saya. Si Surya."

Degg

"Kalau begitu saya kesana dulu ya pak. Nyusul si bocil, kalau ilang kan berabe. Hehe. Permisi pak Gamal"

Gilang langsung berjalan ke arah yang ditunjuk Gamal barusan, dia tahu kalau keponakan unyu nya itu sudah berada di tempat Ayahnya.

Gamal, pria itu masih terpaku di tempat. Surya?? Anak biologisnya bersama Arisha sudah besar.

Gamal tidak dapat melihat wajah putranya saat mereka tabrakan tadi. Kaca mata hitam itu lah yang menutupi wajah Surya.

Kini Gilang dapat melihat Surya tengah duduk di sofa kerja Ayahnya dengan kaki yang dilipat bak mandor bangunan.

"Cil. Om cariin juga, kamu tuh harusnya tungguin Om, nanti kalau ilang gimana hayo??" Ucap Gilang dengan mendekati bocah tengil itu.

Surya melepas kaca mata hitamnya dan menyelipkan di sela sela kaus. "Kalo aku nungguin Om, nanti aku dikatain kaya anak monyet lagi."

Gilang tertawa terbahak bahak karna penuturan bocah itu.

"Ya makanya kamu tinggi biar gak dikatain anak monyet lagi"

Surya menatap Ayah Reza yang tengah membereskan berkas. "Ayah, gimana caranya biar tinggi. Biar aku gak dikatain anak monyet lagi sama Om Gilang"

"Gilang" Tegur Ayah kepada Gilang yang masih cekikikan.

Ayah pun memberikan berkas kepada Gilang. "Ini berkas yang Arisha minta. Itu sudah Ayah tanda tangani, jadi tinggal ke kakak kamu aja"

"Siap Boss laksanakan. Ayo cil kita pulang"

Surya melihat uluran tangan Gilang. "Loh kok sebentar doang Om."

"Lah mau ngapain lama lama, mau bantuin ayah ngitung duit??"

"Emang uang ayah banyak Om?? Uang Mommy juga banyak, kan Mommy orang kaya."

Gilang terperanjat dengan ucapan keponakan unyu nya itu. "Shombonk sejak dini. Udah ayo pulang, nanti nenek nyariin loh."

"Oiya ya. Ayah aku pulang ya, Dadah Ayah"

Ayah Reza melambaikan tangannya menahan tawa. "Hati hati Lang."

***

Sungguh Gilang sangat jengah sekali melihat gaya keponakanya yang tidak mau digandeng, dan kaca mata hitam sialan itu, Astaga.

"Cil sini Om gandeng, ntar kamu nganyut loh." Ucap Gilang yang berjalan di belakang bocah itu.

Saat Gilang sedang mengikuti arah Jalan keponakannya, Netranya kembali tertuju kepada sosok Gamal yang berdiri di kursi tunggu.

"Pak Gamal masih disini." Ucap Gilang.

Gamal menatap Gilang lalu matanya beralih ke bocah kecil di samping Gilang. "Saya...Gilang, ini Surya??"

"Ah iya pak, ini Surya anaknya Kak Arisha. Anak yang pernah bapak gendong dulu."

Surya terus saja menarik jas Gilang. "Om ayo, nanti nenek nyariin aku."

"Bentar bentar Cil."

Gamal terus memperhatikan wajah Surya. Bibir itu, sangat mirip seperti dirinya.

"Hallo Surya." sapa Gamal.

Surya mengerutkan dahi. Sepertinya anak itu lupa, kalau Gamal sempat menabraknya tadi.

Gamal menggenggam tangan mungil milik Surya. Astaga darahnya berdesir hebat, putranya sudah tumbuh besar.

"Gilang, Bu Arisha sudah memberi tahu siapa ayah kandung Surya??" Tanya Gamal tiba tiba.

Awalnya Gilang bingung, kenapa Gamal tahu dan dia menanyakan siapa ayah Surya. Gilang pun menetralkan wajah bingungnya. "Gak pak, emm...pak Gamal tahu--"

"Saya ayah kandung Surya." Ucap Gamal cepat.

Gilang tertawa sumbang. Apa makhsud pria didepannya ini. "Haha, Pak Gamal ayah kandung Surya??"

"Iya, Saya ayah biologis Surya. Saya yang mendonorkan sperma itu ke kakak kamu Lang."

Gilang mempertajam kerutan dahinya. Apa dia tidak salah dengar??

"Gilang, kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan nanti sama Bu Arisha. Saya ayahnya Surya." Ucap Gamal, dia tahu Om anaknya ini pasti sedang kebingungan.

Surya tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kedua pria dewasa itu, tapi satu kata yang dia tangkap AYAH. Ayah adalah Papah.

"Om papah aku??" Tanya Surya kepada Gamal.

TBC

Single Mommy (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang