56. Lima Puluh Enam.

10.2K 693 55
                                    

JANGAN LUPA VOTE GENGS!!!!

Silahkan membaca... Typo bilang ya...

Setelah menempuh jarak lumayan jauh. Gamal dan sang putra sampai di tempat tujuan yaitu Perusahaan  besar Damian Production yang di pimpin oleh Gamal Prayuda.

Gamal pun menurunkan Surya dari mobilnya. "Kantor papah gede kaya punya Mommy"

"Iya dong. Anak papah seneng gak??"

"Seneng banget!!" Ucap Surya lantang.

Sedikit tertawa pelan, Gamal pun langsung menggandeng Surya untuk masuk kedalam kantor.

Banyak pasang mata yang menatap ke arah keduanya. Bagaimana tidak, Boss tampan mereka menggandeng anak kecil?? Benar benar hot daddy.

Aku bacanya aja ngakak sendiri yang kalian ngomongin si Kanza. Hadehhh si Kanza emang nihhh...

Makasih banyak banyak dari Author buat kalian yang masih setia nunggu cerita ini pubhlis. Dan buat kalian yang bilang cerita ini mood banget padahal ceritanya mah abruradul, sumpah terharu. Komenan kaya gitu juga bikin mood lepas landas. Gak tau deh mau ngetik apa lagi... Pokoknya makasih banyak buat para Readers tim hoa hoe. Makasih ya. Love you All😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

Silahkan membaca... Typo bilang ya...

Setelah menempuh jarak lumayan jauh. Gamal dan sang putra sampai di tempat tujuan yaitu Perusahaan  besar Damian Production yang di pimpin oleh Gamal Prayuda.

Gamal pun menurunkan Surya dari mobilnya. "Kantor papah gede kaya punya Mommy"

"Iya  dong. Anak papah seneng gak??"

"Seneng banget!!" Ucap Surya lantang.

Sedikit tertawa pelan, Gamal pun langsung menggandeng Surya untuk masuk kedalam kantor.

Banyak pasang mata yang menatap ke arah keduanya. Bagaimana tidak, Boss tampan mereka menggandeng anak kecil?? Benar benar hot daddy.

Gamal tersenyum kala melihat putranya yang berjalan dengan gaya yang sangat cool sekali. Kaca mata hitam, rambut berjambul, jeans berrantai membuat kesan anak itu begitu macco. Gamal bangga pada putra tunggalnya ini. Semua yang Gamal punya nanti akan ia warisi pada Surya.

"Lo ngapain bawa kutu beras ke kantor Mal??" Tanya Roy sesampainya mereka di ruangan Gamal.

"Enak aja, anak gue di bilang kutu beras. Lo tuh beras tengik" Cerca Gamal.

Roy tertawa lebar. "Terus kenapa lo ajak anak lo kesini?? Kalo mak nya nyariin, gimana?? Lo udah bilang ke Bu Arisha kalo anaknya di bawa ke sini??"

"Surya juga anak gue. Gue bapaknya, jadi gapapa lah. Gue emang belom bilang sih ke bu Arisha."

"Anjir!! Perang dunia ke II ini mah. Haduhhhh alamat ni kantor di ancurin sama CEO Dangerous itu."

Gamal tersenyum kembali saat melihat Surya yang duduk manis di kursi kebesarannya. "Lo tenang aja. Sekarang gue udah tahu gimana cara ngendaliin Bu Arisha."

Roy mengalihkan pandangannya ke telpon yang berada di meja kerjanya. Sebebarnya pria itu ingin bertanya tentang apa yang di katakan Gamal barusan  tapi terhalang karna suara deringan Telepon.

"Bentar."

Setelah Roy keluar ruangannya untuk mengangkat Telepon. Gamal berjalan ke arah Surya yang tengah sibuk menulis angka 1 sampai 5 di kertas kosong.

"Lagi nulis apa Pak Surya?? Serius banget"

"Aku lagi nulis dokumen, papah. Kaya yang biasa Mommy tulis tulis di rumah."

Gamal tertawa pelan. Memang putra nya ini, benar benar akan menjadi penerus perusahaan Damian Production.

"Mal!!Mal!! Bu Arisha dateng!! Tadi Resepsionis bilang, Bu Arisha lagi jalan kesini. Gimana nih Mal!!" Heboh Roy saat memasuki ruangan Gamal.

"Ck, lo ngapa kaya orang kebakaran jenggot si Roy. Ya udah udah, lo keluar dulu. Entar kalo bu Arisha udah sampe sini, suruh langsung masuk aja" Ucap Gamal santai.

"Entar kalo ada apa apa, gue gak ikut tanggung jawab loh ya." Todong Roy sembari berjalan ke arah luar.

Roy menahan nafas, kala orang yang di tunggu tunggu berdiri di depan meja kerjanya.

"Bisa saya bertemu dengan Pak Gamal??" Tanya Arisha datar.

Roy menelan ludah kala mendengar suara datar itu. "Silahkan masuk bu Arisha. Pak Gamal ada di dalam"

Arisha hanya mengangguk, lalu wanita itu langsung berjalan ke arah pintu ruangan Gamal.

"Pemisi" Ucap Arisha memasuki ruangan Gamal.

"Mommy!!!"

Mata Arisha yang sebelumnya bersorot dingin, kini menghangat kala melihat putranya.

"Selamat siang bu Arisha. Maaf saya gak bilang anda dulu untuk menjemput dan membawa Surya ke kantor ini." Ucap Gamal dengan diakhiri senyuman manis.

Arisha menyorot Gamal tajam, wanita itu berjalan ke arah putra dan Gamal. "Apa saya perlu membawa hal ini ke rana hukum karna anda sama saja membuat penculikan terhadap anak saya??"

"Rana hukum?? Apa bu Arisha lupa, jika Surya juga anak saya. Memang salah saya tidak memberitahu kepada bu Arisha. Tapi--"

"Cukup. Surya, ayo kita pulang sayang. Nenek tadi  buatin bolu kesukaan kamu di rumah. Yuk" Ucap Arisha menyerga penjelasan Gamal.

Bocah itu pun menuruti perkataan sang ibu, Turun dari kursi kebesaran ayahnya dan berlari ke arah sang ibu.

"Ayo Mom."

Belum sempat meninggalkan ruangan Gamal. Pria itu kembali bersuara. "Roy!!"

Roy masuk ke dalam ruangan Gamal. "Kenapa Pak??"

Gamal menunjuk Surya dengan dagunya, tanpa kebingungan, Roy pun mengangguk.

"Surya yang ganteng anaknya Papah Gamal sama Mommy Arisha. Ikut Om yuk, kita beli mainan yang keren keren." Ucap Roy

"Ngapain kamu mau ngajak anak saya??" Tanya Arisha bingung.

Mendengar kata mainan, Bocah manis itu melepaskan gandengan sang ibu dan beralih menggandeng tangan Roy. "Ayok om. Belinya dimana om??"

"Disana yuk.."

Sebenarnya Roy begitu takut kala harus melakukan perintah Gamal. Menantang Arisha sama saja bunuh diri.

"Surya..." Panggil Arisha kala melihat putranya pergi keluar bersama sekertaris Gamal.

"Kenapa anda--"

Cup

Bibir Arisha terbungkam kala sebuah benda kenyal menghalanginya.

Gamal memejamkan mata dengan menikmati sensasi bibirnya di bibir calon istrinya tersebut.

Cukup lama Arisha terdiam karna hal tersebut. Kini tangannya terangkat untuk memukul dada Gamal, tak berselang lama ciuman itu pun terlepas.

"Apah... anda gila!!" Ucap Arisha dengan mendorong tubuh Gamal.

Gamal tersenyum miring. Pria itu kembali menarik pinggang ramping Arisha kedalam dekapannya.

"Sudah saya bilang, saya tergila gila dengan anda bu Arisha. Apalagi dengan bibir manis ini" Ucap Gamal dengan menyentuh bibir bawa Arisha.

Arisha menampar pipi Gamal dan mendorong tubuh pria itu. "Jangan kurang ajar anda"

Setelah mengatakan hal itu, Arisha langsung pergi meninggalkan ruangan Gamal.

Yang ditampar bukan merasa kesakitan, pria itu malah tersenyum menjengkelkan. "Setelah menikah nanti. Saya buat anda tidak bisa berjalan. Bu Arisha"

Single Mommy (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang