44. Empat puluh Empat

10.1K 493 16
                                    

JANGAN LUPA VOTE GENGS!!!

"Tentu Gilang, saya sangat sayang pada Surya. Dia anak saya" Ucap Gamal mantap.

Gilang tersenyum sebentar. "Kalau begitu pak Gamal menikah aja sama kakak saya."

Seakan mendapat lampu hijau dari adik mantan partnernya, Senyum Gamal merekah kala mendengar penuturan Gilang.

"Pak Gamal juga belum nikah kan?? Ya udah, lebih baik bapak nikahi kakak saya aja." Ucap Gilang santai.

Jujur, setelah proses inseminasi 4 tahun lalu, Gamal memang sudah terpikat oleh Arisha.

Jika ditanya apa Gamal menyukai Arisha, Gamal akan menjawab dengan lantang bahwa dia menyukai Arisha. Ralat, dia mencintai Arisha dan putranya.

"Gilang, memang Bu Arisha belum menikah??" Tanya Gamal untuk memastikan.

Gilang menggeleng kan kepala. "Belum pak, Kak Aris selalu nolak kalau Ayah nyoba deketin dia sama CEO atau Direktur, klien ayah dikantor."

Gamal lagi lagi tersenyum, kenapa dirinya jadi merasa sangat bahagia saat mendengar Arisha belum menikah.

Apa wanita itu menunggu di pinang olehnya. Hahahaha Bangun lah Gamal...Mana mungkin Bu Arisha menunggu di pinang olehnya. Hahahaha

"Pak Gamal...Pak" Ucap Gilang membuyarkan lamunan Gamal.

Gamal tersentak karna suara Gilang. "Oh ya, kenapa Gilang??"

"Emm, Gimana?? Apa bapak mau?? Saya bicara seperti ini juga buat keponakan saya juga pak."

Gamal mengangguk. "Kamu tenang aja. Saya akan bicara dengan Bu Arisha terlebih dahulu soal ini. Saya juga mau bersama dengan anak saya."

Gilang tersenyum hangat. Semoga saja semua yang dia lakukan berjalan lancar. Keponakannya butuh ayah, terutama ayah kandungnya.

***

Arisha tengah berkutat dengan laptopnya. Semua pekerjaannya semakin menumpuk saja setelah dirinya menjadi presdir di AKM.

Saat dirinya sedang fokus, tiba tiba telepon kantornya berbunyi.

Arisha pun mengangkat telpon itu. dan menempelkan di telinganya.

"..."

"Ya selamat siang, dengan saya sendiri"

"..."

"Hari ini juga?? Baiklah saya akan datang kesana."

"..."

"Ya sama sama. Baik, selamat siang kembali. Terima kasih"

Arisha menutup sambungan telpon dan bersiap untuk bertemu dengan seseorang di Resto yang sudah di janjikan.

Arisha pun memakai blizer hitamnya dan berjalan ke arah luar.

"Fani, saya keluar sebentar karna ada pertemuan di Resto" Ucap Arisha kepada sekertarisnya.

Fani mengangguk dengan tersenyum ramah. "Baik bu Arisha."

"Oh ya, kalau ada masalah nanti, tolong kamu handle dulu ya"

"Pasti bu"

Arisha pun pergi meninggalkan ruangan Fani. Wanita itu terus berjalan sampai parkiran dan langsung melesat ke tempat pertemuan.

"Maaf, tempat duduk atas nama bapak Roy(Kyosi) dimana ya mbak" Tanya Arisha kepada Resepsionis Resto tersebut.

Resepsionis Resto itu tersenyum kepada Arisha. "Tempat duduk atas nama Pak Roy, di nomor 7, Bu."

Arisha mengangguk lalu berjalan ke arah tempat duduk yang bernomor 7.

Arisha mengerutkan dahi, apa Resepsionis tadi salah info?? Kenapa di Nomor 7 bukan pak Roy, tetapi....Pak Gamal, mantan Partnernya dulu.

Arisha pun kembali ke tempat Resepsionis tadi. "Aa.. maaf, apa benar tempat duduk pak Roy di nomor 7??"

"Benar Bu, tempat yang di sewa untuk pertemuan bersama Bu Arisha di meja Nomor 7"

Arisha hanya kembali mengangguk, lalu wanita berjalan ke arah Meja Nomor 7.

Arisha berdehem untuk mengalihkan perhatian Gamal yang tengah asik bermain ponsel pintarnya itu.

"Ekhem"

Gamal mengalihkan pandangannya ke asal suara. Gamal cukup terkejut saat melihat orang yang dia tunggu sudah di hadapannya.

Tukk

Gamal merasakan sakit di Lututnya yang terbentur meja karna dirinya yang reflek berdiri.

Tapi Gamal cukup pintar menahan rasa sakit itu. "Ah Bu Arisha. Selamat siang bu. Silahkan duduk"

Arisha mengangguk lalu wanita itu mendudukan bokongnya di kursi Resto. "Maaf, yang beratas nama pak Roy tadi adalah pak Gamal sendiri??"

Gamal mengangguk dengan tersenyum kikuk. "Aah iya bu Arisha. Maaf jika saya pakai nama Sekertaris saya tadi"

TBC

Haduh ngalor ngidul ini ceritaku. Maaf ya gak jelas🙏🙏🙏

Single Mommy (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang