Happy reading cintah❤
_o0o_
Terlihat seorang pria dengan keadaan naas duduk terikat di tengah ruang kecil yang lembab dengan pencahayaan hanya mengandalkan empat buah obor yang terpasang di sudut ruang.
Bau anyir yang berasal dari tetesan darah menyeruak masuk ke indra penciuman manusia. Rintihan kesakitan yang keluar dari pria yang tadi menyerang kediaman pengusa Feng.
Garis-garis panjang tercipta di kulit pria itu"
"Katakan siapa yang meyuruhmu menyerang Yang Mulia hah?!"
Diamnya pria itu di balas sabetan cambuk oleh Prajurit yang menanyainya. Garis panjang berwarna merah pun kembali tercipta di kulit coklatnya.
Di sisi lain, Feng Wu Lan kini hampir tiba di tempat penyerangnya berada. Langkah kakinya menggema di lorong panjang yang merupakan jalan masuk ke ruangan introgasi tempat penyerangnya berada, saat ia tiba Prajurit yang berjaga di pintu masuk ruangan itu menunduk hormat tatkala Kaisar mereka telah tiba.
"Bagaimana?" tanyanya.
"Pembunuh bayaran itu masih tetap tutup mulut Yang mulia"
Feng Wu Lan diam, tak menunjukkan reaksi terkejut atau marah. Ia hanya diam karna tahu akan seperti ini. Matanya beralih menatap pintu yang terbuat dari besi di depannya.
"Silahkan masuk Yang mulia"
Pintu besi itu terbuka, tatkala kaki Feng Wu Lan melangkah. Bau darah pun langsung memasuki indra penciumannya.
"Kami memberi salam Yang mulia" ucap algojo dan beberapa Prajurit yang ada di dalam ruangan itu.
Pandangan tajam yang berasal dari pria yang menggunakan hanfu hitam dengan aksen emas menambah suramnya suasana di ruangan kecil nan pengap tersebut.
Langkah kakinya pun menggema mengisi keheningan yang ada.
Sedangkan si pembunuh bayaran yang kini terduduk lemah menanti ajal itu terlihat paarah dengan kondisinya.
Dengan sedikit tenaga yang tersisa, pria dengan tubuh yang sudah bermandikan darah itu mengangkat sedikit kepalanya guna melihat sang penguasa yang sudah berdiri dengan gagah di depannya.
"Katakan" ujarnya disertai dengan aura pekat.
Namun, si pembunuh bayaran menggeleng lemah menanggapi pertanyaan sang penguasa.
Tak sampai lima detik gelengan itu berhenti, air dengan campuran garam sudah tersiram keseluruh badannya.
Tak ayal jika raungan kesakitan kembali menggema di ruang bawah tanah itu.
Air asin yang tersiram keseluruh badan si pembunuh bayaran membuat daging yang terlihat karna luka menggeliat seperti ulat.
Hanya dengan seember air, rasanya lebih menyakitkan dibanding dengan cambukan tali yang terdapat jaum besi di permukaannya.
Di luar ruangan tersebut, terlihat beberapa bayangan berlarian mendekati para Prajurit penjaga.
Dua dari mereka mulai menyalakan sebuah dupa kemudia kembali berlari guna menyebar asapnya ke tempat yang mana terdapat Prajurit.
Hirupan demi hirupan membuat Prajurit-prajurit penjaga mulai berguguran tak sadarkan diri.
Sampai di pintu yang mana tempat berasalnya raungan kesakitan yang sedari tadi terdengar, mereka mengeluarkan sebuah benda yang berbentuk bola lalu membakarnya.
Saat gumpalan asap hitam mulai keluar, saat itu jugalah mereka semua membuka pintu lalu memasukkan benda itu kedalam.
Asap hitam tersebut langsung memenuhi ruangan. Feng Wu Lan dan Prajurit yang ada disana langsung kehilangan pandangan karna pekatnya asap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth of the Phoenix
Historical Fiction[Bukan Novel Terjemahan] #1-fantasi:22/05/2020 #1-clasic:17/05/2020 #1-politik:22/02/2020 #1-newlife:22/02/2020 #1-dinasti:22/06/2020 #1-time:28/072020 #1-timetravel:01/08/2020 #3-pembunuhbayaran:22/05/2020 #5-transmigration:21/05/2020 "SLOW UP untu...