MAFIA DAN MUSLIMAH
⚠️Belum revisi jadi mohon bersabar saat membaca karena ketidak jelasan merajalela
FOLLOW IG: @sayyjazilah08
Dua minggu berlalu setelah kepergian Daril dan kepulangan Ridha ke Indonesia, Ridha memilih pulang di apartemen milik daril, sendirian, hanya di temani satu pembantu disana, dia butuh ketenangan, dia butuh waktu atas kepergian dua orang penting dalam hidupnya, kebergian Briyan dengan mengenaskan sudah membuat jiwanya benar-benar terluka, dan sekarang, Daril menghilang tanpa kabar.
R
idha yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Ridha yang dulu, dia menghabiskan hari harinya duduk di kursi roda, menyendiri di balkon kamar milik daril, menatap luasnya langit dengan mata pandangannya, tubuhnya menjadi sangat kurus tak terawat, makan dan tidurnya pun juga tidak teratur, siang dan malam dia terus menatap langit, berharap ada keajaiban dimana Jibril turun dari langit membawa Daril kembali untuknya, tapi itu mustahil.
Kenangan akan dirinya bersama Daril setiap saat berputar terus di kepalanya, dia teringat kembali bagaimana pertemuan pertamanya di Jepang dulu, dimana dia mematahkan tangan Daril karena Daril memegang tangannya, dia juga teringat bagaimana dulu Ridha mengajarkan wudhu kepada Daril, terkadang juga kekehan kecil hadir di sela-sela lamunanya, ingatan ingatan indah bersama Daril dulu mampu membuat dunianya indah sesaat.
Seperti malam ini, Ridha duduk di kursi rodanya, tatapannya melalang buana mengingatvkembali kenangannya dengan daril saat di Jepang, jika di tanya apakah dia sudah jatuh cinta kepada Daril? Maka dia tidak akan ragu lagi menjawab "ya, aku sudah jatuh cinta kepadanya, sangat cinta".
Memori dimana Ridha dan Daril duduk di meja makan bercanda tawa terputar kembali.
"The, teteh teh ngeteh sama tetehnya teteh teh?".
"Keterlaluan!! Dasar mesum!!!".
"Teteh pakai H ukan K, hahahaha Ridha kau mesum sekali".
"Hahaha aku tidak mesum kak, kau yang mesum ta-". Tiba-tiba Ridha mengucapkan kalimat ini tanpa dia sadari, dia tertawa sendiri.
Hening~
Diam~
Air mata~
Itulah yang menemani Ridha saat ini, hatinya kembali hancur ketika menyadari kembali bahwa itu hanyalah sebuah.
Angan~
Ridha hanya bisa menangis meratapi takdirnya saat ini, sendiri, dia hanya sendirian, dan itulah kenyataanya.
"Hiks hiks kak, kapan kamu akan pulang, hiks". Gumam Ridha yang menunduk di sela sela tangisnya.
"Non, non Ridha makan dulu ya". Ucap bi irah sambil meletakan sepiring nasi goreng seafood dan segelas teh hangat. selama ini dia yang menemani dan merawat Ridha selama di apartemen daril. Setiap kali mamanya Daril ataupun orang tuanya sendiri datang menjenguknya, Ridha tidak pernah mau menemui mereka, tetapi etap saja mereka mengawasi ridha dari jauh, bahkan Vina pun tidak diizinkan masuk.
"......."
"Non Ridha teh, sudah lama seperti ini, kata dokter, kakinya harus sedikit-sedikit di buat belajar berjalan atuh, ayo bibi bantu". Ucap bi irah yang siap membantu Ridha berjalan, selama ini Ridha benar benar tidak mau belajar berjalan, entahlah apa alasannya.
"......"
Tetap tidak ada jawaban dari Ridha.
"Yasudah, kalau begitu ayo masuk, ini sudah malam loh non, makin dingin ini udaranya". Ucap bi irah dengan enyum tulus, tetap saja tidak ada respon dari rihda, tetapi bila Inah tetap mendorong kursi rodanya masuk kekamar, ini memang tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA DAN MUSLIMAH [Lengkap Nih]
Science Fiction⚠️18+ ⚠️ Terdapat kata kata kasar dan adegan kekerasan [Lagi revisi] _______ "Apakah kunci surga itu...?" Satu pertanyaan dari gadis mungil itu bahkan mampu membuat tubuh sang pendeta bergetar, mendadak kesunyian melanda tempat yg di selimuti darah...