74 - Who Was The Culprit?

4.1K 355 12
                                    

Hari sudah pagi.  Gulf masih berada di dalam kamar hotel dan dia ditinggalkan sendirian.  Mew dan si kembar pergi keluar sebentar untuk membeli makanan karena hotel tidak menyajikan makanan yang diinginkan Gan dan Mia.  Gulf sangat cemas sambil memegang teleponnya.  Dia melihat nomor di ponsel layarnya.  Dia sedang memikirkan apakah dia harus memanggil nomor itu atau tidak.

"Lebih baik aku memberi tahu Kai."  kata Gulf pada dirinya sendiri.  Dia menarik napas dalam-dalam sebelum memberanikan diri untuk menelepon nomor Kai.

Setelah beberapa detik, saluran itu terhubung.

"Halo?"  Gulf bisa mendengar suara Kai dari jalur lain.

"K-Kai ... aku ..." Gulf tidak tahu bagaimana memulai kata-katanya karena dia takut Kai akan membencinya karena mengatakan yang sebenarnya pada Mew.  Itu berarti tidak hanya nyawa dia dan si kembar dalam bahaya, tapi juga nyawa Kai dan Kyungsoo juga.

"Gulf .. Apa yang terjadi?"  Tanya Kai prihatin.

"Kai ... Pertama-tama, maafkan aku" kata Gulf.  Dia merasa ingin menangis karena rasa bersalah tumbuh di dalam dirinya.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Gulf mengangguk.

"Iya. Aku baik-baik saja. Tapi Kai, maafkan aku. Aku sudah mengatakan yang sebenarnya pada Mew. Maafkan aku" kata Gulf.  Tiba-tiba, Kai terdiam.  Air mata mengalir di matanya saat Kai tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"A-aku minta maaf .. Kamu bisa menyebutku egois dan mengutukku semau kamu. A-Aku akan menerimanya" kata Gulf.  Kai di jalur lain bisa mendengar suara isakan Gulf.  Dia juga merasa bersalah.

"Aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kamu senang dengan keputusanmu saat ini?"  Tanya Kai saat dia akhirnya mulai berbicara lagi.  Gulf merasa bersalah bahkan untuk mengatakan ya.

"Y-Ya ... aku" jawab Gulf ragu-ragu.

"Kamu tahu, aku bahagia untukmu dan .... aku juga minta maaf ..."

"Kamu tidak egois, Gulf. Menurutku yang egois saat ini adalah aku. Aku melarangmu mengatakan yang sebenarnya pada Mew padahal sebenarnya kamu sangat membutuhkannya. Anak-anakmu juga membutuhkannya. Dan fakta bahwa aku bisa  tinggal bersama orang yang aku cintai sementara kamu harus menyembunyikan identitasmu dari orang yang kamu cintai. Maafkan aku karena egois ini "ucap Kai.

Gulf menggelengkan kepalanya karena dia tidak setuju dengan apa yang dikatakan Kai barusan.

"Kamu tidak egois. Kita berdua tahu bahwa kuta perlu menyembunyikan identitas demi keselamatan kita. Apa yang kamu lakukan itu benar. Sedangkan yang aku lakukan tidak ...." kata Gulf.

“Jangan berkata seperti itu. Jangan katakan bahwa mencapai kebahagiaan sendiri dan kebahagiaan anak-anak itu salah. Tidak apa-apa. Kurasa sudah saatnya kita menghadapi kenyataan daripada hidup dalam ketakutan lagi. Tapi ... bisa  Aku bertemu suamimu dulu? "  Tanya Kai.

"Untuk apa?"  Tanya Gulf kembali.

"Begitu. Kamu belum memberitahunya tentang email itu, kan?" tebak Kai.

"Y-Ya ..."

"Biarkan aku bertemu dengannya sendirian. Bisakah kamu memberiku nomornya?"  Tanya Kai.

"Ya. Akan kuberikan nanti."  Kata Gulf.

"Terima kasih"

"Dan Kai ..." seru Gulf.

"Hmm?"

"Aku akan mengikuti Mew ke Thailand. Untuk selamanya. Aku akan memulai hidupku lagi di Thailand bersama keluargaku" kata Gulf.

The Losing Battle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang