"Daddy!" Mereka menangis di pundak Mew.
Mew membeku. Tidak pernah dalam hidupnya setelah Gulf pergi, dia pikir dia bisa mendengar seseorang memanggilnya ayah. Tiba-tiba Mew merasakan keinginan yang sangat besar untuk menangis sehingga dia menangis di depan si kembar. Dia memeluk si kembar dengan erat sampai tidak ada sedikit pun ruang di antara mereka bertiga.
“Kami mendengar papa berbicara dengan Paman Shaofei bahwa Paman Mew adalah Daddy kami. Daddy, tolong jangan tinggalkan kami lagi” kata Mia sambil menangis.
“Kami benci papa. Dia bohongi kami. Daddy masih hidup” ucap Gan dalam pelukan Mew. Mia mengangguk setuju.
“Ti-Tidak. Jangan berkata seperti itu. Kalau kamu benci papa, papa akan sedih” ucap Mew dengan air mata membasahi pipinya. Dia tidak bisa memuaskan emosinya.
“Daddy tidak membenci papa? Padahal kata papa Daddy sudah mati? Dia bohongi kita” ucap Gan. Mew menggelengkan kepalanya. Dia melihat wajah si kembar satu per satu. Dia merasa sangat bahagia saat ini, dia tidak perlu bersembunyi lagi karena dia sudah tahu yang sebenarnya.
"Tidak. Daddy .... Daddy sangat mencintai papa sehingga Daddy tidak akan pernah membenci papa. Tolong jangan membenci papa na. Daddy berjanji tidak akan meninggalkan kalian lagi" kata Mew.
Si kembar mengangguk.
“Kami tidak akan membenci papa. Kami ingin kita bersama. Kami merindukan Daddy” kata Mia.
"Aku tahu. Aku tahu. Daddy juga" Mew mencium bagian atas kepala Gan dan Mia lalu memeluk mereka erat.
Mew mengangkatnya dan membawanya ke dalam kamar hotel. Dia meletakkan anak-anak di sofa dan dia duduk di antara mereka. Dan kemudian dia membiarkan si kembar duduk di pangkuannya dan memeluknya. Si kembar yang melekat pada Mew seperti koala karena tidak ingin dipisahkan lagi dari Mew dan Mew pun merasakan hal yang sama.
"Bagaimana kalian bisa kemari?" Tanya Mew.
“Setelah kami mendengar bahwa Daddy adalah ayah kami, kami lari dari rumah” kata Mia. Mata Mew menjadi lebar. Dia terkejut karena si kembar begitu berani melarikan diri dari rumah pada usia 3 tahun hanya untuk melihatnya.
“Kami minta Paman taxi mengantarkan kami ke sini dengan simpanan kami” ucap Gan sambil menunjukkan kantongnya yang sudah terisi uang kembalian.
"Daddy tidak akan memarahi kami kan? Kami hanya ingin melihat daddy" tambah Gan karena dia takut dimarahi oleh Mew. Mew perlahan menggelengkan kepalanya.
“Daddy tidak akan memarahi Gan dan Mia tapi Daddy khawatir. Daddy yakin papa akan sangat khawatir kalau kalian kabur dari rumah. Biar daddy telepon dulu papa” kata Mew.
“Tidak… Papa akan memarahi kita dengan sangat buruk jika dia tahu kita ada di sini. Mia takut jika papa menegur Mia” ucap Mia sambil matanya berkaca-kaca. Mew menyeka air matanya.
"Daddy akan mendukung kalian jadi papa tidak akan memarahi kalian baik-baik saja? Papa perlu tahu di mana kalian berada" kata Mew. Perlahan, Gan dan Mia menganggukkan kepala.
Dan kemudian Mew memutar nomor Gulf.
❀✿ **** ✿❀
Ding Dong Ding Dong ...
Bel berbunyi beberapa menit setelah dia mengakhiri teleponnya dengan Gulf. Si kembar menatap Mew dan Mew melihat mereka juga satu per satu.
"Itu pasti papa" kata Mia ketakutan. Dia mencengkeram kemeja Mew. Gan pun memeluk Mew dengan erat. Mew terkekeh. Dia tidak tahu mengapa dia terkekeh dalam situasi ini, tetapi melihat si kembar seperti ini, dia merasa sangat menggemaskan dari mereka. Dia mengacak-acak rambut si kembar.
"Tidak apa-apa. Masuklah ke dalam kamar tidur Daddy. Saat papa tidak marah, daddy akan memanggil kalian untuk keluar, oke?" Si kembar mengangguk.
"Oke, pergilah" kata Mew. Si kembar dengan cepat turun dari sofa dan berlari ke dalam kamar tidur. Mereka terlalu takut ayah mereka akan memarahi dan menghukum mereka dengan keras kali ini.
Mew memandangi sosok kecil si kembar sampai menghilang di dalam kamar tidur. Dia berjalan menuju pintu dan matanya menjadi lebih besar. Di sana dia melihat Gulf yang benar-benar basah dari ujung kepala sampai ujung kaki mungkin karena dia basah kuyup oleh hujan. Belum lagi mata dan hidungnya yang merah dan jelas karena menangis.
"A-Ayo. Anak-anak ada di dalam" menawarkan Mew. Tapi Teluk membeku.
"Aku akan ambilkan handuk untukmu. Kamu boleh duduk dulu," tambah Mew dan dia membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke kamar tidur untuk mengambil handuk tapi detik berikutnya dia dipeluk erat oleh Gulf yang basah kuyup. Benar-benar ketat. Gulf menanam tubuhnya di punggung Mew.
"A-aku minta maaf"
Kali ini Mew yang menjadi kaku. Jantungnya berdebar kencang seperti sedang lari maraton.
"Aku minta maaf untuk semuanya .. tsk ... a-aku berbohong .. aku Gulf. Istrimu" ucap Gulf sambil terisak-isak. Pakaiannya yang basah kuyup dan air matanya sudah membasahi baju Mew. Punggung Mew sekarang benar-benar basah tapi Mew tidak peduli.
Akhirnya ... Hari itu sudah tiba.
Mew membentuk senyum kecil. Dia memegang tangan Gulf yang membungkusnya dengan erat dan membelai dengan lembut.
"Aku tidak tahan lagi. Aku tidak ingin terus berbohong padamu. Aku membutuhkanmu dan ...... aku mencintaimu. Sangat ..." Mew tertegun saat Gulf mengucapkan tiga kata itu kepada dia. Untuk pertama kalinya.
Itu membuat Mew menangis. Saking beratnya hingga Gulf yang sedang menangis berantakan lupa menangis karena kaget saat mendengar suara isak Mew. Dia ingin melepaskan tangannya dari pinggang Mew karena dia ingin memeriksa Mew tapi Mew memegang erat tangannya seperti Mew tidak ingin Gulf melihatnya dalam keadaan itu.
Gulf memandang Mew yang menundukkan kepalanya dari belakang. Dia bisa melihat Mew sedang cegukan saat dia mencoba yang terbaik untuk mengendalikan emosinya sekarang.
"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" Tanya Gulf. "Atau .... Kamu tidak mencintaiku lagi -... lagi?" Gulf gagap. Dia tidak tahan jika Mew telah kehilangan cinta darinya. Dia masih mencintai Mew. Dia tidak ingin mengalami untuk mencintai Mew tanpa dicintai kembali seperti sebelumnya. Sekali sudah cukup baginya.
"T-Tidak ..." kata Mew dengan suara gemetar. Dia membalikkan tubuhnya untuk menghadap Gulf dan dia menatap mata Gulf. Gulf juga melakukan hal yang sama. Gulf bisa melihat wajah Mew yang sedang menangis.
"Aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu. Ini ...." Mew membawa tangan Gulf ke dadanya tempat jantung itu berada.
"Hati ini terus berdetak untukmu sampai sekarang. Ingat janjiku sebelumnya? Aku berkata aku akan menjadikanmu sebagai yang terakhir dan akan mencintaimu selama sisa hidupku. Aku tidak akan mengingkari janji itu. Tidak dalam hidup ini atau bahkan di kehidupan selanjutnya. Aku masih mencintaimu. Sangat banyak "imbuh Mew sambil mencium buku-buku jari Gulf dengan air mata mengalir di matanya.
“Aku menangis .... Karena kamu mengatakan 'Aku mencintaimu' untukku untuk pertama kalinya. Sesuatu yang aku tunggu kamu untuk mengatakannya kepadaku selama ini. Terima kasih banyak, B-Bii" ucap Mew. Dia memeluk Gulf erat-erat sampai tubuh Gulf ditanam ke tubuhnya tanpa celah. Dia mencium rambut Gulf dengan penuh kerinduan sementara air mata tidak berhenti mengalir di pipinya. Gulf semakin menangis ketika Mew memanggilnya 'Bii' lagi untuk pertama kalinya dalam 4 tahun.
"Terima kasih Tuhan karena telah memberiku kesempatan kedua." Bisik Mew dan dia tersenyum. Dia merasa sangat bahagia saat ini, dia tidak akan sendirian lagi karena dia sudah memiliki Gulf kembali ke dalam hidupnya. Termasuk si kembar juga.
Gulf yang mendengar bisikan itu tersenyum juga. Dia tahu, akan ada konsekuensi dari apa yang dia lakukan sekarang. Tetapi untuk saat ini, dia ingin menjadi egois sekali. Dia membutuhkan Mew sama seperti si kembar membutuhkan ayah mereka.
Aku siap untuk konsekuensinya.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Losing Battle
Fanfic[PERINGATAN: Mpreg, Heavy Angst, Drama, Romance, Konten Dewasa] Setelah gagal dalam hubungan sebelumnya Gulf takut jatuh cinta kembali. Dia tidak pernah tahu jika seseorang akan tertarik padanya selama bertahun-tahun secara diam-diam. Ketika Gulf m...