BAGIAN 45.

536 51 9
                                    

****

Minggu sore ini Karin sudah berada dirumah sang Ayah.Gadis itu terpaksa berkunjung karna kata nya Ayah nya sakit dan ingin bertemu nya bahkan Ayah menyuruh supir pribadi nya untuk menjemput Karin.

Karin tidak bisa menolak karna mau sekecewa apapun dirinya pada sang Ayah tetap saja di dalam diri nya pasti masih ada sepencil rasa kasian untuk Ayah nya.

Kini Karin duduk disisian kasur sang Ayah yang kini terbaring disamping nya dengan inpus ditangannya.

"Makasih yah kamu udah mau nemuin Ayah,"ucap Ayah.

"Iya."


"Ayah kangen sama kamu.Bunda kamu gak ngizinin Ayah buat ketemu kamu,kamu gak bilang ke Bunda mau kesini kan?"

"Nggak."

Karin tidak heran mengapa Bunda nya melarang Ayah nya untuk bertemu dengannya,karna sekuat apapun wanita jika diselingkuhi atau dikecewakan pasti akan sangat membekas.

Suatu saat juga Karin yakin Bunda nya bisa berdamai dengan keadaan dan tidak akan melarang Ayah nya bertemu dengannya lagi.Bukan berarti Bunda nya jahat karna melarang diri nya bertemu Ayah kandung nya sendiri,hanya saja Bunda belum bisa berdamai dengan keadaan.

Ayah nya tersenyum dengan tanggapan Karin yang singkat.

"Kamu masih sayang Ayah kan nak?"tanyanya.

Karin hanya diam,gadis itu meraih bubur yang ada di atas nakas kemudian mengaduknya.

"Belum makan?"

Ayah menggeleng.

Lalu Karin menyodorkan sesendok bubur itu pada Ayah nya.

Hingga beberapa suapan kemudian Anggun datang,wanita itu sedari tadi malah bersantai disofa ruang keluarga menonton film,tapi beralasan membantu pembantu rumah tangga nya mengerjakan pekerjaan rumah.

Tadi pun saat Karin datang.Karin langsung masuk begitu saja kedalam kamar sang Ayah mengabaikan Anggun yang hendak memulai pertempuran dengannya,bahkan Karin berlaku seolah tak melihat Anggun yang membuat Anggun menggeram kesal.

"Eh Karin,gak apa-apa sayang biar mama aja yang suapin Ayah kamu,sini,"ucap nya memulai pencitraan yang memuakkan.

Karin menjauhkan mangkuk bubur yang hendak di ambil oleh Anggun sembari berdecih geli melihat Anggun.

"Ck,diem deh lo,"ucapnya sinis membuat sang Ayah menghela nafas pelan.

Anggun mengembangkan senyuman nya sembari merangkul Karin dan mengusap-ngusap punggung Karin.

"Yaudah kalo gitu,maafin mama yah kalo buat kamu kesel terus,"ucapnya.

Karin berdecak lagi sembari melepaskan tangan Anggun dari pundak nya.

"Lo bisa diem gak sih?"

"Karin__"

"Nggak apa-apa mas,aku masih maklum kok sama Karin,dia cuma belum bisa nerima aku ntar juga Karin bisa nerima aku diwaktunya,gak apa-apa kok,"ucap Anggun saat Ayah hendak menegur Karin.

Karel dan KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang