BAGIAN 30.

708 41 11
                                    

Happy Reading💙💙💙💙


*****

Okta menatap bingung Karel yang sedari pagi tadi terlihat sangat cerah wajah nya,bahkan sering berseri-seri sendiri.

"Lo kenapa sih?"tanya Okta pada Karel yang berjalan disamping nya,kedua nya baru keluar dari Ruang Osis.

Karel menolah pada Okta."Apa?"tanya nya masih tersenyum.

"Lo dari tadi senyum-senyum sendiri."

"Ya nggak papa,lagi bahagia aja."

Karel seperti dibuat melayang oleh Karin.Bahkan semalaman dia guling-guling dikasur tak bisa tidur karna terlalu bahagia,bahkan sampai kebawa sampe sekarang,memang sedahsyat itu efek Karin untuknya.

"Ya bahagia sih bahagia,tapi jangan senyum-senyum sendiri gitu angker tau gak lo,"ucap Okta.

Karel hanya membalasnya dengan mengedikkan bahu.

Okta sebenarnya penasaran dengan bekas luka di bagian sisi bibir Karel.Memang gak terlalu terlihat kalau dilihat di jauh tapi kalo deket jelas keliatan.

Okta sudah bertanya pada Karel tapi cowok itu malah membalasnya dengan bercanda,abis berantem sama ultramen,kata nya.

Sebenarnya bukan  cuma Okta yang ingin tahu dan bertanya-tanya tentang luka Karel,yang melihat Karel juga tak sedikit yang bertanya tapi cowok itu selalu menjawabnya dengan jawaban nyeleneh.

Okta terus melangkah berjalan,tak sadar dengan Karel yang ternyata sudah menghentikan langkah nya dibelakang.Karel menarik kerah kemeja belakang seragam Okta membuat Okta tercekik dan memundur,berdiri di samping Karel.

"Aww bego,gue ke cekik,"ucap Okta memukul lengan Karel.

Karel tersenyum lalu memegang leher Okta."Ini ke cekik iya?"

"Lo ngapain pegang-pegang leher gue?Lo hom__"

"Pengen tak hih,"potong Karel mencubit leher Okta membuat Okta meringgis.

"Anjir,jangan sampe ada tanda merah,bisa salah paham orang-orang,"ucap Okta mengelus-ngelus leher nya.

Karel berdecak lalu menunjuk tengah lapangan.Okta mengikuti arah yang Karel tunjuk.

"Coba tebak itu siapa?"tanya Karel menunjuk seorang gadis yang berdiri disamping seorang cowok,kedua nya tengah berhormat kepada tiang bendera.

Posisi mereka membelakangi Karel dan Okta.Sesekali cewek itu menggerutu sebal pada si cowok.

Okta menautkan alis nya berpikir."Kalo di liat-liat,dia mirip si Karin,"ucap Okta.

"Emang Karin,pinter,"ucap Karel.

"Lo udah tahu?"

Karel mengangguk.

"Ngapain nanya?"

"Gue tadi bikin tebak-tebakan,bukan nanya."

"Iya juga sih,"ujar Okta.

"Sama si Dio kan itu?"tanya Karel.

Karel dan KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang