Terdengar suara percakapan dari kamar pasien. Rasanya seru untuk menyimak. Siapa tahu isi percakapannya membicarakan dirinya. Meera tidak langsung masuk, melainkan menguping pembicaraan dari balik kaca jendela. Di balik kaca jendela tak ber tirai meera melihat danu bersama kedua orang tuanya. Duduk di kursi sambil berhadap-hadapan dengan ibunya. "Ibu dan danu lagi ngomongin apa yah? Apa jangan-jangan lagi ngomongin aku lagi.?" Suara percakapannya terdengar samar. Kedengaran tapi tak jelas satu persatunya. Meera mendorong pintunya sedikit agar suara percakapan dari dalam bisa terdengar jelas. Anehnya tidak ada satupun yang menyadari kalau meera tengah menguping di luar. "Nak danu. Ibu senang banget kamu bisa datang kesini. Ibu sudah banyak mendengar tentangmu. Meera yang menceritakannya lewat telpon." "Senang juga bisa bertemu sama ibu dan bapaknya meera. Danu tak menyangka, rupanya ibu sudah tahu sama danu. Ternyata, diam-diam meera suka cerita yah? Suka menceritakan apa saja tuh bu tentang danu?" "Banyak. Kata meera kamu itu orangnya nyebelin. Jutek. Juga kurang perhatian. Emang benar begitu?" Danu tertawa terbahak-bahak. 'Hahaha' ternyata meera suka ngadu juga sama ibunya. "Danu tidak merasa nyebelin kok bu. Seperti yang di tuduhkan meera. Itu mah meeranya saja yang overthinking. Biasa aja kok bu. Enggak jutek jutek amat. Kalau perhatian memang sedikit kurang, karena sengaja biar meera penasaran." Di luar meera ngeledekin danu. Gumamnya menggerutu. "Bohong bu, bohong. Diamah memang nyebelin. Jutek. Juga tidak perhatian." "Kalau menurut nak danu, meera itu gimana?" Gimana yang di maksud adalah sikapnya. Sikap meera menurut pandangan danu. "Menurut danu, meera itu orangnya manja. Cuek. Juga misterius. Suka memendam masalahnya sendiri. Tahu-tahu menghilang tanpa sebab dan alasan yang jelas."