59

1K 212 115
                                        

Setelah selesai kelas siang, Junkyu dengan tergesa-gesa membereskan buku-buku dan peralatan menulis yang lainnya.

Ia bahkan tak sadar jika sedari tadi Minju dan Yechan memandanginya heran.

"Jun, sehat?" tanya Minju.

"Nggak!" ketusnya.

"Kenapa sih lo? Mau kemana? Gak bakal ada tsunami, kenapa lo kayak orang yang mau melarikan diri sih," kata Yechan.

"Ini lebih parah dari tsunami dan laut cina selatan. Titik nyala perang dunia ketiga udah dimulai," kata Junkyu seraya mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

"Lo lagi marahan sama Shuhua apa gimana?" tanya Minju.

"Dia mutusin gue, tapi gue gak mau. Mangkanya gue sekarang lagi gangguin dia, supaya dia gak jadi mutusin gue," kata Junkyu. "Aisshh gak diangkat," gerutunya kesal.

"Lo beneran Kim Junkyu?" tanya Yechan seraya menatapnya sedikit sinis.

"Kenapa?!" tanya Junkyu sinis.

"Lo gak pernah kayak gini sebelumnya. Lo bahkan acuh sama Yuna. Tapi sekarang kenapa lo sebucin itu sama Shuhua? Biasanya juga lo pencitraan," ujar Yechan.

Junkyu langsung mendengus kesal dengan sepasang atensinya yang menatap Yechan tajam. Sejak dulu, Yechan memang paling jago membuatnya down seketika.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan mengabaikan Yechan, Junkyu memakai jaket dan tas miliknya.

Ada yang lebih penting daripada berdebat dengan Yechan, yaitu berbaikan dengan Shuhua agar ia tidak memikirkan tentang Yuna.

Semalaman, ia tiba-tiba memikirkan Yuna karena pertemuannya dengan Ryujin dan Hyunsuk, kekasih Yuna. Junkyu ingin bertemu dengan Yuna sekali lagi, namun ia menjadi sadar tidak akan ada yang berubah meski mereka bertemu.

Karena itu, Junkyu membutuhkan Shuhua sebagai pengalihan.

"Oh, ya, bukannya kita ada kerja kelompok?" tanya Junkyu pada Minju.

Minju mengangguk. "Kita nanti kerja kelompok di cafe biasa aja atau di perpustakaan umum," kata Minju.

"Kalau di rumah lo aja gimana? Kangen sama nyokap lo. Masakannya masih asin?" Junkyu terkekeh.

Bukannya menjawab pertanyaan Junkyu, Minju malah cegukan. Membuat Yechan yang ada di sampingnya menoleh dan memasang raut sedikit kesal pada Minju.

Yechan langsung memegang tangan Minju agar gadis itu keceplosan tentang keberadaan Yuna.

"Gak usah nawar lo! Nyokap Minju muak ketemu lo," kata Yechan.

Junkyu tersenyum tipis. "Gue tahu kalau ada yang kalian sembunyiin," kata Junkyu.

Lagi-lagi Minju cegukan, seolah mengiyakan pernyataan Junkyu.

"Dah ya, sampe ketemu di rumah Minju nanti," kata Junkyu seraya berlalu pergi begitu saja meninggalkan Yechan dan Minju berdua.

"Lo keceplosan lagi sama Junkyu?" tanya Yechan.

Minju menggelengkan kepalanya. "Kayaknya Junkyu tahu Yuna disini," gumam Minju.

Yechan hanya mengembuskan napasnya pelan. Badai akan segera datang. Ia tak bisa membayangkannya.

🌟🌟🌟

Yuna diam bergeming. Sudah tiga jam ia mematung di depan pusara sang mama yang nampak usang, seolah tak tersentuh. Tak ada bunga baru seperti yang ia pikirkan.

"Papa ternyata masih gak peduli sama Mama," gumam Yuna lirih seraya mencabut rumput-rumput yang mulai menjulang sedikit tinggi.

Padahal, Yuna membayangkan pusara milik mamanya akan nampak cantik dengan bunga-bunga segar setiap harinya. Tapi, sama seperti saat mamanya masih hidup, sang papa tidak pernah memberinya bunga sekali pun meski hanya kelopaknya saja.

Hide and Seek (Kim Junkyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang