65

392 83 16
                                    

Yuna masih di rumah sakit. Siang ini keadaannya jauh lebih baik dari sebelumnya, meskipun Yuna tidak tahu kapan penyakitnya kambuh.

Yuna duduk sendirian di taman rumah sakit. Midam sudah pergi ke Kanada, sementara Jinsung pulang ke rumahnya. Minju dan Yunhyeong juga tidak ada di sana karena Yuna menyuruhnya untuk tidak datang.

Yuna terdiam menatap langit Seoul di siang hari yang terik. Ia benar-benar benci rumah sakit, tapi sekarang ia justru berakhir di rumah sakit dan beberapa tahun lagi mungkin ia akan menjadi dokter.

Jalan hidup dan isi kepalanya benar-benar sangat rumit.

"Jadi pengen es krim," gumam Yuna dengan isi kepala yang benar-benar random.

"Nih."

Yuna terkejut saat sesuatu yang dingin tiba-tiba menempel di pipinya. Gadis itu menoleh ke samping, lalu mendapati Jihoon yang entah datang darimana sedang tersenyum kepadanya sambil memegang dua es krim di tangannya.

"Kok lo bisa-bisanya bawa es krim di saat gue lagi pengen?" tanya Yuna bingung seraya menarik es krim rasa cokelat dari tangan Jihoon, lalu buru-buru membukanya.

Jihoon mengulas senyum, lalu duduk di samping Yuna. "Mungkin kita udah sehati?" Jihoon tertawa kecil, membuat Yuna tersentak hampir melempar es krim miliknya.

"Merinding. Lo tuh suka kan sama gue? Gak mung-"

"Kalau iya gimana? Lo mau terima gue?" tanya Jihoon memotong kalimat Yuna.

Yuna membulatkan matanya sempurna. Karena canggung, gadis itu tiba-tuba tertawa dengan terpaksa sambil memukuli Jihoon pelan.

"Terima apaan? Jadi babu gue mau? Gak usah bikin canggung lo, Hoon. Kuliah masih lama, kalau lo bikin canggung, nanti siapa yang kasih gue contekan," kata Yuna.

Jihoon diam tak menanggapi. Pria itu malah menundukan kepalanya dan mengembuskan napasnya pelan. Sementara Yuna tak bisa diam, bolak-balik melirik ke arah Jihoon dengan canggung.

"Padahal gue bercanda nanya lo suka sama gue apa nggak. Kok jadi dingin gini udaranya," kata Yuna.

"Padahal gue serius," gumam Jihoon.

Jihoon lalu menatap Yuna, begitupun sebaliknya. Keduanya saling beradu tatap.

"Lo tuh cinta pertama gue, Yun," kata Jihoon.

"Hah? Kok bisa? Jina?" tanya Yuna bingung.

"Dia pacar pertama yang gak bisa gue lupain. Sementara lo cinta pertama yang gak bisa gue dapetin," ujar Jihoon.

Yuna melongo mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Jihoon. Bisa-bisanya Jihoon juga menjadikan Yuna cinta pertamanya, sama seperti orang lain.

"Gue gak ngerti deh. Kok bisa gue cinta pertama lo? Kita aja baru pertama ketemu pas hari gue pertama masuk sekolah," kata Yuna.

"Lo salah. Kita pertama ketemu udah lama banget. Di rumah sakit, saat lo jadi korban kebakaran. Gue ada di sana, pertama kali lihat lo dan jatuh cinta sama lo," Jihoon tersenyum.

Yuna terdiam. Mencoba mengulang kembali memori menyakitkan saat ia menjadi korban kebakaran. Karena trauma, Yuna tak bisa mengingat apapun kecuali saat dirinya berada di balik lemari lalu melihat kakak perempuannya mati terpanggang api.

"Gue juga korban kebakaran itu," kata Jihoon seraya menunjukkan bekas luka yang perlahan memudar di dekat bibir dan telapak tangannya.

Yuna terdiam. Mencoba mengingat momen menyakitkan yang membuatnya trauma. Kehilangan kakak perempuannya dan dilupakan sang ibu.

Hide and Seek (Kim Junkyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang