06

4.3K 513 51
                                        

Yuna baru aja turun dari bis yang ditumpanginya ke sekolah. Dia berlari-lari kecil dengan rambut yang masih memakai roll-an dan celana training dibalik rok pendek berwarna coklatnya.

Hari ini, hari keduanya bersekolah, Yuna terlambat, lagi. Selain karena telat bangun, Yuna juga dapat panggilan alam yang tidak bisa ditunda.

"Sialan! Jinsung mana? Dia gak telat nih?" Gumam Yuna sambil celingak-celinguk siapa tau teman sebangkunya juga terlambat.

"Gue gak salah jalan. Gak salah jalan." Gumamnya sambil terus berlari-lari.

"Gerbangnya belum ditutup!" Yuna tersenyum kemudian dia mempercepat larinya untuk sampai di gerbang tepat waktu.

Tapi sayang, gerbang itu langsung ditutup pas Yuna baru aja sampai. Yuna terlambat satu menit.

"Yaaahhhhh jangan ditutup dulu dong. Pak, saya cuman telat satu menit, pak." Kata Yuna.

"Sekali terlambat tetap terlambat." Kata guru piketnya. "Saya ini orangnya disiplin." Kata guru yang Yuna gatau siapa namanya

Yuna mengerang frustasi. "Pak, saya jago manjat nih, Pak. Saya bisa manjat tembok belakang sekolah nih ya, Pak." Kata Yuna.

Guru itu menatap Yuna dan tersenyum sinis. "Cewek kayak kamu manjat?" Guru itu seperti meremehkan Yuna. "Udah kamu pulang aja sana." Tukasnya. Kemudian ia menggembok gerbangnya dan masuk ke dalam.

Yuna menatapnya kesal, kemudian dia langsung berlari menuju tembok belakang sekolah untuk memanjat masuk kedalam sekolahnya.

"Untung gue pake celana." Kata Yuna sambil memanjat tembok. "Tapi kenapa gue pake celana? Kan sekarang gak ada pelajaran olahraga ya." Gumamnya lirih.

"Gue emang terlahir untuk terlambat dan manjat tembok kayaknya. Gak ada bedanya di sekolah lama sama sekolah baru." Gumamnya.

Saat sampai di atas tembok, bukannya langsung melompat, Yuna malah terdiam sambil menatap seorang anak laki-lali yang sedang terdiam sambil memegang sebatang rokok.

"Oy!" Panggil Yuna.

Anak laki-laki itu sedikit tersentak lalu membuang rokok yang tidak menyala sama sekali dan menatap Yuna.

"Bantuin gue." Kata Yuna.

"Turun sendiri. Lo bisa naik tapi gak bisa turun." Tukasnya datar.

Yuna menatapnya kesal. "Yeeeee gue bilangin ke guru BK tau rasa lo! Lo tadi mau nyebat, kan? Gue bilangin nih kalo gak bantuin gue." Kata Yuna.

"Siapa nama lo biar gue laporin." Kata Yuna sambil mencoba melihat nametag-nya. Tapi ternyata anak laki-laki itu tidak memakainya.

Anak itu menatap Yuna sinis, kemudian berlalu meninggalkannya.

Yuna mendengus kesal. "Awas lo kalo ketemu gue laporin beneran!" Teriak Yuna.

"Yuna! Jihoon!" Tiba-tiba ada yang memanggil nama Yuna dan nama seseorang yang kemungkinan besar anak laki-laki tadi.

Yuna langsung berbalik menatap kearah suara itu. Laki-laki bernama Jihoon juga berhenti dan berbalik menatap kearah sumber suara.

"Mampus! Pak Im! Wali kelasku tercinta." Kata Yuna.

Mau gak mau Yuna langsung melompat dari atas tembok dan sedikit terpeleset yang membuat kakinya langsung memar biru-biru.

"Pagi, Pak Im!" Sapa Yuna sambil tersenyum.

"Yuna! Jihoon! Tunggu saya!" Kata Pak Im kemudian berlari kecil menuju Yuna.

"Mampus Yuna mampus!" Gumamnya lirih.

Hide and Seek (Kim Junkyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang