Seminggu berlalu begitu cepat setelah hari Yuna kehilangan Mamanya. Sekarang Yuna sudah mulai bersekolah kembali, meskipun tidak seceria biasanya.
Seperti biasa, Yuna duduk di bangku miliknya paling belakang. Ia membaca buku-buku kesukaannya sambil mendengarkan lagu yang keluar dari headset yang dia pakai. Semua berjalan seperti biasa, sama seperti saat Yuna belum kehilangan Mamanya. Tidak ada satu pun diantara mereka yang tahu Yuna telah mengalami hal pahit beberapa waktu lalu, kecuali Midam, Yechan, Jinsung, dan Minju. Junkyu, dia juga tidak diberitahu meskipun kakaknya, Kim Hanbin, mengetahui bagaimana kesedihan yang dialami Yuna.
"Guys, mohon perhatian!" Teriak Junkyu di depan kelas.
Semua mata langsung tertuju kepada Junkyu, ketua OSIS yang baru lengser beberapa waktu lalu. Yuna langsung membuka headset yang menempel di telinganya dan memperhatikan Junkyu, mantan kekasihnya.
"Please, ya, kalian gak usah bikin gue ribet. Formulir pendaftaran ke universitas hari ini terakhir. Pak Im udah nanyain. Jangan mempersulit gue sampe gue bolak-balik ke ruang BK karena kalian kebanyakan mikir buat nentuin tujuan kuliah kalian. Kalau kalian gak punya tujuan, kenapa gak berhenti sekolah aja, sih?" Tukas Junkyu. Matanya terfokus pada Yuna yang kini menatapnya datar.
"Jahat banget sih ngomongnya. Mentang-mentang pinter lu!" Ketus Haruto kesal.
"Meskipun pinter, Junkyu tidak sejenius Yuna sama Midam." Kata Yujin menimpali.
"Santai dong, Jun. Kan, kita juga gak boleh terburu-buru biar gak salah pilih jurusan. Lagian Yuna yang jenius juga belum ngumpulin, kan? Itu artinya, semua harus dipikirkan dengan matang." ujar Jinsung.
Junkyu menatap Jinsung jengah. Ia kemudian mengalihkan tatapannya pada Yuna yang memang Junkyu akui lebih pendiam dari biasanya. Entah kenapa.
"Gue yakin dia udah punya waktu cukup buat mikir. Seminggu gak masuk sekolah gue rasa dia udah pikirkan secara mateng soal jurusan kuliah. Iya kan, Yuna?" Tanya Junkyu.
Yuna yang sedang membaca buku langsung menoleh ke arah Junkyu. Semua mata tertuju kepadanya kali ini. Ya, bagaimana tidak, Yuna telah membolos sebanyak satu minggu di semester akhir sekolah menengahnya. Disaat yang lain dihadapkan dengan ujian-ujian, Yuna hanya mengikuti ujian susulan karena tidak bisa hadir dengan keadaannya yang cukup kacau.
"Ujian susulan lo hari ini, kan? Gue harap lo bisa kumpulin formulir secepatnya ke gue." kata Junkyu. "Jangan bikin semua orang jadi ribet deh, Yun." ketusnya.
Minju dan Midam yang baru saja datang ke kelas menatap Junkyu sedikit sinis. Junkyu bersikap jahat kepada Yuna karena tidak mengetahui apa pun tentang gadis itu.
"Kenapa diem aja, sih? Lo gak punya mulut?!" Tanya Junkyu sarkas.
Minju yang kesal langsung menimpuk kepala Junkyu dengan buku yang dibawanya. Junkyu yang kesakitan langsung menoleh ke arah Minju di pintu masuk kelasnya. "Lo apaan sih, Ju? Sakit!" Ketus Junkyu.
Minju langsung menghampiri Junkyu dan menjewer telinganya. "Lo tuh ya kalau punya mulut dijaga! Gak usah pake ngehujat segala!" Tukas Minju kesal.
"Emang kenapa? Gue bener kok, coba liat aja dia. Pendiem kayak punya mul-"
"Sebelum ngomong, alangkah baiknya lo liat dia sekali lagi. Apa dia baik-baik aja. Coba sentuh hati dia dengan kedua mata lo!" Tukas Midam memotong kalimat Junkyu. Midam, laki-laki pendiam itu langsung melangkah maju menuju kursi miliknya yang berada tepat di depan Yuna.
Junkyu diam. Ia kemudian menatap ke arah Yuna. Namun, tidak kelihatan karena Midam menutupinya dengan tubuhnya.
"Gue salah ngomong ya, Ju?" Tanya Junkyu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek (Kim Junkyu)
Fanfiction" Ini pacaran atau main petak umpet sih?" - Song Yuna. #1 Jungjinsung #7 Kimjunkyu