57 - The Truth (1)

287 21 7
                                    

Dentingan jam berdetak lirih, dengan Jeff yang kini tengah duduk di bangku panjang koridor rumah sakit. Dia hanya menatap kosong lalu-lalang orang-orang yang berada di hadapannya. Tak menghiraukan beberapa orang yang sempat melirik ke arahnya dengan berbagai tatapan berbeda.

Pikirannya hanya berada pada beberapa pertanyaan yang selalu ia ulang terus-menerus. Bagaimana bisa Jovan mendapat luka semengerikan itu? Bagaimana bisa Jovan tiba-tiba saja berubah secepat itu saat baru saja kemarin ia menjumpainya keluar dari rumah Rachel? Dan, siapakah pelaku yang tega menganiaya dirinya?

"Kak Jeffrey?" Panggilan seseorang membuat Jeff mendongak, ia mengikuti arah suara untuk mengenali siapa yang telah memanggilnya.

"Jadi, tadi itu kak Jeffrey?" Ujar asal suara yang Jeff kenali dia adalah Jeno yang datang bersama dengan Yuta. Jeff seketika berdiri dari tempat duduknya, ia menatap Jeno dengan senyuman kecil yang terbit dari kedua sudut bibirnya.

"Iya, ini kakak."

"Kenapa kakak baru datang? Kenapa kakak dulu pergi? Hiks." Jeno mengusap air matanya yang luruh dengan punggung tangan, isakan kecil terdengar membuat Jeff perlahan mendekat ke arahnya.

"Kak Rachel—–hiks kak Rachel." Jeff mengusap pucuk kepala Jeno saat Jeno kini tengah menutupi matanya dengan pergelangan tangan.

"Maafin kakak dulu pergi ninggalin kakak kamu." Jeno seketika menghentikan tangisannya dan berganti menghamburkan dirinya ke pelukan Jeff. Jeno memang yang paling dekat dengan Jeff dulu, sewaktu Yolanda dan Danendra sibuk berbisnis juga Lucas yang tinggal jauh karena kuliah, hanya Jeff-lah yang sering menemaninya bermain ketika Rachel mengajaknya ke rumah. Bagi Jeno, Jeff sudah dianggapnya lebih dari sekedar teman dekat Rachel, tapi Jeff adalah salah satu kakaknya juga.

"Maafin kakak ya, dulu nggak sempat pamit ke kamu juga." Ujar Jeff sambil mengusap kecil punggung Jeno. Jeno hanya bisa membalas dengan anggukan di sela pelukan keduanya.

"Jangan pergi lagi." Kata Jeno setelah mereka berdua mengurai pelukan, Jeff tentu saja langsung mengangguk.

"Kamu udah tambah besar aja."

"Iya, masa Jeno mau kecil terus." Jeff seketika terkekeh.

"Kamu udah lama temenan sama Jovan?"

"Kak Jeff tau Jovan?"

"Kakak cuma tau sedikit."

"Ah, iya kak aku udah lama temenan sama Jovan. Mungkin dari awal aku pindah sekolah."

"Apa kamu juga tau tentang keluarganya?"

"Sedikit. Jovan nggak pernah mau cerita tentang keluarganya."

"Bisa kamu ceritain hal yang kamu tau tentang Jovan?" Kata Jeff membuat Jeno seketika memandang ragu ke arahnya.

"Kalau kamu cerita, mungkin kita bakal tau siapa pelaku yang udah mencelakai Jovan. Kamu sedih kan ngeliat Jovan kaya gini?" Jeno mengangguk kecil.

"Sebenarnya, Jovan pernah cerita ke aku. Dia bilang, dia sedih karena keluarganya nggak bisa bersatu lagi. Mama sama Papa Jovan bercerai, dulu Jovan sempat tinggal sama Mamanya, tapi cuma satu bulan, Mama Jovan nyerahin Jovan lagi ke Papanya. Dan karena suatu hal, Papa Jovan tiba-tiba pergi, sekarang Jovan cuma tinggal sama kakaknya."

"Jovan—–dia punya kakak?"

"Iya, aku belum pernah ngeliat kakak Jovan sama sekali. Tapi, aku tau namanya."

"Siapa nama kakak Jovan?" Tanya Jeff dengan wajah serius.

"Kak Aldama."

"Al—–dama?" Kedua alis Jeff bertaut, ia seperti pernah mendengar nama ini di suatu tempat, tapi di mana? Jeff saat ini hanya bisa mengulum bibir, ia memundurkan tubuh membuat Jeno hanya bisa memandanginya sebentar.

GANGSTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang