"YA ROBBIII!!! PAKETU DIMANE??!!!""TADI DIA TIDUR DI DEPAN GUE WOEYY!!!"
"PAKETU DICULIK WEWE GEMBOL, GUE YAKIN. PLIS PLIS PLIS CARIIN DUKUN PLISS!!!"
Tristan berteriak heboh ketika ia baru terbangun dari tidur kebonya, yang lain si sudah bangun beberapa jam yang lalu, tetapi masih setia berada di ruang inap Jeff.
"Wewe Gembel bego. Gitu aja nggak tau." Sahut Yuta mencoba mengoreksi Tristan. Dengan memasang wajah sok pintarnya.
"Wewe Gombel anjir." Balas Megan sambil mendecak kesal. Dimana-mana kalau goblok tidak usah diperjelas yaaaa, apalagi Yuta sama Tristan. Berasa satu otak dibagi setengahan.
"WOEYY JAWAB NAPA DIEM-DIEM BAE SI??!!" Sungut Tristan, kemudian ia beralih menuju ke arah Jevon, mengguncang tubuhnya dengan kasar yang tengah menonton sinetron di TV, maklum ruang VIP brouh.
"Tuh bocah baru bangun udah kesurupan arwah Jo ya?" Gumam Yuta pada Megan.
"Bego, Jo masih idup goblok." Megan menyikut lengan Yuta, juga membalas dengan lirih agar Jo tidak mendengar.
"Brisik banget lo anjir, ganggu aja. Gue selotip mulut lo tau rasa." Jengah Jo ketika Tristan dengan mode otak baru bangun tidurnya yang di padukan mulut baru basahnya mengoceh tanpa henti.
"J—jangan marahi, Titan atuttt." Tristan menoleh ke arah Jo, kemudian membuat wajah memelas dengan tangan yang disatukan.
"Najis geli, lo pengin gue lempar keluar dari jendela?" Ancam Jo bersiap mengambil ancang-ancang.
"Lempar aja, gue ikhlas Jo." Sahut Yuta memanasi. Tristan menghadap ke arahnya, sekarang Tristan yakin, Emak Yuta saat hamil Yuta pasti ngidam kompor.
"Dasar titisan kompor karat." Umpat Tristan ke arah Yuta.
"Bacoottt bujiggg."
"Nyenyenye." Balas Tristan sambil memajukan bibirnya.
"Gue setrika juga mulut lo biar dower!!" Geram Jo, Tristan hanya memasang wajah meledeknya.
"Pliss kasih taaooo guee dimana Jeprii."
"Mata lo sehat?" Tanya Jo.
"Nggak kataraken kan?" Lanjut Megan.
"Ih napa emang?"
"Liat belakang." Ujar Megan membuat Tristan menoleh ke arah toilet di belakangnya. Ia terperanjat saat melihat Jeff berdiri dengan memasang wajah datar di belakangnya dengan menenteng infus di tangan kanannya.
"Buta lo?" Ucap Jeff sinis sambil perlahan berjalan ke arah ranjang dengan pelan.
"Hehehehehe." Cengir Tristan, kemudian ia mendekati Jeff.
"Itu luka—
"Kenapa?"
"Sakit nggak?"
"Nggak, rasanya enak ditusuk." Jawab Jeff sambil memutar bola matanya, ia perlahan tiduran di atas ranjang sambil mempersiapkan selimut yang dibantu Tristan. Yang lain hanya diam sambil melihat pergerakan Jeff.
Beberapa hal sedang mereka rasakan dalam pikiran masing-masing. Melihat kondisi Jeff seperti ini membuat mereka merasa gagal untuk janjinya menjaga Jeff.
Jeffrey adalah seorang leader yang harus melindungi anggotanya, dan dia selalu berhasil akan hal itu. Tetapi mereka? Sebagai anggota, untuk menyelamatkan Jeff dari serangan itu pun mereka tidak bisa.
Rasa menyesal terkadang melanda, Jeff yang lebih mementingkan anggotanya daripada dirinya sendiri. Rela menjadi tameng teman-temanya, tapi mereka rasa, mereka bahkan tidak pernah melakukan hal besar untuk membalas Jeff yang selalu menjaga mereka dan seluruh pasukan Alaskar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Teen FictionIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...