Pagi menyapa, diiringi langkah kecil Rachel menuju ke dalam ruangan kelasnya. Langkahnya sedikit lesu karena moodnya hari ini terasa kurang baik.
Rachel juga tidak tau apa yang sedang ia rasakan, tetapi tiba-tiba saja rasa sesak menjalar ke seluruh dadanya, menyempitkan ronggo pernafasan dalam paru-paru, membuat nafas Rachel kadang tercekat sendiri.
Jalan dan ekspresinya yang tidak seperti biasa, yang biasanya riang dan ketika memasuki kelas akan langsung berceloteh pada Indiz atau Mettha, membuat Indiz dan Mettha yang sudah duduk manis di atas bangkunya masing-masing melirik bingung. Bisa dilihat, perubahan ekspresi juga mood Rachel memang gampang sekali di tebak.
"Oy! Kenapa lo?" Tanya Mettha, karena ia memang yang duduknya paling dekat dengan Rachel. Rachel hanya menggeleng, kemudian menidurkan kepalanya ke meja di atas lipatan tangannya.
"Lo ada masalah?" Berbeda dengan si pemilik suara tadi, kini yang Rachel dengar ternyata suara Indiz. Rachel kemudian mendongakkan sedikit wajahnya, mengarah pada Indiz yang menatap dengan tatapan bertanya kepadanya.
"Gue nggak apa-apa kok, cuma agak lemes aja."
"Lo sakit? Mau ke UKS aja?" Tawar Indiz.
"Nanti aja, gue cuma agak lemes aja Ndiz."
"Beneran lho ya?" Rachel menganggguk.
"Kalau lo udah kerasa pusing, bilang ke gue langsung." Ucapnya sebelum beralih duduk ke bangkunya sendiri, membuat Rachel tersenyum kecil karena merasa diperhatikan.
"Makasih."
***
Seperti biasa, kantin di SMA Alaska memang ramai, bangku dari awal masuk kantin sampai ke pojok beberapa warung kecil di sana juga sudah terpenuhi oleh para siswa-siswi yang ada.
Beruntung Rachel, Indiz dan Mettha sudah lebih dulu datang untuk makan disana. Kalau tidak, mereka mungkin tidak akan kebagian bangku untuk duduk.
Rachel, Indiz dan Mettha sedang menikmati makanan mereka yang sudah dipesan sembari beberapa kali bercakap untuk membahas hal yang tidak penting. Rachel kini juga sudah kembali seperti biasa, ikut meledeki Indiz saat membahas tentang cowok yang dekat dengannya. Bisa ditebak siapa dia?
"Lo mau kemana?" Tanya Mettha pada Indiz yang tiba-tiba beranjak.
"Ledekan lo berdua buat gue laper." Balasnya dengan nada kesal. Membuat Mettha dan Rachel menahan senyuman.
"Dimana-mana kalau diledekin itu bikin kenyang, dodol!" Sahut Mettha, tak menghiraukan ucapan Mettha, Indiz melanjutkan langkahnya menuju ke arah warung mpok Nana, yang menjual siomay.
"Eh Met." Panggil Rachel membuat Mettha menoleh dengan menaikkan kedua alis ke arahnya.
"Gue mau ke toilet dulu, kebelet." Kata Rachel ketar-ketir, Mettha yang paham pun langsung mengangguk.
Dengan gerakan cepat, Rachel pergi ke toilet untuk menuntaskan panggilan alamnya, setelah selesai ia beralih berdiri di depan kaca wastafel, untuk mencuci tangan juga melihat penampilannya saat ini.
Helaan nafas terdengar dari mulut Rachel, rasa sesaknya tiba-tiba datang kembali. Ia juga sedang memikirkan Jeff yang tidak ia dapati hari ini di manapun. Biasannya Jeff sudah berada di depan kelasnya ketika bel istirahat terdengar.
Disaat ia ingin mendengar kata-kata yang belum sempat Jeff katakan kemarin, ia juga merasakan perasaan teramat ingin melihat dirinya. Apa Rachel merasakan rindu lagi?
Rachel menepis segala pemikirannya dengan sedikit menggelengkan kepala, setelah selesai dengan segala urusannya, ia pun langsung keluar dari toilet untuk kembali duduk bersama para sahabatnya yang mungkin masih saja nongkrong di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Teen FictionIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...