"Kenapa masih bengong? Ayo cepet naik." Suara yang terdengar sebagai titah memasuki gendang telinga Rachel, membuat Rachel yang tengah memandang dengan ekspresi bingung ke arah Theo langsung mengerjap.
"Beneran pulang sama kak Theo?" Balas Rachel membuat Theo menghela nafas. Theo yang tadinya hendak memakai helm pun mengurungkannya, dan kembali meletakkan helm nya di atas tangki motor.
"Ya terus pulang sama siapa lagi? Udah yuk, aku anterin." Dengan ragu Rachel beralih berjalan ke arah belakang motor Theo, dengan tanpa menunggu waktu yang lebih lama lagi Rachel pun kini sudah duduk manis di belakang Theo.
"Mampir ke rumah aku dulu bentar ya? Mau ngasih tau adek aku nanti aku mau pulang malem soalnya lanjut belajar ke Pak Indra buat persiapan olimpiade." Kata Theo sambil memutar sedikit kepalanya ke belakang.
"Iya kak."
Theo menyalakan mesin motor kemudian melajukan motornya untuk keluar dari parkiran apartemen.
Sepanjang jalan mereka sesekali berbincang, beberapa hal tentang Osis juga beberapa hal yang menyangkut diri mereka masing-masing.
"Kak Theo cuma berdua di rumah?" Tanya Rachel ketika mereka berdua sudah berhenti di depan rumah bercat coklat, Rachel menanyakan hal itu karena ia merasa rumah Theo kelihatan lenggang.
"Iya, berdua sama adek aku." Jawab Theo sambil menuruni motor.
"Ayo masuk." Kata Theo sambil membuka pintu rumahnya, membuat Rachel tersenyum tipis kemudian perlahan memasuki rumah milik Theo.
Rachel menyapu pemandangan rumah Theo, mengamati ruangan yang cukup rapi dengan tatanan yang tidak terlalu ramai. Bahkan, Rachel rasa dia tidak menemukan foto apapun di sana.
"Kamu penasaran kenapa nggak ada foto disini?" Celetuk Theo dari arah belakang membuat Rachel langsung membalikkan badan, menyadari Theo yang sudah berdiri sambil membawa segelas jus jeruk di tangan.
"Hehe." Rachel hanya membalas cengiran canggung.
"Pecah semua fotonya." Jelas Theo sambil meletakkan jus jeruk itu di atas meja, Rachel pun mengikuti arah pandang Theo, yang menyuruhnya untuk duduk di atas sofa.
"Kok bisa?" Rachel mengernyit.
"Iya, dulu mau dipindahin malah pecah, dan setelah itu udah nggak sempet buat ngambil foto lagi." Rachel membuka mulutnya sambil mengangguk mengerti.
"Orang tua kakak nggak satu rumah? Apa kakak milih buat hidup mandiri?" Tanya Rachel penasaran.
"Aku nggak punya orang tua." Jawab Theo sambil tersenyum miris, membuat Rachel merasa tidak enak karena menanyakan hal itu.
"K—kak maaf aku nggak bermaksud—–."
"Nggak apa-apa, lagian kamu juga nggak tau." Potong Theo cepat sambil tersenyum kecil, mencoba membuat Rachel menghilangkan perasaan bersalahnya.
"Dari dulu aku sama adek aku cuma tinggal sama mama. Beberapa tahun silam mama kami meninggal, jadi sekarang kami hanya tinggal berdua."
"Turut berduka cita, maaf kak aku nggak bermaksud buat kakak sedih." Kata Rachel sambil menatap Theo dengan tatapan menyesal.
"Santai aja kenapa, aku nggak kesinggung atau apapun kok." Theo tersenyum lebar, membuat atmosfer canggung yang sempat menghinggap kini berubah kembali menjadi lebih santai. Ya, walaupun Rachel masih sesekali merutuki dirinya karena telah menanyakan hal itu.
"Diminum dulu, aku mau nulis pesan buat adek aku." Kata Theo sambil menunjuk jus jeruk yang berada di atas meja, membuat Rachel dengan perlahan mengambil kemudian meminumnya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Roman pour AdolescentsIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...