50 - Pernyataan

308 32 2
                                    

Keadaan hening menimpa sebuah ruangan sedang bernuansa hitam yang dindingnya terdapat beberapa poster dan slayer dari sebuah geng motor yang dikenal dengan nama Alaskar.

Si pemilik tak peduli ketika ruangan yang ditempatinya sekarang berantakan dengan segala benda-benda yang berada di sana sudah hancur dan menghilang entah kemana.

Laki-laki tinggi dengan wajah setengah babak belur itu menunduk lesu, mengarahkan pandangan pada sebuah jaket kebanggaannya yang kini telah dihanguskan oleh si api merah, membuat jaket yang menjadi identitasnya ini tidak berbentuk kembali, rusak dan hancur seperti apa yang tengah ia rasakan saat ini.

"AKKHHHHH!!!!!"

BUGH!

Suara hantaman keras jelas terdengar nyaring, suara pukulannya menggema di seluruh ruangan, hantamannya yang kuat membuat tangan si pemilik terlumur darah merah segar yang langsung mengalir ketika dia mengepalkan tangannya lebih kuat.

"BRENGSEK!! BRENGSEK!!"

BUGH! BUGH! BUGH!

Makinya keras dengan suara parau, pukulannya kini ia tujukan kepada beberapa benda yang berada di sekitarnya. Melempar, memukul hingga memecahkan semua benda yang ia lihat tanpa jeda, membuat suara bising yang tak akan berhenti sampai ia menguapkan semua emosinya hingga selesai.

"AAAKKHHH BAJINGAANN!! GARA-GARA DIAA!! BRENGSEKK!!!"

PRANG!

Jo melempar bangku kecil pada kaca besar yang ada di hadapannya, pecahan kacanya langsung menyebar di lantai dingin yang ia pijak, yang langsung melukai beberapa bagian di kakinya hingga darah tak akan berhenti keluar dari tubuhnya di bagian manapun.

Wajahnya, tubuhnya, persahabatannya. Itu semua telah hancur, semuanya hancur tak tersisa. Hancur karena laki-laki busuk yang mencoba menjebaknya.

"Good, bagus banget Jo." Suara dari belakang Jo terdengar, yang bisa Jo tebak, si pemilik suara tengah berdiri di depan pintu sambil bertepuk tangan dengan senyum remeh. Dan, dia tau siapa si pemilik suara itu.

"Mau apa lo ke sini?" Jo membuka suara, menanyai laki-laki yang perlahan melangkahkan kaki ke arahnya dengan nada dingin yang tersirat amarah di setiap tekanannya.

"Gue? Gue tentu mau jenguk lo." Balas laki-laki itu dengan nada seramah mungkin yang membuat Jo muak mendengarnya.

Laki-laki itu, Revan. Siapa lagi kalau bukan dirinya? Yang mampu membuat Jo merasa terpuruk karena segala tipu muslihat yang ia lancarkan kepadanya.

Jo merasa bodoh, mau saja terperangkap jebakannya ketika Revan tiba-tiba mendatanginnya dan ingin membicarakan masalah Yugo, dan juga masalah Rachel yang entah kenapa Revan bisa tau.

Harusnya Jo menyadarinya, bagaimana Revan tau tentang Rachel, di saat yang lain bahkan telah kehilangan jejak tentang si pelaku hampir tiga tahun lamanya? Mengapa Jo begitu bodoh untuk memasuki perangkap Revan dan mampu membuatnya di keluarkan dari Alaskar karena dituduh mengkhianati Alaskar dengan berkomplot pada Revan.

"So stupid." Revan menghentikan langkahnya di belakang Jo, menggumam lirih walau ia tahu gumamannya pasti akan terdengar jelas oleh Jo.

"Menjadi pengkhianat, huh? Gimana rasanya diperlakuin layaknya pengkhianat oleh orang yang lo panggil saudara itu?" Revan tersenyum mengejek.

"Lo nggak tau apa-apa. Dan disini, lo yang ngebuat gue dilihat sebagai pengkhianat oleh sahabat gue brengsek." Geram Jo, ia mengepalkan tangan saking emosinya. Tapi, Revan malah tertawa terbahak-bahak, ia  menertawakan kebodohan Jo.

"Sahabat? What? Sahabat?" Revan melangkahkan kakinya, mengitari tubuh Jo yang terduduk di atas lantai.

"Siapa yang lo bilang sahabat? Anggota Alaskar? Megan? Jevon? Tristan? Yuta? Atau Jeffrey?" Revan menaikkan salah satu alisnya.

GANGSTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang