"Jangan tinggalin Jeff mom!"
"Itu bukan kesalahan dad, itu kesalahn mom."
"Kamu mau berjanji pada mom, untuk apapun yang terjadi kamu nggak boleh menangis terlalu lama?"
"Kamu laki-laki Jeff, kamu akan menjadi seorang pemimpin. Jangan pernah menampakkan kesedihan kamu pada orang lain, selain pada orang yang kamu sayangi sendiri. Bisa kamu janji?"
"JANGAN PERGI!!!!"
Deg!
Helaan nafas terdengar kasar, keluar dari mulut seorang laki-laki yang baru saja terbangun dari mimpi buruk yang ingin ia hindari saat ini.
Laki-laki itu memejamkan mata, mencoba menetralkan segala perasaan berkecamuk yang tiba-tiba datang karena mimpi itu kembali datang.
Walau udara tengah dingin dini hari ini, tetapi seluruh tubuh laki-laki itu seakan memanas, terlihat dari bajunya yang basah akan keringat dan pelipisnya yang tak berhenti mengeluarkan bulir bening yang sesekali bercucuran.
Tak butuh waktu lama, laki-laki itu langsung tersadar dengan apa yang terjadi sebelumnya. Sebuah kejadian yang tidak ingin ia ingat, sebuah tragedi yang membuatnya marah dan ingin untuk melupakannya, kini kembali ia ingat dengan perantara mimpi yang sudah dua hari ini tiba-tiba muncul.
Sibakan kasar selimut yang berada di atas ranjang, membuat beberapa benda berjatuhan, dengan diiringi langkah gontai laki-laki itu, mencoba menjauh dari mimpi buruk yang ia kira tidak akan datang lagi, apa semua ini adalah pertanda?
***
Secepat inilah waktu berputar, hari kini berganti dengan iringan langkah kaki Rachel, menapak seluruh sudut koridor, untuk masuk ke dalam ruangan tempat ia biasa belajar.
Kebiasaan yang sering ia lakukan adalah, berdiri di depan kelas sebelum bel masuk, menunggu seseorang yang bisa kalian tebak siapa dia.
Pandangannya tak terlepas dari arah gerbang, menunggu Jeff datang setelah kemarin ia tidak berangkat, yang alasannya belum ia ketahui. Ya, Rachel memang terlalu ikut campur kalau ia tahu Jeff tidak datang dan dia langsung mencarinya kesana-kemari, tetapi ketika orang yang kalian harapkan datang malah tidak terlihat, bukannya hal yang Rachel lakukan itu wajar? Mencoba mencari tahu tentang apa yang terjadi padanya?
Tak lama, senyumnya mengembang, hingga seluruh deretan gigi putihnya terlihat ketika Jeff memasuki gerbang sekolah dengan Megan yang berada di sebelahnya.
Rachel berdiri dengan senyuman manis yang menghias di kedua sudut bibir, ia berdiam di posisinya menunggu Jeff melangkah ke arahnya, yang memang karena Jeff harus melewati gedung kelasnya.
"Kak jeff." Sapa Rachel ketika Jeff tinggal beberapa jarak darinya, Jeff pun mendongak ketika ia merasa terpanggil.
"Eh! Rachel!" Bukan, itu bukan Jeff yang menyapa balik padanya, tapi Megan. Megan melambaikan tangan ke arah Rachel yang dibalas senyuman kecil olehnya. Ia melirik kecil pada Jeff yang kini sudah kembali menunduk, mencoba menyibukkan diri dengan memperbaiki kerah bajunya. Hal yang membuat Rachel lebih bingung dengan Jeff, ketika ia akan menghampirinya, Jeff malah berdalih langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Teen FictionIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...