49 - Love

332 32 1
                                    

"Lucas udah mulai nemuin beberapa celah, beberapa orang yang Lucas paksa buat ngungkapin siapa pelakunya, mereka bilang pelakunya pindah ke Jakarta udah lama." Danendra mengusap pundak Yolanda yang mulai mengeluarkan air matanya.

"Ke-kenapa nggak ada yang tau? Kenapa nggak ada yang ngungkap siapa dia sebenarnya?"

"Kita nggak ngelibatin polisi karena waktu hilangnya Rachel nggak sampai satu hari."

"Tapi Rachel dapat luka yang dalam bang!! Mentalnya terganggu, waktu dia ditemuin dia dalam keadaan mengenaskan, dia luka-luka!!!" Sanggah Yolanda tak terima.

"Sssttt! Tenangin diri kamu, Rachel bakal dengar." Danendra memegang kedua bahu Yolanda yang mulai berguncang.

"Abang akan terus-menerus ngarahin bawahan, mereka pasti akan nemuin siapa pelakunya. Pelakunya udah dekat, kita pasti bakal lebih cepat nemuinnya."

"Lebih cepat? Butuh waktu tiga tahun, dan sampai saat ini juga pelakunya belum ketemu! Abang bilang ini bakal cepat? Secepat apa?!!"

"Nda."

"Abang nggak mikirin, waktu abang tau pelaku yang nyulik Rachel bahkan udah satu kota sama kita, dia bisa aja ngelakuin hal buruk lagi ke anak kita? Apa abang nggak mikirin?!! Mau secepat apa?? Kalau cepat, harusnya dari dulu kita penjarain penculiknya bang!! Harusnya dari dulu dia ditemuin!! Hiks." Danendra menghela nafas.

"Penculik Rachel akan ketemu dalam waktu cepat, abang janji. Abang nggak akan pernah ngebiarin siapapun nyakitin Rachel lagi."

Obrolan itu terdengar oleh Jeno dan Jovan yang akan mengambil camilan di dapur yang berada di belakang ruang tamu, tempat Danendra dan Yolanda yang tengah membicarakan masalah Rachel.

"Jen." Panggil Jovan ketika Jeno tak bergeming dari posisinya, merasa terkejut dengan apa yang terjadi. Saat itu Jeno baru menginjak kelas 6 ketika ia baru pulang dari karyawisata dan ia melihat Rachel yang tengah tertidur di atas kasur sambil dililit beberapa perban dan plester di tubuhnya. Jeno hanya tau kakaknya mengalami kecelakaan, dia tidak pernah tau kakaknya mengalami hal semengerikan itu.

"Jeno." Panggil Jovan lagi, kini Jeno perlahan menoleh ke arahnya dengan tatapan terluka.

"Kak Rachel ngalamin ini, tapi gue sebagai adeknya bahkan nggak tau apa-apa van." Kata Jeno dengan memasang wajah sayu.

Jovan juga dapat merasakan perasaan terluka yang di alami Jeno. Jovan sangat menyayangi Rachel, Rachel juga menyayangi dirinya seperti adik sendiri. Membuat Jovan yang yatim-piatu dapat merasakan kasih sayang lebih dari keluarga Jeno, terutama Rachel yang setiap Jovan bermain di rumah Jeno, Rachel selalu menyambutnya dengan senyuman gembira. Memberi perhatian seakan Jovan memang bagian dari keluarganya. Ketika ia mendengar penuturan orang tua Jeno, bagaimana ia tidak terluka ketika mendengar kondisi Rachel dulu seperti itu?

"Jen- jeno!" Jeno beranjak, ia menaiki tangga yang diikuti Jovan di belakangnya.

Cklek!

Jeno membuka pintu kamar Rachel, dan mendapati Rachel yang tengah duduk di atas ranjang sambil memperhatikan ponselnya.

"Jeno? Kebiasaan nggak ket-- Ucap Rachel tertahan karena tiba-tiba saja Jeno menghamburkan tubuhnya ke pelukan Rachel.

"Loh? Jen? Jeno? Kenapa?" Rachel mengernyit bingung ketika Jeno tiba-tiba memeluknya erat, yang tak lama suara isakan terdengar dari mulutnya.

"Jen? Kenapa? Habis berantem?" Rachel kian bingung, ketika ia memandang dengan tatapan bertanya ke arah Jovan di depannya, Jovan juga hanya menunduk.

"K-kak, maafin Jeno ya." Kata Jeno di sela isakannya membuat Rachel kian mengernyit.

"Hei? Kenapa?" Rachel mengusap punggung Jeno pelan.

GANGSTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang