Jeff melangkahkan kaki dengan tertatih ke arah tubuh Jovan yang terkulai lemas di atas ranjang rumah sakit. Beberapa bagian tubuhnya sudah tertutup perban, membuat banyak luka fisiknya semakin terlihat jelas.
Tubuh Jeff gemetar ketika ia mulai menyentuh jari demi jari lemah Jovan, Jeff mengusap lembut tiap inci jari lentik itu dengan mulutnya yang menggumamkan kata maaf berkali-kali.
"Maaf."
"Maafin kakak pernah nyalahin kamu."
Jeff menundukkan kepala, dahinya berkerut dengan mata yang terpejam, mencoba menghalau derai air mata yang mungkin akan kembali luruh ketika ia mengingat kebenciannya selama ini yang selalu ia berikan pada Jovan.
Jovan bukanlah penyebab kehancuran keluarganya, Jovan bahkan adalah korban. Jeff terlalu kejam ketika ia membenci Jovan yang jelas tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua. Jeff benar-benar bodoh, dia sangat-sangat bodoh.
Melihat tubuh tak berdaya Jovan di hadapannya, dengan hati yang mulai terkikis rasa bersalah, Jeff menggenggam lebih erat tangan kecilnya, permintaan maaf yang ia lontarkan tak berhenti mengudara, memecah sepi yang pada ruangan putih itu, dalam hati ia hanya bisa berdo'a demi kesembuhannya, berharap bahwa anak hebat itu segera sadar dari kondisinya. Jeff berharap, Jovan baik-baik saja.
"K—–kak Jeff."
Suara lirih yang terdengar pilu terdengar kecil, membuat Jeff yang mendengar suara itu tak bergeming dari posisinya beberapa saat.
"Kak Jeffrey." Beo suara itu, Jeff yang merasakan panggilan nama itu bukanlah sebuah imajinasinya semata, langsung mendongak untuk melihat si pemilik suara yang terdengar dari arah depan tubuhnya. Betapa terkejutnya Jeff saat ia menangkap sosok di depannya yang kini tengah mengarahkan pandangan ke arah dirinya. Mata Jeff membulat kecil saat Jovan kini telah tersadar dengan genggaman tangannya yang mulai Jovan balas.
"Jovan? K—–kamu udah sadar?" Tanya Jeff dengan nada terbata-bata, Yuta yang berada di samping Jeff seketika mengalihkan tubuh, ia mendekati Jovan yang mulai menyunggingkan senyum kecil.
"Y—yut, panggil dokter. P—–panggil dia sekarang, cepat!!" Kata Jeff dengan raut panik, Yuta yang diberi perintah oleh Jeff juga langsung bergegas pergi keluar ruangan, digantikan dengan Jeno yang terlihat dari balik pintu.
"Jovan udah sadar? Jovaann!!!" Pekik Jeno kencang saat ia melihat keadaan Jovan yang mulai membaik. Jeff hanya bisa mengulum senyum, melihat interaksi antara Jovan dengan Jeno di depannya.
Dokter yang Yuta bawa juga mulai memeriksa kondisi tubuh Jovan. Hanya sebentar, sunggingan senyum dokter itu terlihat lega.
"Syukurlah, Jovan sudah siuman. Kondisi tubuhnya juga sudah mulai membaik. Walau begitu, sebisa mungkin Jovan tidak boleh terlalu banyak bergerak dulu. Jovan harus istirahat total beberapa hari ini." Kata dokter itu membuat seluruh orang yang berada di sana menghela nafas.
"Syukurlah."
"Kalau begitu saya pergi dulu."
"Maafin kak Jeff." Kata Jeff tiba-tiba, membuat Jovan langsung menoleh ke arahnya. Jeno yang merasa perbincangan ini tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya kembali melangkahkan kakinya keluar setelah ia mengusap kecil punggung tangan Jovan.
"Buat apa kak? Seharusnya Jovan yang saat ini berterima kasih ke kakak karena udah bawa Jovan ke sini." Jeff menggeleng pelan, tangan kokohnya tergerak untuk mengelus kecil pucuk kepala Jovan dengan lembut.
"Untuk semuanya, Kak Jeff minta maaf. Kak Jeff pernah benci ke Jovan, kakak minta maaf." Arah perbincangan yang Jeff lontarkan mulai Jovan pahami, dengan segera ia melunturkan senyum yang di gantikan dengan kuluman bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Fiksi RemajaIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...