Seorang laki-laki perlahan memasuki kamar Rachel dengan langkah lirih. Ia duduk di satu kursi yang selalu berada di samping ranjang Rachel untuk dirinya, ia memegang tangan Rachel sambil pikirannya berkelana pada kejadian beberapa tahun silam.
°00°
Lucas tengah duduk bersama teman-temannya di warung belakang kampus, bernyanyi-nyari ria dengan teman sebaya atau teman kenalannya di jalan. Melepas penat dengan mendengar candaan para sahabatnya adalah pilihan Lucas, daripada mendengar celotahan cewek-cewek yang selalu mengganggunya setiap hari, mangkannya Lucas sampai hari ini masih sendiri karena lelah dengan urusan manusia berjenis kelamin cewek.
"Ajigilee bu Anggita, gue kalau udah masuk jadwalnya die yang ada tubuh gue remuk kena rotan. Mainnya kasar mulu dosen yang ono, kaya cewek abg lagi pms, kalau bukan cewek si udah gue sirem die make garem." Gerutu Tian, teman sebaya Lucas yang tengah asyik menggibahi salah satu dosen di ITB yang paling tidak ia sukai.
"Eh yan, nilai lo tergantung dosen. Kalau lo nyampe nyiram garam ke dia bisa berabe lo goblok." Balas Raka sok bijak.
"Tapi ntuh dosen nyebelin bener, sepet gue liat mukanye. Kalau ngejelasin suka muncrat-muncrat lagi tuh jigongnya." Tian mendengus, membuat Lucas di sebelahnya tertawa.
"Gibah mulu lo tong, belajar yang bener ntar lulus tinggal kerja." Lucas ikut nimbrung, sok menasehati padahal dirinya suka tidur di kelas.
"Kalau ngomongin gituan mending ke Juned, eping atau yang lain aje. Lo di kelas aje molor terus make nasehatin lagi." Wajah Tian semakin tertekuk, dilanjutkan tangannya yang asyik mengubek-ubek kopi dengan jari, membuat yang lain memasang wajah jijik ketika melihat tingkahnya.
Drrrttttt drrrrttttt
Lucas yang merasakan goyangan pantatnya langsung berdiri, ketika ia menyadari ponsel yang ia letakkan di saku celananya bergetar.
"Siape?" Tanya Tian ingin tahu.
"Gebetan gue." Balas Lucas acuh sambil menekan tombol slide untuk menyambungkan telfon dengan Ayah-nya.
"Halo?" Raka dan beberapa orang di belakangnya langsung merapatkan diri di belakang Lucas, mencoba menguping pembicaraannya dengan orang yang ia sebut gebetan. Maklum lah, Lucas adalah jomblo sejati, kalau ada yang menjadi tambatan hatinya mungkin seisi ITB akan histeris.
Wajah kepo teman-teman Lucas digantikan dengan kernyitan bingung, ketika tiba-tiba saja mata Lucas memerah saat ia membalikkan badan ke arah mereka semua.
"Y—yan, cepet anterin gue ke bandara." Kata Lucas sedikit terbata, Tian yang merasa wajah Lucas berbeda langsung mengangguk, tak mau ingin tau lebih jauh jika Lucas belum bisa mengatakan apa yang tengah ia rasakan.
Dengan bergegas, mereka berdua langsung menaiki motor Tian, Lucas yang membawa motor Tian melesatkannya di jalanan dengan kecepatan super tinggi. Seakan-akan ia tengah di kejar oleh waktu.
"Gue balik ke Surabaya dulu, gue nggak bisa jelasin sekarang, thanks udah nganterin." Kata Lucas ketika mereka berdua sudah sampai di depan loket tiket, yang beruntungnya sisa tiket ke Surabaya masih ada dua untuk penerbangan 10 menit lagi.
"Lo nggak apa-apa?" Lucas menggeleng pelan.
"Bukan gue, tapi adek gue." Kata Lucas terakhir sebelum ia memasuki pesawat. Tian memandang punggung Lucas dengan tatapan memelas, ia tahu pasti ada hal buruk yang tengah menimpa di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Teen FictionIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...