kelas 11 IPS 1. Mendapat predikat kelas unggul karena ada angka 1, tapi tidak menjamin anak didalamnya mencerminkan angka 1 itu. Bengal, pemalas dan terlalu santai? Sampai guru di depan yang sedang menerangkan saja tidak mereka gubris, dan mereka malah asyik dengan kegiatan mereka sendiri. Tidur, mengobrol, bahkan bermain game.
"Heh Tuy, yang kemarin gue bilang bener bro, gebetan lo beneran jalan sama si Juan." Jevon menepuk pundak Yuta, teman sebangkunya, bergosip ria tentang gebetan-gebetan yang pernah dekat tapi tidak pernah jadian memang tidak ada habisnya.
"Sialan banget, untung baru gebetan, kalau udah pacar gue tantangin aja si Juan di lapangan belakang." Yuta mendengus, kesal karena gosip yang beredar tentang Bella, gebetanya yang jalan dengan Juan si anak Osis terbukti, bahkan Jevon membawa berita yang lebih, karena ternyata mereka berdua sudah official kemarin. Tenang, Yuta cuma kesel bukan emosi. Karena stok perempuan yang dia punya masih banyak kok. Kalo Bella mah, yang lebih dari dia juga banyak.
Mereka berdua asik dengan gosip gebetan, beda lagi dengan Megan dan Jo yang asik menundukkan kepala dengan tanganya yang dimasukkan ke dalam laci meja, mereka sedang adu FF. Sedangkan Tristan menunduk sambil memainkan game cacing.
"Anjing mati!" Tristan mengumpat lumayan keras yang membuat seluruh pandangan menuju ke arahnya, tak terkecuali laki-laki yang tengah bersandar pada bangku belakang, dia hanya melirik sekilas dan kembali memejamkan matanya.
"Tristan!!" Pak Damar yang sedang menerangkan berhenti karena terkejut, kemudian beralih membentak Tristan, Tristan reflek berdiri karena kaget. "Y—ya pak?"
"Kenapa masih main HP ketika pelajaran bapak hah?! ini masih pelajaran bapak dan kamu malah seenaknya sendiri!!" Tristan langsung menghadap ke arah Jo dan Megan. Mereka berdua cuma masang watadosnya. Anjir, padahal bukan cuma gue.
"Bapak tanya kenapa??!" Sungut pak Damar karena Tristan tak kunjung menjawab.
"Pak itu si— Tristan akan menjawab sambil menunjuk ke arah Jo dan Megan, mereka berdua langsung melotot ke arahnya.
"Bapak tanya kenapa??!!" Potong pak Damar sebelum Tristan menyelesaikan omonganya.
"E— anu gabut pak." Jawab Tristan asal dan membuat emosi pak Damar semakin tinggi.
"Kamu niat belajar atau tidak??!!" Pak Damar membentak Tristan cukup keras, reflek Tristan langsung menutup telinganya. Sumpah ya, 2 tahun di ajar sama pak Damar, baru kali ini Tristan mendengar suara pak Damar dengan jelas. Bukan apa-apa, tapi dari segi bicaranya pak Damar, pak Damar itu seperti radio yang kemasukan air. Walaupun masih bisa nyala tapi kalau sudah kemasukan air tidak akan ada suaranya. Mau sebanyak apapun pak Damar menerangkan pelajaran, tapi tidak pernah kedengeran sama sekali. Garis bawahi, itu hanya untuk Tristan si.
"Pak mohon maaf, kenapa bapak kalau ngejelasin pelajaran lirih banget, tapi kalo marah-marah malah bikin kuping budeg si?" Tristan membuka dan menutup telinganya berulang-ulang, karena efek suara pak Damar yang membuat telinganya sedikit berdengung, lebay si tapi gitu adanya.
"Diam kamu!! Kamu mengejek saya hah??!" Nada suara pak Damar naik 2 oktaf, Tristan benar-benar membuat pak Damar naik darah.
"Ng—Nggak gitu pak, maaf deh hehe." Tristan nyengir sambil nunjukin 2 jarinya di depan wajah sembari berpose.
"Heh kamu ngledek??!!"
"Ngga pakk Ya Allah, orang peace kok ngledek." Tristan langsung cepat-cepat menurunkan jarinya agar pak Damar tidak menjadi lebih marah, pikirnya.
"Marahin aja pak, ngledek tuh tadi si otan." Jo mengompori, dan Megan langsung membekap mulut Jo kemudian mendelik ke arahnya seakan ngomong. Bego, kalo lo ngomong ntar kita ketauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Teen FictionIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...