Pintu operasi terbuka lebar, dokter yang tadi sempat mengoperasi Yugo menepuk pelan bahu Jeff yang mulai bergetar, menatap kelam ke arah dalam ruangan sunyi yang mencekam.Kaki Dery melemah, ia merosot jatuh karena tak kuat menahan beban badannya sendiri. Matanya mulai memanas, dengan air mata yang entah kapan memberi jejak jatuh di kedua pipinya.
"MOTOR LO UDAH GANTI HAH?!! NGEBEGAL DI MANA LO?!!!"
"Der, gue tadi lagi nonton upin-upin, masa gue ngeliat lo di sana?"
"Jangan sakit. Lo kira bisa mimpin Ravesga kalau lo sakit kaya gini?"
"Der, jangan balas apapun yang gue lakuin. Ini semua demi Ravesga."
"Ada saatnya gue balik, maafin keegoisan gue."
Dery menjatuhkan badannya ke depan, tangan kananya memukul-mukul lantai hingga memerah, dengan tangan kirinya yang mencoba menutupi muka yang sudah deras akan air mata.
Para anggota Alaskar dan Ravesga yang berada di sana mulai menundukkan kepala, merasakan perasaan duka mendalam walaupun beberapa di antaranya tak kenal sama sekali siapa Yugo.
Melihat para sahabatnya yang sudah tak kuasa menahan tangisan, membuat mereka berpikir bahwa Yugo adalah seseorang hebat yang mampu membuat mereka kehilangan walaupun tak tahu banyak tentangnya.
Dahi Jeff berkerut, ia memegang sisi pintu untuk menopang tubuhnya yang mulai lunglai. Mulai memasuki ke dalam, indera penciuman Jeff di sambut oleh berbagai bau obat-obatan serta alat medis yang masih terdapat bercak darah bekas pengoperasian Yugo.
Jeff tak mampu menahan dirinya lagi, kedua matanya entah kenapa mengeluarkan air mata yang paling ia benci, jatuh tak diminta dengan perasaan sesak yang mulai menggerayangi dadanya.
Tangan Jeff terulur, menggenggam tepian brankar karena tangannya masih saja bergetar hebat. Helaan nafas tak berhenti-berhentinya keluar dari mulutnya, menyalurkan rasa sesak yang bahkan masih tak bisa ia hilangkan.
Jari-jari Jeff terulur ke arah sesosok tubuh kaku yang masih tertutup kain putih hingga di atas kepala. Telunjuk Jeff mengelus kecil serat kain halus, dengan ibu jari yang membantu untuk menaikkan kain itu ke atas dengan pelan.
Jeff menarik lambat kain putih, yang perlahan menyembulkan rambut hitam. Semakin jauh Jeff menarik kain putih itu, semakin jelas pula sesosok wajah yang sangat Jeff kenal terpampang dari baliknya.
Memperlihatkan wajah hangat Yugo, dia tersenyum kecil dengan bibir pucat yang kentara sekali, menikmati kedamaian dalam tidur panjang yang ia dapatkan setelah ini.
"Yugo, b-bangun bodoh."
Jeff menepuk kecil pipi Yugo yang mulai dingin, mencoba membangunkan dirinya yang tak kunjung membuka kelopak mata walau Jeff sudah berkali-kali menepuk pipinya.
"B-bangun sialan!"
Umpat Jeff mulai kesal karena Yugo tak bergeming dari posisinya.
Jeff menundukkan tubuh, menghalau embun bening di kedua pelupuk mata yang akan terjatuh entah keberapa kalinya.
"Gue bahkan belum minta maaf sama lo--kenapa lo pergi secepat ini, bodoh?" "
Jeff mengulum bibir, menepuk-nepuk lengan Yugo yang masih tertutup kain putih.
Hendery yang mulai bisa mengendalikan tubuh terlihat memasuki ruang operasi dengan langkah terseok, di belakangnya beberapa orang mengikuti langkah Dery menuju ke pinggiran brankar. Menunduk sendu, melihat Jeff yang tengah menutup mata dengan tangan kirinya yang masih bergerak untuk memukul kecil lengan Yugo.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Teen FictionIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...