Danendra menggenggam erat tangan Rachel sepanjang perjalanan, pria paruh baya itu tak henti-hentinya menggumam kata maaf setiap saat. Merasa menyesal dengan apa yang telah terjadi pada putri semata wayangnya.Rachel yang merasakan Danendra tak melepaskan genggaman dari tangannya menjadi menoleh, ia mengulum bibir ketika melihat ekspresi Danendra yang biasanya dingin kini berganti menjadi sedih.
"Ayah."
Panggil Rachel lirih, bukannya menoleh Danendra malah tiba-tiba merasakan hawa panas yang menjalar di pelupuk matanya dan membuat ia lebih memperkuat genggaman tangannya pada Rachel.
"Ayah, Rachel baik-baik aja."
Ucap Rachel pelan, mencoba membuat Danendra tidak terlalu khawatir. Dirinya memang masih takut akan kejadian tadi, tapi ia tak ingin membuat Ayahnya terlalu mengkhawatirkan dirinya, Rachel tak ingin Danendra terlihat sedih seperti ini.
"M—maafin Ayah."
Danendra memberhentikan mobilnya, tepat di depan halaman rumah, ketika mereka berdua sudah sampai di sana.
"Ayah nggak salah, Ayah nggak perlu minta maaf." Tangan kiri Rachel terulur, mengelus punggung tangan Danendra yang masih saja menggenggam tangan kanannya.
Danendra beralih, ia menolehkan tubuh ke arah Rachel kemudian mulai menarik Rachel ke dalam rengkuhannya.
"Ayah bukan Ayah yang terbaik."
"Ayah tetap Ayah yang terbaik buat Rachel, dan Ayah nggak salah sama sekali kok." Balas Rachel sendu, yang tak lama ia mulai mengeluarkan isak karena rindu dengan pelukan Danendra.
Danendra mengelus punggung Rachel lembut saat setelahnya ia melepas rengkuhan mereka berdua dan beralih menangkup pipi Rachel dengan kedua ibu jarinya yang mengelus lembut jejak air mata di pipinya.
"Rachel tau, Ayah selalu sayang sama Rachel dan Ayah selama ini juga bekerja keras untuk selalu ngelindungin Rachel."
Danendra mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. "Tentu saja, karena Ayah itu Ayahnya Rachel, Ayah tentu saja akan selalu sayang sama putri cantik Ayah ini."
Rachel tersenyum tipis. "Rachel juga."
Pintu mobil terbuka lebar, membuat Yolanda yang baru saja keluar dari dalam rumah seketika berlari ke arah Danendra yang tengah memapah tubuh Rachel.
"Nak, kamu baik-baik aja kan?" Kata Yolanda dengan nada khawatir, tangannya mulai menyentuh pipi, bahu kemudian tangan Rachel dengan cemas.
"K—kamu ng—nggak terluka kan?" Nada suara Yolanda mulai terdengar gemetar, dan saat itu juga ia mulai mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.
"Bunda, Rachel nggak apa-apa." Rachel menghela nafas, kemudian memberi tatapan seolah ia memang tidak merasakan apa-apa.
Yolanda seketika menghela nafas, ia sedikit terhuyung ke belakang dengan kedua tangan yang perlahan ia letakkan di depan wajah untuk menutupi ekspresi cemas yang terpampang.
"Bunda." Panggil Rachel lirih, setelah ia mencoba menetralkan perasaan cemasnya, ia malah semakin sesak saja ketika Yolanda menjadi kelihatan terpukul karenanya.
"Bunda, Rachel baik-baik aja kok, b—bunda jangan nangis, ya?" Pinta Rachel sendu ketika dadanya semakin sesak. Ia tak kuasa melihat Yolanda yang selalu saja menangisi dirinya.
"Bunda minta maaf, bunda salah." Ujar Yolanda mulai terisak, ia menutup wajah untuk menghalau air mata yang sudah deras di kedua matanya.
Rachel yang melihat Yolanda terpuruk karena kondisinya, mulai melangkahkan kaki untuk mendekati Yolanda, kemudian ia langsung memeluk Yolanda erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGSTER ✔
Teen FictionIni tentang Jeffrey Ragaska Dewandaru, Leader Alaskar. Ia bukan hanya dikagumi karena memiliki paras tampan dan tubuh yang proporsional tetapi ia juga dihormati karena kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran. Rachel Adhiyasta adalah seorang gadis c...