[6.2] : Penolakan Adalah Hal Wajar

268 50 7
                                    

Kelas B bisa dibilang adalah replika dari Kelas A, walaupun banyak juga perbedaan dalam kedua kelas tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri bila murid-murid yang ada di Kelas B rata-rata memiliki ambisi yang hampir sama dengan murid Kelas A, terutama dalam hal akademik. Seperti saat ini. Kelas B tampak begitu tenang saat jam pelajaran berlangsung. Murid-murid yang ada di sana sibuk mencatat materi yang baru saja diterangkan.

"Ssstt...sssttt..." Lee Nakyung mengangkat kepalanya untuk menatap orang yang baru saja memanggilnya itu. Dia adalah Nam Dokyung, sahabat baik Nakyung. Wanita itu duduk tepat di depan Nakyung.

"Jihae kemana? Aku nggak liat dia sama sekali..." Tanya Dokyung.

"Dia kan udah berangkat buat olimpiade. Partner lombanya Renjun, anak Kelas A. " Balas Nakyung sambil kembali menatap papan tulis yang ada di depannya.

"Renjun? Temannya Jaemin itu bukan?" Tanya Dokyung lagi dan kali ini Nakyung hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kamu...pasti udah denger kan...tentang Jaemin?"

"Bisa nggak kita nggak bahas dia?" Nakyung mengarahkan pandangannya ke arah Dokyung dan memberikan tatapan tajam pada wanita itu. "Aku harus konsentrasi mencatat."

Setelah itu Dokyung kembali menghadap depan dan tidak ingin mengganggu Nakyung lagi. Ia sendiri juga salah karena membawa-bawa nama Jaemin di depan Nakyung. Wanita itu sangat sensitif jika nama Jaemin disebutkan. Dokyung paham dengan perasaan Nakyung. Pasti wanita itu sedang sedih sekarang, apalagi setelah mendengar berita tentang Jaemin yang tewas mengenaskan.

Nakyung sendiri kembali berkonsentrasi pada guru yang sedang menerangkan materi di depan kelas. Ia berusaha untuk menghapus pikiran-pikiran tentang Jaemin dari kepalanya. Segala kenangannya, perkataan laki-laki itu padanya...

Dan juga penolakan laki-laki itu.

Ah...menyebut kata-kata terakhir rasanya membuat Nakyung ingin menangis detik itu juga.



Krringgg

Jam istirahat akhirnya berbunyi. Dokyung segera membalik badannya itu dan melihat Nakyung yang kini sedang membersihkan mejanya.

"Mau ke kantin nggak? Aku laper banget."

"Nggak. Aku mau belajar matematika. Bulan dengan aku akan ikut olimpiade..." Ujar Nakyung tanpa melihat ke arah Dokyung sama sekali dan segera mengeluarkan sebuah buku besar dan tebal dari dalam tasnya. Buku itu berisi kumpulan soal-soal olimpiade matematika. Ia ingin mengalihkan pikirannya dengan belajar. Lagipula, ia juga tidak selera makan sama sekali.

"Oke..." Dokyung hanya bisa menghela nafas sejenak sebelum akhirnya berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari kelas.

Kini Kelas B hanya tersisa Nakyung yang masih duduk di tempatnya. Wanita itu menghela nafas untuk kesekian kalinya. Rasanya susah sekali mengalihkan pikirannya dari Jaemin. Laki-laki itu seakan-akan mendominasi seluruh isi otaknya dan tidak membiarkannya untuk memikirkan hal lain.

Apa mungkin karena ia begitu mencintai laki-laki itu?

Tok tok tok

Suara ketukan pada pintu kelasnya segera membuat Nakyung mengalihkan perhatiannya. Ia melihat seorang laki-laki muda berdiri di ambang pintunya. Laki-laki itu tersenyum sejenak sebelum akhirnya masuk ke dalam dan menghampiri Nakyung.

"Ad-ada yang bisa kubantu?" Tanya Nakyung dengan gagap.

"Namamu Lee Nakyung, benar kan?" Tanya balik laki-laki itu. Nakyung segera menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Di satu sisi, wanita itu tampak begitu gugup. Seorang detektif sedang berdiri tepat di depannya. Apa yang diinginkan oleh laki-laki ini darinya?

Mystery of Class A | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang