"Hwall kemana? Tumben datengnya sendirian aja?"
Seperti biasa, kelompok pertemanan Jinyoung selalu menghabiskan jam istirahat mereka di taman belakang sekolah. Biasanya Eric selalu datang bersama dengan Hwall, namun hari ini Eric tampak datang seorang diri menghampiri Jinyoung yang lebih dulu sampai.
"Dipanggil ke ruang kepala sekolah. Kayaknya mau diinterogasi..." Ujar Eric sambil menghempaskan tubuhnya ke kursi panjang yang telah lebih dulu ditempati oleh Jinyoung.
"Wah..insting anak itu bukan main. Baru aja kemarin dia ngerasa bakal diinterogasi dan hari ini beneran kejadian. Gila...gila..."
"Ya jelas aja sih dia bakal kena secara dia memang punya hubungan sama Yiren. Mau disembunyiin gimanapun hubungan mereka, pasti ketahuan juga sama satu dua anak di sekolah ini.
"Hmm..iya juga sih. Tapi semoga dia bisa lancar deh jawabnya. Kalau dia gugup, malah yang ada dia nanti dikira pelakunya lagi." Ujar Jinyoung sambil menghela nafas panjang. Eric hanya bisa menganggukkan kepalanya dan setuju dengan perkataan Jinyoung itu.
Di lain sisi, Hwall telah duduk sempurna di ruang kepala sekolah, siap untuk diinterogasi oleh kedua detektif yang duduk di hadapannya. Ia tampak berusaha untuk tidak gugup sama sekali. Ia mengingat ucapan teman-temannya kemarin. Ia tidak salah sama sekali, kenapa juga dia harus bersikap seolah-olah ia pelakunya?
"Aku memanggilmu karena ada beberapa hal yang perlu kutanyakan padamu. Pastinya kamu sudah dengar tentang Wang Yiren dari Kelas A yag tewas, kan?" Tanya Detektif Bang yang memulai interogasinya. Sama seperti anak-anak sebelumnya, Hwal menganggukkan kepalanya. Ia sangat tahu kalau kemarin mantan kekasihnya itu tewas setelah terjun dari rooftop sekolahnya.
"Aku dengar kamu adalah mantan kekasihnya. Apa itu benar? Bisa ceritakan hubunganmu?" Detektif Bang tampak sedikit buru-buru kali ini bila dibandingkan dengan interogasi-interogasi sebelumnya. Jujur, ia sudah cukup lelah dengan semua interogasi yang ia jalankan. Kalau saja hasil analisis TKP sangat cukup membantunya menangkap pelaku, ia tidak akan melakukan interogasi kecil-kecilan seperti ini.
"Iya, benar. Kami berpacaran saat semester kemarin dan cuman bertahan sekitar dua bulan sebelum akhirnya kami memilih buat mengakhirinya."
"Yiren cenderung pendiam anaknya. Aku tau dia karena aku pernah ditunjuk buat masuk ke dalam kelompok dance dan mewakili sekolah buat lomba. Aku kagum sama kemampuan menarinya. Terus nggak lama aku mutusin buat nyatain perasaanku dan dia nerima dengan syarat aku nggak mempublikasikan hubungan kami. Waktu itu aku nggak pikir panjang dan langsung setuju."
"Tapi lama kelamaan, aku merasa kalau dia nerima aku cuman sekedar kasihan sama aku. Dia nggak ada perasaan sama aku. Waktu aku ngajak jalan, dia juga selalu nolak dengan alasan belajar. Aku tau dia anak yang rajin dan lebih mementingkan akademiknya. Mungkin hal itu yang lama-lama buat aku akhirnya mutusin hubungan kami. Kami putus baik-baik." Hwall telah menyelesaikan kisah cintanya itu dengan sesingkat-singkatnya. Sejujurnya ia malu untuk mengungkap semuanya karena ia bukan tipe orang yang percaya diri mencerita kisah seperti itu. Paling tidak, kedua detektif itu bisa tahu bagaimana awal mereka bertemu dan bagaimana mereka akhirnya putus aga tidak mencurigainya.
"Berarti udah lama ya sejak kamu putus dengan korban?" Tanya Detektif Bang yang segera diangguki oleh Hwall.
"Lalu, apa kamu masih sering bertemu dengan korban setelah putus itu?" Kini Hwall menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Detektif Bang itu.
"Aku udah nggak pernah ketemu maupun mengobrol lagi. Kami bener-bener putus hubungan."Ujar Hwall.
"Oke. Sepertinya udah cukup penjelasannya. Mungkin kamu mau menambahinya lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery of Class A | 00L
Mystery / ThrillerKelas A, kelas unggulan yang selalu dibangga-banggakan oleh banyak orang, ternyata menyimpan sebuah misteri yang tak banyak diketahui. Satu persatu murid Kelas A tewas dengan cara yang cukup mengenaskan. Jika terus terjadi, maka sudah bisa dipastika...