[BTS.5,5] : Kasus Tersembunyi

171 32 2
                                    

⚠️DISCLAIMER⚠️

Cerita ini mengandung unsur kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Apabila tidak tahan, harap lewati chapter ini.















Tak disangka, berita kematian Seoyeon itu membuat Changbin sangat shock. Dari situlah Yeri mengetahui bahwa Changbin mempunyai hubungan khusus dengan Seoyeon. Laki-laki itu menyukai Seoyeon. Yang membuat Yeri sedikit heran, mengapa Changbin bisa menyukai seseorang? Selama ini ia mengenal Changbin sebagai seorang psikopat yang tidak memiliki hati dan belas kasihan pada orang. Kenapa bisa laki-laki itu mencintai seseorang? Benar-benar aneh untuk Yeri.

Namun, berkat kasus itu, Changbin jadi diinterogasi. Entah apa yang sudah dibocorkan oleh Eunbin, yang jelas laki-laki itu saat ini harus menghadap ke ruang kepala sekolah untuk diinterogasi. Yeri benar-benar terkejut namun sebisa mungkin ia menutupinya karena ia tidak ingin anak-anak di kelasnya tahu hubungannya dengan Changbin.

Jam istirahat, setelah Changbin menjalani interogasi, Yeri secepat kilat pergi ke markas. Laki-laki itu sudah berada di sana dan sedang menenggelamkan wajahnya di sela-sela lututnya.

"Apa yang terjadi? Kamu nggak akan ditangkap, kan?" Tanya Yeri pada Changbin. Wajahnya terlihat sedikit khawatir karena ia benar-benar takut partnernya itu akan tertangkap.

"Nggak. Aku udah jawab sejujur mungkin. Lagian nggak ada yang membunuh dia juga. Dia overdosis obat penggugur kandungan. Jadi bisa dibilang dia bunuh diri." Balas Changbin yang masih menundukkan kepalanya. Yeri hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Ia sama sekali tidak memberitahu Changbin bahwa kemarin ia ikut campur tangan atas kasus kematian Seoyeon itu. Jadi kasus tersebut tidak murni bunuh diri belaka.

"Yang jadi pertanyaannya sekarang..." Changbin mulai mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Yeri. Mata Changbin terlihat begitu merah. "Siapa yang sudah menghamili Seoyeon? Siapa bajingan gila itu?!" Bentak Changbin. Yeri sedikit panik mendengar suara Changbin yang meninggi itu. Semoga saja tidak ada yang mendengar mereka saat ini.

"Sudahlah. Kita akan cari tahu nanti. Yang jelas, kita harus kasih pelajaran ke Eunbin. Karena dia, kamu jadi diinterogasi. Kamu nggak boleh biarin dia gitu aja." Ujar Yeri.

"Ya...kamu bener. Ini semua gara-gara Eunbin! Coba aja kalau dia nggak ngomong apa-apa ke polisi itu, mungkin aku nggak perlu capek-capek mikir banyak alasan. Aku harus kasih perhitungan ke dia hari ini." Setelah berkata seperti itu, Changbin segera bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan Yeri. Perempuan itu hanya bisa mengulas sebuah senyum sebelum ikut menyusul Changbin.

 Perempuan itu hanya bisa mengulas sebuah senyum sebelum ikut menyusul Changbin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari mulai menggelap saat Eunbin hendak pergi meninggalkan area sekolah. Namun saat ia mencapai gerbang sekolahnya, tiba-tiba saja ia dihadang oleh Changbin. Wajah laki-laki itu terlihat begitu datar bahkan terkesan dingin. Eunbin segera mengernyit bingung.

"Kenapa?" Eunbin mulai memberanikan diri untuk bertanya. Namun pertanyaan singkatnya itu tidak mendapat jawaban sama sekali dari Changbin. Laki-laki itu malah semakin berjalan mendekat ke arah Eunbin. Refleks Eunbin memundurkan langkahnya dan berusaha membuat jarak sejauh mungkin dengan Changbin.

"Ada apa denganmu? Kalau memang ada masalah, kita bisa bicarakan baik." Ujar Eunbin yang mulai sedikit panik. Ia melihat pergerakan Changbin sedikit janggal. Ia bisa melihat Changbin mulai merogoh saku blazernya dan mengeluarkan sebuah pisau lipat. Melihat itu, Eunbin segera membelalakkan matanya dan pergi secepat kilat dari hadapan Changbin.

Eunbin benar-benar tidak tahu harus melangkah kemana lagi. Kakinya terus membawanya berlari hingga mencapai hutan di dekat sekolahnya. Melihat Changbin yang terus mengejarnya, membuat Eunbin tak punya pilihan lain lagi selain masuk ke dalam hutan untuk menghindari laki-laki itu. Ia benar-benar terkejut dengan sikap laki-laki itu apalagi saat Changbin mulai mengeluarkan pisau lipatnya.

Eunbin terus berlari semakin masuk ke dalam hutan. Hari telah sepenuhnya gelap dan penerangan di sana tidak ada sama sekali. Suara langkah kakinya terdengar sangat keras saat ia menginjak dedaunan kering. Ia terus mengarahkan pandangannya ke arah belakang, berusaha menghindari seseorang yang tengah mengejarnya saat ini. Ia bahkan tidak punya arah tujuan sama sekali. Yang terpenting baginya saat ini adalah pergi menjauh dari Changbin.

"Dimana kamu?~~~ Siap atau tidak aku akan menangkapmu~~~" Changbin mulai mengeluarkan suara yang terkesan begitu dingin sekaligus mematikan. Suaranya terdengar membahana memecah keheningan hutan itu. Eunbin semakin mempercepat larinya hingga ia terjatuh karena kedua kakinya terlilit akar yang tumbuh liar di tanah.

Perempuan itu berusaha untuk melepaskan kedua kakinya dari akar yang membelitnya itu, sedangkan langkah kaki Changbin terasa semakin dekat. Ia terus menggumamkan doa dalam hatinya, berharap ia masih bisa melihat matahari esok hari.

"Wah...aku menemukanmu~~~" Eunbin segera diam membeku. Di depannya saat ini, berdiri Changbin yang telah memegang sebuah pisau lipat dimana ujungnya terarah tepat padanya. Sosok Changbin itu segera mengingatkan Eunbin dengan tokoh-tokoh pembunuh kejam di film-film yang biasa ia tonton.

"Selamat tinggal~~~~" Eunbin segera menutup kedua matanya dengan erat. Mungkin Tuhan ingin melihatnya hari ini. Changbin sukses menghunuskan pisaunya tepat ke arah perut perempuan itu. Rasa sakit dan nyeri yang tak terbayangkan sebelumnya segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Changbin tidak hanya melakukannya sekali, melainkan berkali-kali hingga darah mulai membuat daun-daun kering dan tanah yang ia pijak menjadi berwarna kemerahan.

Eunbin segera tergeletak tak berdaya di tanah. Samar-samar, perempuan itu bisa melihat sebuah kaki lain yang berjalan mendekat ke arahnya. Itu adalah kaki Yeri yang sejak tadi membuntuti mereka. Yeri tampak menyeringai puas ke arah Eunbin.

"P-p-pe-ng-k-khi-a-nat.." Setelah berkata seperti itu, semuanya mendadak menjadi begitu gelap. Eunbin sudah tidak dapat merasakan rasa sakit pada tubuhnya lagi. Malaikat maut telat menjemputnya saat itu juga.

"Apa yang akan kita lakukan pada mayatnya?" Tanya Yeri pada Changbin yang telah membersihkan mata pisaunya itu dari darah. Changbin hanya mengendikkan bahunya saja dan mulai menyimpan kembali pisau lipat kesayangannya itu.

"Kita biarkan saja di sini. Toh, siapa juga yang akan menemukannya di sini? Biarkan dia terurai dengan cepat di sini." Ujar Changbin. Setelah berkata seperti itu, Changbin segera pergi dari sana diikuti oleh Yeri yang tak menoleh sedikitpun ke arah Eunbin.

Dan begitulah bagaimana seorang Kwon Eunbin, yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan misi Changbin dan Yeri itu, menemui ajalnya. Tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa Kwon Eunbin telah menemui ajalnya hari itu, termasuk dua orang detektif yang menangani kasus tewasnya anak Kelas A. Itulah mengapa kasus kematian Eunbin ini dinamakan Kasus Tersembunyi

 Itulah mengapa kasus kematian Eunbin ini dinamakan Kasus Tersembunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mystery of Class A | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang