[8.5] : Kecemburuan dan Ambisi

261 41 30
                                    

Hwang Yeji.

Perempuan itu dilaporkan jatuh dari jembatan. Beruntung laporan itu dilakukan dengan cepat sehingga tim penyelamat dapat langsung datang ke TKP dan menyelamatkan perempuan itu. Akhirnya, perempuan itu bisa diselamatkan dan langsung dilarikan ke rumahnya sakit. Begitu mendapatkan penanganan, perempuan itu dinyatakan koma. Setidaknya, nasibnya lebih beruntung dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

Pihak polisi langsung menetapkan Heejin sebagai tersangka dalam kasus itu. Itu dikarenakan Heejin adalah orang terakhir yang muncul di kontak panggilan Yeji. Polisi segera menelepon Heejin dan memintanya untuk datang ke kantor polisi. Ia harus memberikan keterangan atas kasus itu,

Kini Heejin telah duduk di sofa ruangan Detektif Bang untuk melakukan interogasi. Detektif Bang dan Detektif Jung sudah duduk di hadapannya. Ada juga Detektif Kim di dalam ruangan itu namun ia hanya mengamati dari jauh.

"Apa benar kemarin malam kamu bertemu dengan korban di jembatan?" Tanya Detektif Bang tanpa berbasa-basi terlebih dahulu seperti biasanya.

Heejin tidak bisa menjawab. Ia memilih untuk bungkam. Hal itu membuat Detektif Bang sedikit kesal. Namun rekannya sudah lebih dahulu memperingatkannya dan mau tak mau ia harus menelan rasa kesalnya itu.

"Kalau begitu diammu kusimpulkan sebagai jawaban 'iya'." Simpul Detektif Bang akhirnya.

"Apa yang kamu lakukan dengan korban di sana? Kurasa jembatan bukan tempat pertemuan yang bagus kecuali kamu memang punya maksud buruk sama korban..." Ucapan Detektif Bang itu semakin menyudutkan kondisi Heejin. Heejin semakin tidak bisa berkata apapun. Kepalanya menunduk. Ia hanya bisa melihat ke arah lantai dan tak bisa menatap sedikitpun ke arah orang-orang yang menginterogasinya saat ini.

Flashback


"AAAA!!! Mati aja sana!!! Dasar perempuan iblis!!"

Heejin benar-benar murka. Ia terus mendorong Yeji hingga ke besi kerangka jembatan itu. Heejin sudah tidak menjambak rambut Yeji melainkan mencengkram kuat pundak perempuan itu hingga membuatnya meringis kesakitan. Tenaga Heejin benar-benar besar, apalagi jika sudah marah seperti itu.

Yeji melirik ke arah samping kiri-kanannya. Kepalanya melayang di udara, sedangkan tubuhnya tertahan oleh besi kerangka jembatan. Ia bisa melihat air Sungai Han di bawahnya. Yeji ingin sekali berontak tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali. Heejin bener-bener mengunci seluruh pergerakannya.

"MATI!!!" Seru Heejin sekali lagi.

"Jangan gila, Jeon Heejin! Sadarlah! Ini cuman masalah kecil! Kamu gila kalau terus mengikuti emosi sesaatmu itu!" Teriak Yeji dengan lantang. Heejin sepertinya sudah tidak memperdulikan semua ucapan yang keluar dari mulut Yeji. Ia semakin menambah tekanannya pada pundak Yeji dan membuat Yeji semakin meringis kesakitan.

Yeji sudah pasrah dengan keadaannya. Ia tidak bisa berbuat apapun saat ini. Heejin yang mengendalikan situasinya, bukan dirinya. Yeji memutuskan untuk memejamkan matanya dan memasrahkan semua tubuhnya pada Heejin.

Namun, tanpa Yeji duga, Heejin justru melepaskannya dan terjatuh ke tanah. Perempuan itu menangis sekencang-kencangnya. Yeji segera bernafas lega. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia berhasil mendapatkan nyawanya kembali.

"Kamu kejam! Banyak hal yang udah kamu ambil dari aku! Peringkat, nilai, bahkan Hwang Hyunjin! Semuanya kamu ambil!" Teriak Heejin dengan frustasi. Ia sedang menumpahkan semua bebannya saat ini.

"Hyunjin?" Yeji segera mengernyit bingung saat nama laki-laki itu terucap keluar dari mulut Heejin. "Kenapa sampai ke Hyunjin?"

"Dia suka sama kamu! Aku suka sama dia! Nggak ada kesempatan buat aku bisa masuk ke hatinya karena hatinya udah ada kamu! Aku cemburu sama kamu! Padahal aku jauh lebih baik dari kamu!" Balas Heejin sambil terus menangis.

Mystery of Class A | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang