Happy reading 💜---
"Untuk apa kau membawaku ke sini?"
Melainkan menjawab pertanyaan Ae-ri Taehyung memilih bergeming, mengeluarkan kunci dari saku celananya. Sesaat setelah pintu terbuka, Ae-ri memiringkan kepalanya. Tempat tinggal Taehyung yang sama sekali tidak berubah dari terakhir kali ia berkunjung. Hanya beberapa mainan bebek karet berhamburan di lantai, Ae-ri yakin keesokan harinya pasti sudah rapi kembali. Tae-ho juga sudah pindah.
Ae-ri menoleh ke arah Taehyung yang kunjung tidak menjawab pertanyannya, "Tae? "
"Masuklah dulu, kau terlihat kedinginan, " Taehyung menarik tangan Ae-ri hingga tubuh Ae-ri sepenuhnya masuk ke dalam kemudian menutup pintunya.
Ae-ri melepas sepatu boots-nya yang sedikit kotor dan basah. Timbunan salju di jalanan pelakunya.
"Kemarikan jaketmu," Ae-ri melepas jaket dinginnya sesuai dengan perintah Taehyung. Menyerahkannya ke genggaman laki-laki itu.
"Apartemenmu masih sangat rapi dan bersih." komentar Ae-ri seraya menjejalkan pandangannya ke sekitar. Saat ini ia sedang duduk di sofa depan tv.
"Kebersihan itu penting."
Taehyung meletakkan jaket Ae-ri ke sofa kemudian berbalik ke arah dapur. Tangannya membuka laci dapur, mengeluarkan dua bungkus minuman racik. Menyiapkan dua cangkir kemudian menyeduhnya dengan air panas.
Ae-ri mempautkan bibirnya, menyadari perbedaan yang cukup besar diantara dirinya dengan Taehyung. Jaket bekas pakai berhamburan di lantai, kaos berserakan di kasur, makanan ringan di meja, buku bertumpuk di lemari, kamar Ae-ri jauh dari kata bersih dan rapi pastinya. Penyakit malas menyerangnya tiap kali ingin berbenah.
"Ini, " Taehyung meletakkan minuman Ae-ri ke meja kemudian ikut duduk di sampingnya.
"Gomawo."
Keheningan meliputi keduanya lagi. Ae-ri merasa janggal. Tidak seperti sebelumnya, ketika mereka berdua belum terikat status apapun, Taehyung akan dengan gamblang menggodanya atau sesekali menggangunya kemudian di balas dengan decakan atau omelannya. Kemudian mereka berselisih pendapat sambil berargumen hingga salah satunya tidak mampu menjawab lagi. Jujur Ae-ri rindu dengan saat-saat seperti itu.
Ae-ri menyesap minuman buatan Taehyung. Rasa panas dari teh memberi kehangatan tersendiri.
"Sudah lebih mendingan? "
Ae-ri mengangguk.
"Ekhm, kau ingin menunjukkan apa kepadaku? " Ae-ri membersihkan tenggorokannya kemudian memutuskan untuk bertanya. Menuntaskan rasa ingin tahunya sejak awal.
"Ikut aku. "
Taehyung segera menggenggam tangan Ae-ri. Gadis itu meletakkan cangkirnya kemudian bangkit berdiri, mengikuti Taehyung kemana laki-laki itu melangkah. Melewati pintu kamar Taehyung dan berhenti di sebuah pintu klasik tanpa corak, tepat beberapa langkah di sebelah kamar tidurnya.
---
"Woah, " mulut Ae-ri terbuka lebar, matanya menoleh ke segalah arah dengan takjub.
Terhitung ruangan yang cukup luas seperti ukuran dapur Taehyung. Retina Ae-ri masih bergerak ke segala penjuru. Jejeran rak buku terpampang di depannya dengan berbagai macam jenis buku yang tersusun rapi juga. Melalui indra penciumannya, Ae-ri dapat merasakan bau bibliosmia yang lumayan menyengat. Fakta baru, Ae-ri memang suka yang namanya dengan aroma buku. Entahlah, terkadang ia merasa tenang setelah mencium aroma tersebut.
Di tengah-tengah ruangan itu juga tersedia sofa berudu yang berukuran lumayan besar dan meja kaca di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...