"Kenapa kau merebut ponselku," gerutu Ae-ri kesal.Taehyung yang baru saja kembali dari dapur mengedikkan bahunya acuh. Ia mengulurkan tangannya untuk mengembalikan ponsel Ae-ri dan di sambut tatapan intimidasi Ae-ri.
"Apa yang kalian bicarakan?" todong Ae-ri menyipitkan matanya.
Sejak tadi Ae-ri bilang jika panggilannya berasal dari Se-ji, Taehyung langsung merebut ponselnya dan meninggalkannya ke dapur. Laki-laki itu bahkan tidak mengizinkan Ae-ri untuk menguping.
"Tidak ada," Taehyung kembali duduk di samping Tae-ho. Bocah itu masih sibuk dengan coretan hasil karyanya.
"Serius,"
Taehyung menatap Ae-ri.
"Kami hanya saling melepas rindu," balas Taehyung asal. Dan Ae-ri yakin laki-laki itu pasti membohonginya. Ibu dan anak itu melepas rindu di ponselnya, apa tidak salah?
Ae-ri menghela nafas, tangannya kembali mengetik di atas keyboard. Mereka sudah menemukan beberapa sumber dari internet. Tinggal di saring lagi referensinya kemudian dipindahkan ke laptop. Tugas ini tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya.
"Kembalikan uang ibuku," sergap Taehyung dengan pandangan yang tidak lepas dari monitor di depannya.
Ae-ri mengalihkan perhatiannya. Mulut Ae-ri terbuka, ingin menjawab tapi Taehyung lebih dulu memotongnya.
"Kau kan sudah kugaji, apa itu tidak cukup?" mata Taehyung beralih menatap Ae-ri.
"Kurasa cukup," Ae-ri berujar santai.
Ia hanya perlu menunggu satu bulan, menjadi budak Taehyung kemudian mengambil gajinya dan akhirnya kembali kepada ayahnya. Hanya itu saja rencananya untuk kedepan. Sejauh ini. Tidak seperti akan terikat dengan Taehyung dalam waktu lama.
"Ingin aku yang kembalikan?"
Ae-ri menggeleng, "Tidak usah, lagian ada yang ingin kubicarakan dengannya sekalian meminta maaf. Mungkin," jelas Ae-ri ragu. Tidak di sleding oleh Se-ji saja syukur.
Taehyung mengangguk samar.
Ding! Dong!
Suara bel apartment membuyarkan fokus mereka berdua. Sontak, Ae-ri dan Taehyung menoleh ke arah pintu.
"Sepertinya pesananmu sudah datang," Taehyung yakin jika yang menekan bel adalah Daniel, pengawal pribadi di keluarganya.
Wajah Ae-ri berubah sumringah, jiwa semangatnya berkobar-kobar, memgabaikan fakta jika ia sudah menguap berulang kali tadi. Dengan segera Ae-ri bangkit kemudian berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
"Permisi.. "
Sapa seorang lelaki tampan. Ya, bahkan sangat tampan jika menurut Ae-ri. Postur tubuh tegap, dada bidang yang pasti sangat nyaman jika Ae-ri bersender disana. Membayangkannya saja membuat Ae-ri senyam-senyum sendiri. Alis tebal, rahang kokoh, bulu mata lentik, bibir merahnya. Perfecto! Pahatan yang sangat sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...