/49.00/

141 56 146
                                    

Happy reading 💜

---

Semenjak berbalas tegur sapa tadi, Ae-ri tidak memberanikan diri untuk membuka mulut lagi. Ia hanya diam, sesekali menanggapi obrolan anak dan ayah itu dengan senyuman kecil.

Sejauh pengamatan Ae-ri, Taehyung terlihat dekat dengan ayahnya. Bahkan sikap dingin Yeon-Seok, terlihat berubah drastis ketika bersama Taehyung. Ae-ri merasa bersalah karena beropini tanpa tahu fakta sebenarnya. Sikap appa Taehyung berbeda dari yang ia dengar dari cerita Jimin.

"Melamun? " Yeon-Seok melambaikan tangannya tepat di depan wajah Ae-ri.

Ae-ri mengerjapkan matanya beberapa kali, tersentak. Menampilkan senyum konyolnya di detik selanjutnya, ia ketahuan tengah melamun. Dan sekarang dirinya diserang rasa panik, jangan-jangan Ae-ri baru saja melewati sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya, Ae-ri meringis jika hal itu sampai benar adanya.

"Kau pasti tidak mendengar perkataan ku tadi. Ku-ulangi, apa Taehyung pernah menjahilimu atau berbuat kurang ajar mungkin... "

"Appa!" sentak Taehyung langsung, memotong pembicaraan ayahnya. Ia merenggut kesal seraya melipat bibirnya. Taehyung memajukan tubuhnya ke depan, menghalang akses bicara untuk keduanya. Posisi duduk Taehyung yang berada di tengah, mendukung aksi jailnya.

Yeon-Seok berdecak pelan, menghiraukan rentetan kalimat putranya yang rata-rata hampir berupa pembelaan diri pria itu. Yang Yeon-Seok tanya adalah Ae-ri, dan hanya ucapan yang keluar dari bibir gadis itu yang ia percaya. Dengan sekuat tenaga, Yeon-Seok mendorong tubuh Taehyung hingga menabrak senderan sofa dengan kasar. Mengganggu penglihatan saja.

Ae-ri melirik bingung perselisihan kecil itu, lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan komentar apapun. Tiba-tiba pikirannya seakan terlempar ke hari dimana Taehyung merenggut paksa ciumannya, tanpa ijin dan dengan cara yang membuat Ae-ri kesal jika diingat ulang.

Apa Ae-ri harus menceritakan soal kejadian itu? Memang niatnya dari dulu ingin melihat Taehyung mendapat balasan atas perilaku tidak sopan pria itu.

"Terkadang memang ada. Sesekali, tapi aku masih bisa mengatasinya....." Ae-ri menggantungkan kalimatnya, melirik Taehyung yang tampaknya sudah diam, kedua karena tidak tahu harus menyebut pria paruh baya itu dengan sebutan apa.

"Samakan dengan Taehyung saja panggilannya," ujar Yeon-Seok yang di angguki Ae-ri.

"Lain kali jika dia macam-macam, lapor saja kepadaku. Anak ini memang terkadang susah di kasih tahu."

"Apa ini? Kalian berdua bersekongkol untuk memojokkanku? " sergap Taehyung ikut andil dalam pembicaraan keduanya.

Yeon-Seok menarik kuping putranya pelan, pendengarannya berdengung akibat teriakan kesal Taehyung. Taehyung meringis seraya mengusap daun telinganya. Miris, sepertinya ayahnya sudah lebih memihak kepada Ae-ri.

"Ae-ri ssi, abaikan dia," Yeon-Seok menggeleng melihat aksi cemberut Taehyung. Ia bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Ae-ri, menggapai tangan gadis itu kemudian menariknya ke sebuah meja kecil di belakangnya.

Meja khusus untuk pertemuan khusus hari ini. Mendengar informasi bahwa calon menantunya itu suka dengan hal berbau makanan, Yeon-Seok sengaja mengutus sekertarisnya untuk menyiapkan beberapa snack korea.

"Wah...." Ae-ri tak dapat menyembunyikan decakan kagumnya. Netranya mulai menjelajahi piring-piring kecil berisikan berbagai macam jenis makanan itu.

"Sepertinya kau tahu banyak tentangku abeoji. Kamsahamnida atas makanannya," gurau Ae-ri kemudian menampilkan senyumnya-berterima kasih.

"Bisa di bilang begitu, dua jam bertelfonan denga putraku, kau mendominasi topik utamanya. Sepertinya dia memang sedang teracuni ramuan cinta, " ujar Yeon-Seok mengambil salah satu piring kemudian memberikannya kepada Ae-ri.

Itu adalah hotteok, menyerupai panekuk yang berisi pasta kacang. Salah satu makanan kesukaan Ae-ri juga. Jujur, ia menyukai segala jenis makanan.

"Ngomong-ngomong apa Tae sudah menceritakan pertemuan pertama kalian? " tanya Yeon-Seok.

"Kau tahu dia sangat senang hari itu, ketidaksengajaan yang hebat," lanjut Yeon-Seok menatap Ae-ri.

Gadis itu menunjukkan raut kebingungannya. Seketika rasa malu menyerang dirinya, kunyahan di mulutnya terhenti. Ae-ri ingat sekali malam hujan itu, hari dimana ia di tolak mentah-mentah oleh seorang pria bernama Kim Taehyung itu. Ae-ri menggeleng dua kali, membuyarkan lamunanya.

"Kau tidak ingat? " alis Yeon-Seok menyatu.

"Eh, aku ingat. Kebetulan malam itu sedang hujan. Jadi dia mampir untuk berteduh sebentar," jelas Ae-ri kikuk.

"Dan rencananya setelah hari itu? Kedekatan kalian? " tanya Yeon-Seok yang tidak di mengerti oleh Ae-ri.

Apakah ada hl yang Yeon-Seok tahu tapi tidakdi ketahui oleh Ae-ri?

"Rencana? " tanya Ae-ri bingung. Mulutnya sudah berhenti mengunyah, hotteok-nya sudah habis.

Giliran Yeon-Seok yang mengernyit bingung, ia memalingkan kepalanya ke belakang. Di atas sofa, Taehyung berbaring santai, menjadikan lengan kekarnya sebagai bantalan. Seakan mempunyai dunia sendiri, Yeon-Seok bisa pastikan ia tidak mendengar jelas pembicaraannnya dengan Ae-ri saat ini.

"Perjodohan?"

Cairan cola yang hendak masuk ke tenggorokan Ae-ri tidak jadi tertelan karena suara batuk yang ia keluarkan. Ae-ri menepuk dadanya beberapa kali untuk menenangkan dirinya.

Taehyung yang mendengar suara batuk Ae-ri, seegra terbangun dari tidurnya. Ia berjalan menghampiri mereka berdua.

"Gwenchana? " tanya Yeon-Seok khawatir. Meletakkan kembali cangkir yang dipegang oleh Ae-ri.

Ae-ri mengangguk, mengangkat tangannya ke udara menandakan ia tidak apa-apa.

"Kenapa kau bisa batuk? Appa memasukkan batu ke dalam sini? " todong Taehyung asal membuat Yeon-Seok berdecak. Tuduhan tidak berbukti Taehyung sangat tidak masuk akal.

"Perjodohan apa abeoji? " tanya Ae-ri setelah dirinya lebih tenang.

Jujur, ia dilanda rasa takut dna penasaran sekarang. Ae-ri memainkan jari-jari tangannya, salah satu kebiasannya saat sedang gelisah. Taehyung tidak mungkin dijodohkan oleh perempuan lain kan? Ae-ri masih berusaha menepis opini tak berbuktinya, walaupun berusaha sangat keras pikirannya masih dihantui bayang-bayang, bagaimnaa jika Taehyung benar-benar meninggalkannya.

Ae-ri memejamkan matanya untuk beberapa saat, menenangkan dirinya baru melanjutkan untuk membuka suara.

"Perjodohanmu denganku," bukannya Yeon-Seok yang menjawab melainkan Taehyung. Dengan nada santainya pria itu mengungkapkan fakta, seringan hembusan nafas, seolah Ae-ri satu-satunya orang yang tidak tahu akan hal ini.

Mata Ae-ri mengerjap beberapa kali, otaknya berusaha mencerna kalimat mendadak itu.

Detik selanjutnya, tiba-tiba terdengar suara pintu di dobrak dengan keras. Diikuti suara ricuh dan sekelompok orang berkemeja rapi-staff kantor mereka ikut masuk ke dalam ruangan Yeon-Seok. Sontak tiga kepala yang tengah berbincang itu langsung menoleh ke arah pintu.

"Woah, daebak. Putraku sedang menghilang entah kemana dan kalian bersenang-senang disini? Bagaimana, apa obrolan kalian sudah sampai ke resepsi pernikahan? " tepat didepan pintu, Se-ji berujar dengan nafas senggalnya. Ia bertepuk tangan dua kali sebagai awalan kalimatnya. Terlihat wanita itu tengah menahan emosi dirinya. Ia menampilkan senyum paksanya.

Fakta apa lagi ini, batin Ae-ri memberontak.

--

Sincerely,
-A.W

1 Maret 2020

- Thanks for reading -

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang