/47.00/

164 62 107
                                    

Happy reading 💜

---

Semua pertahanan Ae-ri runtuh. Tangis yang sedari ia tahan tak kuasa ia bendung lagi. Udara malam yang dingin seakan tengah mendukung suasana hatinya untuk bersedih.

Ae-ri memberanikan diri untuk meninggikan kepalanya menatap Taehyung, sekedar mengecek ekspresi wajah pria itu. Apakah ia benar-benar yakin dengan ucapannya sendiri?

Datar selayaknya biasa. Hanya deru nafasnya yang terdengar kencang akibat nada emosi yang pria itu keluarkan. Napasnya memburu.

"Kau serius dengan ucapanmu tadi Tae? " ulang Ae-ri dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Ia menatap Taehyung yang enggan menatapnya balik. Pria itu memalingkan wajahnya ke arah samping, menghindari tatapannya.

"Bukannya itu keinginanmu selama ini? " tanya Taehyung kembali membuat emosi Ae-ri tersulut.

Ae-ri mengambil nafas panjang sebelum mulai membuka mulutnya untuk bicara lagi, "Kau tahu, ini alasanku tidak ingin memberitahumu."

"Sudah kubilang berapa kali, jangan mendekati Park Jimin. Aku tidak pernah menyukainya, " Taehyung menaikkan oktaf nadanya.

Ae-ri menghapus jejak air matanya menggunakan punggung tangannya, "Aku mengerti alasan kau tidak menyukainya, tapi itu bukan keinginannya untuk menjadi anak ibumu. Dia juga tidak mau Tae," dengan susah payah Ae-ri menahan suaranya agar tidak terdengar bergetar.

"Ck! Sekarang kau membelanya? " Taehyung berdecih pelan. Tangannya terkepal erat di balik saku celananya.

Niatnya Taehyung ingin meminta maaf dan mempulihkan hubungan mereka yang hampir kram. Namun semua di luar kehendaknya, diluar dugannya, mereka berdua malah berakhir berselisih seperti ini.

Bukan seperti ini yang Taehyung mau. Ia ingin meminta maaf, tetapi mulutnya terasa kelu untuk sekedar mengeluarkan kata maaf. Terlalu sukar untuk terucap.

"Kalau rasa cemburu membuatmu seperti ini, ingin memutuskan hubungan kita? Kuharap kau jangan menyesal, kutegaskan sekali lagi kita tidak ada hubungan apa-apa. Tadi itu cuman sekedar traktiran makanan, sekalian Jimin ingin bercerita tentang masalahnya, trust me."

"Aku dan Jimin hanya sebatas sahabat Tae. Kumohon singkirkan sikap kekanak-kanakanmu, " Ae-ri beringsur memelankan nada bicaranya, memohon kepada Taehyung untuk menghentikan perdebatan mereka.

Ia tidak mau hubungan mereka berakhir karena masalah sepele seperti ini. Sekarang Ae-ri mengaku menyesal tidak memberitahu Taehyung lebih awal. Sedari dulu kurangnya komunikasi mereka memang selalu memicu konflik utama dalam hubungan mereka berdua. Taehyung dan Ae-ri terlalu jarang untuk sekedar keluar kencan dan mengobrol santai.

"Bersahabat? Kau tidak tahu perasaannya kepadamu."

"Siapa bilang aku tidak tahu? Aku tahu semuanya, Jimin sudah mengakuinya," sela Ae-ri memberanikan diri untuk menatap Taehyung lagi.

"Dan kau tidak memberitahukannya kepadaku? Wah, aku penasaran kita sebenarnya dekat sebagai sepasang kekasih pada umumnya atau tidak. Kurasa aku tidak pernah mengenalmu sama sekali. Kau membuat batas antara kita berdua Ae-ri, " Taehyung membalas menatap Ae-ri dengan tatapan nanarnya.

Dan sekarang tampang gadis itu berubah drastis seolah terluka dengan ucapannya.

---

Sudah tiga puluh menit berlalu masih belum ada yang berani untuk mengeluarkan suara atau pendapatnya. Dua insan berbeda jenis itu duduk bersebrangan di batasi oleh meja di tengahnya. Dengan menetapkan ego masing-masing, tidak ada pembicaraan terdengar, hanya deru nafas mereka yang terdengar sambil sesekali curi pandang ke arah lawan bicaranya.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang