/6.00/

432 342 108
                                    


"Gomawo" ujar Ae-ri sambil menerima kembali ponselnya. Ia segera mengecek hasil jepretan Hae-won.

Lumayan, tidak terlalu buruk. Ae-ri mengakui Hae-won adalah fotographer yang handal.

"Aku memfotomu karna kupikir kau tengah bersedih, jadi aku tidak tega untuk menolak permintaanmu," Hae-won menatap jengah.

"TAPI, setelah dilihat-lihat sepertinya aku menyesal," omel Hae-won panjang lebar. Kakinya melangkah kesal sambil mengekori Ae-ri dari belakang.

Ae-ri yang masih tengah fokus dengan ponsel tidak menghiraukannya dan terus berjalan. Mereka bertiga sudah sampai di halaman kampus sekarang.

Bersih dan luas, itu adalah kesan pertama yang Ae-ri dapat. Sepertinya cleaning service di sana sangat disiplin.

"Bukannya kita harus ke aula sekarang?" tanya Jimin sambil melihat jam yang melingkar di lengan kirinya.

Mereka sudah hampir telat untuk mengikuti ceramah dan perkenalan dosen di hari pertama semester akhir mereka.

Ae-ri menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas ransel. "Aula ada di lanai paling atas," ujarnya sambil memasuki lift diikuti Jimin dan Hae-won di belakangnya.

---

"Dosen bahasa inggrisnya sangat tampan"

Dengan wajah berseri-seri, Ae-ri kembali membayangkan rupa dosen barunya. Namun sedetik kemudian ia tersenyum geli.

"Tidak cukup muridnya, gurunya juga mau kau embat?" tanya Hae-won sarkas. Seakan tahu pikiran Ae-ri, Hae-won hanya mendengus.

Kini mereka bertiga sedang berjalan menuju kelas untuk memulai mata kuliah pertama.

"Kau ingin memacari pria tua seperti itu?"

Kini giliran Jimin yang menyahut. Terselip nada tidak suka di dalamnya.

"Ani..., bukan seperti itu. Aku rasa umurnya hanya beda empat atau lima tahun dengan kita," ujar Ae-ri sambil membayangkan wajah sang dosen.

"Wajahnya sangat babyface untuk masuk ke dalam kategori tua"

"Arraseo-arraseo, jangan melamun lagi. Nanti kau bisa tersandung" Jimin menyudahi aksi Ae-ri yang berjalan tak menentu arah. Silap-silap ia bisa tersandung dan berakhir dirinya juga yang ikutan susah. Sedia payung sebelum hujan.

"Omo!"

"Kau bukannya mantan Park Ae-ri?!"

Hae-won menjerit histeris sambil menunjuk seorang pria yang berdiri tepat satu meter di depannya. Tangannya menutup mulutnya yang sibuk terbuka lebar dramastis.

Tepat beberapa langkah di depan mereka bertiga, Taehyung mengernyit heran. Ia menatap jari telunjuk Hae-won untuk beberapa saat, apakah itu ditujukan kepadanya?

"Oppa kau kenal padanya?" suara nan lembut itu berasal dari gadis yang berdiri di samping Taehyung.

Taehyung mengangguk kemudian menggeleng.

"Dua dari mereka aku kenal"

"Man..." ucapan Ae-ri tergantung di udara ketika melihat dua orang di depannya. Matanya sukses membulat.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang