/56.00/

130 47 172
                                    

Happy reading 💜

---

"Andwae! "

Suara teriakan Jimin menggema di lorong panjang nan sepi itu.

"Tidak boleh. Aku tidak setuju. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa kalian tidur sekamar? " menekankan pendapatnya dengan nada tinggi, Jimin menggeleng kuat seraya memperhatikan dua wajah di depannya.

Taehyung memutar bola matanya, menatap jengkel Jimin.

"Apa urusanmu, bocah kecil? Kembali ke kamarmu dan istirahatlah. Renungkan penyesalanmu karena kabur seperti pengecut hari ini," Taehyung mengibaskan tangannya ke udara layaknya gerakan usiran.

"Aku hanya menenangkan pikiran bukan kabur," balas Jimin dengan nada tak kalah tinggi, harga diri pria itu terlalu tinggi untuk sekedar di jatuhkan dengan sebuah kalimat dari bibir Taehyung. Kendati ucapannya hampir mendekati fakta, tapi tidak semuanya.  Hanya sebagian.

"Itu hanya salah paham," lanjut Jimin, membela dirinya.

"Jangan pedulikan dia, ayo kita masuk, " Taehyung sudah hendak menggapai tangan Ae-ri dan menyeretnya masuk sebelum jari pendek Jimin menahannya.

"Kalian belum sah, " kekeuhnya bersikeras, tak mengizinkan seolah beralih profesi menjadi ayah Ae-ri saat ini.

"Argh! " Taehyung mengacak rambutnya frustasi. Ingin sekali menjambak rambut pirang Jimin hingga botak, namun mengingat betapa galaunya Jimin beberapa hari ini membuat Taehyung sedikit tidak tega.

"Sudah?"

Sontak kedua pria itu menoleh ke asal suara. Ae-ri berdiri dengan tangan menyender di pintu kamarnya. Menatap malas kedua pria itu, sesekali menguap karena kantuk yang tengah melanda dirinya ini.

"Kalian ingin berkelahi sampai besok atau tidur? " Ae-ri menatap tajam keduanya.

Diam. Mendadak hening. Suara jangkrik malam pun kini dapat terdengar sampai ke telinga Ae-ri.

"Tidak ingin tidur? " Ae-ri meninggikan nada bicaranya sambil menatap bergantian dua pria di depannya itu.

"Aku tidur sendiri di kamar ini. Tae,  kau tidur berdua dengan Jimin," putus Ae-ri kemudian.

Sontak bibir Jimin yang tadinya melengkung ke bawah langsung naik, "Ide yang bagus," bertepuk tangan sekali menandakan kesetujuannya akan keputusan Ae-ri.

"Ide yang buruk. Aku tidak mau tidur dengan dia," dengan sengaja taehyung menyenggol tubuh ringan Jimin dengan pinggulnya. Pria itu sempat oleng sesaat sebelum berakhir dengan berpegangan pada dinding lorong.

Ae-ri memijat pangkal hidungnya, rasa kantuk yang semakin berat dan dua pria tampan itu masih setia berselisih paham, soal kamar? Wah, mereka benar-benar maniak dalam hal berdebat.

"Terserah. Jika kalian masih ingin ribut teruskan. Aku ingin tidur, " ujar Ae-ri dengan nada datar dan tidak bertenaganya. Energinya sudah terkuras habis hari ini. Melambaikan tangannya, mengucapkan selamat malam kemudian sedetik kemudian tubuh gadis itu sudah hilang di balik pintu.

Gerakan bibir Taehyung yang hnedak memanggil Ae-ri tertahan, menyadari betapa capeknya wajah gadis itu. Ia mengurungkan niatnya.

"Terserah. Jika tidak ingin tidur di kamarku, lorong ini lumayan besar dan bersih. Kau bisa tidur disini, " ujar Jimin mengikuti nada bicara Ae-ri tadi. Menampilkan senyum kemenangannya setelah Taehyung menatapnya horor.

Sepertinya tidak ada jalan lain. Sekamar dengan Jimin lebih baik daripada harus tidur di temani ratusan laba-laba dan serangga penggigit lainnya.

---

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang