Happy reading 💜
(Aku bakal berterima kasih banget kalau kalian bantu aku menandai bagian mana yang typo atau ada kesalahan unsur kehabasaan, gomawo:)
---"N.. nugu? " tanya Ae-ri sedikit terbata. *siapa
"Dia Park Jimin, tetanggamu."
Rasanya pasokan udara di sekitar Ae-ri menipis, membuat ia terpaksa harus mengambil nafas dalam kemudian menghembuskannya sepelan mungkin. Wajah Ae-ri berubah pucat. Jemarinya perlahan turun dari pipi Taehyung kemudian meremas ujung baju rajutnya kuat, menyalurkan perang emosi lewat kepalannya. Merapatkan kedua matanya guna mencerna kalimat yang baru saja masuk ke indra pendengarannya. Nama yang ia hindari sedari tadi akhirnya terdengar. Otaknya memutar keras, terlalu banyak hal yang ia dengar, terlalu susah untuk di cermati. Semuanya terlalu tiba-tiba.
"Ya, aku bukan menceritakan ini untuk membuatmu sedih," tegur Taehyung, menggeser tubuhnya mendekat agar lebih mudah menenangkan gadis itu.
"Park Ae-ri, tatap mataku," Taehyung meraih dagu Ae-ri lalu mengangkatnya, terlihat jelas setiap lekuk wajah Ae-ri. Taehyung menatap dalam, wajah cantik Ae-ri sudah berubah sembab. Matanya yang memerah menahan tangis, suara sesegukan kecil guna menahan ingusnya.
"Jangan nangis, kau tahu aku tidak berbakat dalam menenangkan orang. Apalagi seorang gadis," frustasi Taehyung. Pengakuannya yang kelewat polos itu membuat kepala Ae-ri bergerak naik.
"Aku salah apa, kenapa kau menatapku seperti itu," cecar Taehyung begitu melihat tatapan menyebalkan Ae-ri.
"Aku sedang tidak bercanda Tae," suara parau yang kelewat lemah itu terdengar.
Taehyung mempuatkan bibirnya, "Arrasseo, kalau begitu bersenderlah ke bahuku," menepuk bahu tegapnya dua kali.
Melihat tidak ada reaksi apapun dari Ae-ri, Taehyung menggapai pergelangan tangan Ae-ri kemudian menariknya membuat tubuh mereka merapat dengan jarak yang cukup dekat.
"Menangislah jika itu membuatmu lebih baik," Taehyung mengelus lembut surai Ae-ri guna menenangkan gadis itu.
"Sekarang kau tahu alasanku tidak menyukaimu dekat dengan Jimin? "
Taehyung merasa kain hoodienya berkisut naik-turun, diakhiri dengan sesegukan kecil dari bibir mungil Ae-ri.
"Seharusnya kau yang menangis sekarang bukan aku. " Ae-ri mendadak mengutarakan pendapatnya.
Taehyung terkekeh, "Bagus kalau kau tahu," mendaratkan sebuah kecupan ringan ke puncak kepala Ae-ri.
"Kapan kau secengeng ini? Padahal dulu kau sangat berani, melawan lima anak sekaligus, naik pagar sekolah untuk membo... "
"Akh!" Taehyung meringis ketika merasakan putaran tornado di perutnya.
"Ternyata aku salah, kau masih sama kejamnya dengan dulu," koreksi Taehyung dengan nada meringisnya.
Ae-ri tertawa ringan mendengar tutur Taehyung yang ngawur.
"Ck, sudah selesai acara nangisnya? "
"Eum!" Ae-ri menangguk antusias seraya menampilkan deretan gigi putihnya. Taehyung yang merasa gemas mencuri satu kecupan di bibir Ae-ri.
"Tae!" tegur Ae-ri, refleks memukul bahu pria itu.
"Pacarku sangat cantik. Yeoppo! Yeoppo! " seru Taehyung sengaja menaikkan oktaf nadanya. *cantik
Ae-ri tersenyum kecil seraya mengelap bekas air matanya. Ia meraih selembar tissue kemudian mengeluarkan jus alpokat yang sedarti tadi menganggu pernafasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...