/13.00/

323 252 37
                                    


"Ish, rambutku....." melas Se-mi sembari menatap penampilannya melalui pantulan kaca di tangannya. Tangannya bergerak menyampirkan rambutnya ke kiri kemudian ke kanan. Mulutnya sibuk mengoceh, menyuarakan kekesalannya.

"Dasar gadis kasar!!"

Taehyung menutup kupingnya mendengar teriakan histeris itu. Sedari tadi Se-mi tidak berhenti menggerutu sembari menyisir rambutnya yang nampak sedikit botak disisi kanan kepalanya. Hasil perkelahiannya dengan Ae-ri di kantin tadi, gadis itu memang sangat ekstrim.

Senggol dikit bacok!

Tangan Taehyung ditarik oleh Se-mi kemudian di letakkan di atas kepalanya. Se-mi menggerakkan tangan Taehyung seolah sedang mengelus kepalanya.

"Sudah kuingatkan berapa kali, jangan cari masalah dengannya," ujar Taehyung memperingati.

"Kau membelanya? Aku ini pacarmu" Se-mi mendongak menatap Taehyung. Sifat pencemburuannya kembali.

"Memang gadis itu saja yang ganjen, mata duitan, sok kecantikan, bermulut pedas, tidak sopan. Hidupnya tidak cukup hanya dengan satu laki-laki. Pertama Jimin sahabatnya, kedua dosen bahasa inggris kita dan ketiga kau"

"Dia tidak berbeda dengan jalang yang berada di klub malam!" teriak Se-mi keras yang dapat dengar oleh beberapa mahasiswa berlalu lalang melewati mereka berdua.

Emosi Se-mi menggebu-gebu. Ia sangat benci dengan gadis bernama Park Ae-ri itu. Bahkan sampai tidak sadar Taehyung sudah menjauhkan tangannya dari kepala Se-mi kemudian menatap gadis itu tajam.

"Apa kau sedang mendeskripsikan dirimu sendiri?" kilatan kemarahan terlihat jelas dari sorot mata Taehyung. Tidak ada tatapan lembut seperti biasanya.

"Apa maksud.... "

Baru saja ingin melayangkan protesnya, seseorang mengintrupsi percakapan mereka.

"Kau sangat tampan, aku akan memberikan coklat ini sebagai tanda jadian kita"

Seorang gadis berkucir kuda dengan kaca mata bulat yang setia bertengger di hidung peseknya berujar pede. Buku tebal dan kotak pensil di gendongan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya menyerahkan coklat ke Taehyung tanpa memerdulikan Se-mi yang sudah siap melahapnya bulat-bulat.

Se-mi mendorong pelan Taehyung ke belakang agar jauhan dari gadis itu.

"Hei, apa matamu sudah tidak berfungsi lagi. Jelas-jelas aku pacarnya sedang berada disini, disampingnya, dengan beraninya kau memberi coklat busukmu itu.... "

Taehyung menatap perselisihan itu dengan malas. Tapi terkadang kehadiran Se-mi ada gunanya juga. Seperti sekarang ini, Taehyung tidak perlu berurusan dengan para mahasiswi yang sibuk mengerjarnya. Bukannya sombong, tetapi kadang Taehyung risih sendiri. Ia hanya ingin berkuliah dengan tenang kemudian lulus dengan tenang.

Memang menjadi tampan itu sangat menyusahkan, batin Taehyung berujar.

Melihat perdebatan yang tidak kunjung usai itu Taehyung memilih melangkah mundur kemudian meninggalkan Se-mi dengan gadis yang ia tidak tahu namanya itu.

Ada hal lebih penting yang harus ia lakukan sekarang.

---

"Disini! "

Ae-ri menoleh ke asal suara, dengan senyum secerah matahari terbit di bibir tipisnya. Ia melangkah mantap ke asal suara itu.

"Maaf membuat anda menunggu," Ae-ri berujar sopan kemudian mendudukkan bokongnya di kursi.

Saat ini Ae-ri sedang berada di salah satu tempat makan di Seoul. Restoran bergaya dasar jepang, baik dari segi interior ataupun jenis makanan yang disediakan di sana. Berhubung semalam ibu Taehyung menghubunginya, awalnya Ae-ri sendiri juga terkejut. Memangnya ia punya masalah apa dengan putranya sampai ingin diintrogasi seperti ini,
tapi tidak, Taehyung bukan tipe pria yang diganggu sedikit saja langsung mengadu kepada orang tua. Masa karena utang itu? Tidak mungkin, Taehyung kan kaya tidak mungkin ia bangkrut hanya karena membayari makan malam Ae-ri waktu itu.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang